DEMOCRAZY.ID - Salah satu pembahasan yang sangat menarik dalam eskatologi Islam ialah Dajjal. Pasalnya kemunculan makhluk ini sebagai pertanda akhir zaman. Dalam beberapa hadis Nabi SAW disebutkan, munculnya Dajjal ini merupakan salah satu tanda kiamat. Hadis-hadis Rasulullah SAW banyak menerangkan tentang makhluk mengerikan ini. Tujuan Dajjal di muka bumi ini ingin menyesatkan manusia. Sesuai dengan namanya yang berasal dari bahasa Arab Dajjala yang artinya menutupi. Maksud menutupi di sini ialah menutupi kebenaran. Meski demikian, di akhir zaman banyak sekali para pengikut Dajjal. Hal ini tak lepas dari keahlian Dajjal yang menakjubkan seperti membangkitkan orang mati, menurunkan hujan. Kekaguman akan sosok Dajjal ini, maka tidak sedikit manusia yang dengan suka rela menjadi pengikutnya. Lantas, siapa yang disebut sebagai pengikut Dajjal itu? Pengikut Dajjal (1-4) Mengutip alhikmah.ac.id, dalam buku “al-Mausū’ah fī al-Fitan wa al-Malāhim wa Asyrāti as-Sā’ah” (2006: 721-727), Dr. Mu
Celaka! Inilah 7 Golongan Manusia dan Makhluk Pengikut Dajjal Yang Muncul di Akhir Zaman
Januari 13, 2024
0
Komentar
DEMOCRAZY.ID - Salah satu pembahasan yang sangat menarik dalam eskatologi Islam ialah Dajjal. Pasalnya kemunculan makhluk ini sebagai pertanda akhir zaman. Dalam beberapa hadis Nabi SAW disebutkan, munculnya Dajjal ini merupakan salah satu tanda kiamat. Hadis-hadis Rasulullah SAW banyak menerangkan tentang makhluk mengerikan ini. Tujuan Dajjal di muka bumi ini ingin menyesatkan manusia. Sesuai dengan namanya yang berasal dari bahasa Arab Dajjala yang artinya menutupi. Maksud menutupi di sini ialah menutupi kebenaran. Meski demikian, di akhir zaman banyak sekali para pengikut Dajjal. Hal ini tak lepas dari keahlian Dajjal yang menakjubkan seperti membangkitkan orang mati, menurunkan hujan. Kekaguman akan sosok Dajjal ini, maka tidak sedikit manusia yang dengan suka rela menjadi pengikutnya. Lantas, siapa yang disebut sebagai pengikut Dajjal itu? Pengikut Dajjal (1-4) Mengutip alhikmah.ac.id, dalam buku “al-Mausū’ah fī al-Fitan wa al-Malāhim wa Asyrāti as-Sā’ah” (2006: 721-727), Dr. Mu