DEMOCRAZY.ID - Acara bedah Buku Hitam Prabowo Subianto: Catatan Kelam Reformasi 98 dan Masa Depan Demokrasi Indonesia di Komplek Universitas Padang, tidak berjalan mulus.
Itu setelah sekelompok orang diduga penyusup, melontarkan protes dan meminta bedah buku tersebut dihentikan.
Mereka beralasan bahwa acara beda buku tersebut adalah kampanye terselubung dan kampanye hitam terhadap Prabowo Subianto.
Meski begitu, penyelenggara tetap melangsungkan bedah buku tersebut sampai selesai.
"Kegiatan yang diwarnai tengkar argumen dan perbedaan pandangan tersebut direspon dan ditantang," kata penulis buku, Azwar Furgudyama, Selasa (23/1/2024).
Karena itu, Azwar menantang pihak manapun yang merasa dirugikan buku yang ia tulis untuk membantah dengan data dan fakta keterlibatan Prabwo pada penculikan aktivis 98.
Azwar menyatakan apa yang ia sampaikan dalam buku tersebut adalah sebuah fakta.
"Publik harus tahu bahwa Prabowo Subianto secara faktual dan tidak bisa dibantah oleh sejarah di negara ini adalah orang satu-satunya petinggi militer pada tahun 1998 yang dipecat dari dinas kemiliteran oleh Dewan Kehormatan Perwira," tegasnya.
Tapi dia membantah buku tulisanya itu sengaja menyerang Prabowo meski pada 2 pilpres sebelumnya dirinya mendukung Jokowi.
Dukungan itu ia berikan semata-mata karena ingin Jokowi mengalahkan Prabowo.
"Kita semua bertanggungjawab untuk menyelamatkan bangsa ini dari kepeminpinan yang otoriter dan feodal sebagai warisan orde baru," kata dia.
"Apalagi pada hari ini, wakilnya (Gibran Rakabuming Raka) pelanggar konstitusi atau etik," sambung Azwar.
Sarah Azmi dari Perhimpunan Bantuan Hukum dan HAM Sumatera Barat (PBHI) menyebut, selama ini negara terkesan membiarkan pelaku pelanggar HAM masa lalu.
"Kami mengajak generasi muda sama-sama mengawal kasus pelanggaran HAM berat masa lalu dan pelanggaran HAM pada hari ini," kata dia.
Sementara itu, Muhammad Jamil, pengamat politik dan kebijakan publik menyatakan, Buku Hitam Prabowo itu bukan buku yang bermasalah.
Karena memang berbasis data-data dan sejumlah informasi penting yang sangat akurat dan sampai saat ini belum ada yang membantahnya.
"Demokrasi kita ini telah diperkosa oleh segelintir orang," jelas Jamil.
Sumber: PojokSatu