HOT NEWS ISLAMI

VIRAL Elia Myron Minta Kementerian Agama RI Reformasi Al Quran, Begini Respons Kemenag

DEMOCRAZY.ID
Maret 12, 2024
0 Komentar
Beranda
HOT NEWS
ISLAMI
VIRAL Elia Myron Minta Kementerian Agama RI Reformasi Al Quran, Begini Respons Kemenag

viral-elia-myron-minta-kementerian-agama-ri-reformasi-al-quran


DEMOCRAZY.ID - Sosok Elia Myron belakangan ini sedang menjadi perbincangan usai tampil di podcast dokter Richard Lee. Sebab, ia membahas banyak soal agamanya dan agama islam yang disebut menuai kontroversi.


Ia juga seringkali melakukan siaran langsung di TikTok. Nah, salah satu kontennya membahas sebuah surah yang tercantum di AL Quran. Dinilai kurang tepat, ia pun sampai meminta Kementerian Agama untuk reformasi Al Quran.


“Ketika saya mengunjungi situs Quran Kementerian Agama Republik Indonesia dan tafsirnya, secara khusus pada sumber surah Al-A’raf ayat 157, saya menemukan ayat-ayat Injil yang diambil sedemikian rupa untuk mendukung asumsi teologis,” kata Elia, dikutip dari unggahan akun TikTok @mhd.hafizaulia, Senin, 27 November 2023.


“Saya berharap Kementerian Agama Republik Indonesia melakukan reformasi atas hal tersebut demi menciptakan dan juga mewujudkan keberlanjutan kerukunan antar umat beragama di Indonesia,” imbuhnya.


Seorang pendakwah Muhammad Hafizaulia menanggapi pernyataan Elia. Ia meminta untuk meyakini agama yang ia yakini saja.


“Kalau yang kamu maksud itu adalah mereformasi AL Quran itu fatal. Karena ayat Al Quran menurut keyakinan umat Islam adalah firman Tuhan yang tidak mungkin anda gugat,” kata Hafizaulia.


“Kalau yang kamu maksud itu adalah tafsirnya dengan alasan toleransi dan menjaga kerukunan itu keliru. Karena toleransi itu adalah tidak saling mengganggu. Silahkan yakini keyakinan kamu, kami yakini keyakinan kami,” imbuhnya.


Sementara itu, Elia sudah membuat klarifikasi ketika videonya ditanggapi oleh seorang TikTokers wanita. Kata dia, pernyataan itu merupakan kesalahan dari daya tangkap.


“Wanita muda dan cantik ini salah memahami berkaitan dengan surat terbuka saya kepada Kementerian Agama mengenai ayat-ayat Injil dimana beliau menyimpulkan bahwa saya meminta untuk mereformasikan kitab suci mereka. Hal ini pun merupakan kesalahan dari daya tangkap,” ungkap Elia Myron.


“Yang saya maksud adalah agar ayat-ayat dalam keyakinan kami tidak digunakan untuk mendukung tafsir keyakinan lain. Karena bagaimanapun ayat-ayat injil dalam kekristenan hanya dimengerti oleh kami sendiri,” katanya.


Tanggapan Kemenag


Merespons surat terbuka Elia, Kepala Pusat Kerukunan Umat Beragama Sekretariat Jenderal Kementerian Agama Dr H Wawan Djuanedi MA, saat diwawancara di Magelang, Jumat, 24 November 2023 menjelaskan bahwa terkait penafsiran Al Quran, sebenarnya sejak dulu merupakan tradisi para ahli kitab agama.


"Tafsir Al Quran oleh Kemenag memang sebagian ada yang mengutip dari Perjanjian Baru. Itu sudah tradisi sejak lama. Dalam Islam itu namanya metodologi Israiliyat yang berarti  berita-berita yang dibawa oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani yang masuk Islam," jelasnya.


Lalu dari Israiliyat ini, lanjut Wawan Djunaedi, juga telah melalui diskusi panjang melibatkan para tokoh agama dan ahli kitab.


"Ahli-ahli kitab itu tentu saja dari kitab-kitab Samawi. Jadi teknik kutip dari metodologi Israiliyat ini adalah hal yang sangat biasa. Dari dulu sampai sekarang juga tidak ada masalah," ungkapnya.


Wawan Djunaedi juga berharap masyarakat di era terbuka saat ini lebih berhati-hati dan menahan diri, bila mengangkat tentang isu keagamaan. Pasalnya, dalam moderasi beragama yang terpenting adalah saling menghargai apapun bentuknya.


"Jangan sedikit-dikit menilai buruk lalu diluapkan di media sosial. Padahal si akun TikTok ini kan dia bukan ahli sejarah, bukan ahli kitab. Bisa jadi justru tidak tahu sejarah panjangnya. Tapi tiba-tiba menanggapi penafsiran Al Quran. Ini kan buru-buru namanya," kata Djunaedi.


Mestinya, sebelum melayangkan kritik, apalagi meminta reformasi tafsir Al Quran, harusnya Elia melakukan konsultasi dulu kepada para ahli kitab.


"Makanya semangat moderasi beragama ini juga untuk edukasi bahwa sebelum mengeluarkan statment sebaiknya konfirmasikan dulu dengan ahlinya. Jangan terburu-buru yang akhirnya menimbulkan multitafsir dan kegaduhan di masyarakat," tandas Wawan Djunaedi. 



[Democrazy/VIVA]

Penulis blog