DEMOCRAZY.ID - Tiga (3) hari sebelum eksekusi, Gembong Narkoba, Freddy Budiman berikan 3 pesan kepada anak lelakinya, Fikri Budiman, di Lapas Gunung Sindur, Bogor.
Fikri menceritakan 3 pesan itu di sebuah talk show televisi swasta. Ia katakan, tiga hari sebelum eksekusi mati ayahnya Freddy Budiman. Ia temui ayahnya di Lapas Gunung Sindur, Bogor.
Pada saat bertemu ayahnya, ia peluk erat-erat ayahnya. Kemudian, ayahnya membisikkan pesan di telinganya.
"Di tiga hari terakhir itu aku bertemu, semua obrolan aku dengannya adalah pesan. Dan, paling aku ingat banget itu, 'uda jangan nangis, dede harus jadi cowok yang kuat, mental yang kuat dan jangan tergila-gila sama dunia dan jangan pernah tergila-gila sama uang. Tiga itu sih," ujar Fikri.
"Ya, tiga itu menjadi pesan terakhir papah sebelum dieksekusi dan selalu aku pegang terus," sambungnya menceritakan.
Memang, sosok Freddy Budiman sebelum dieksekusi mati begitu mengguncang Indonesia.
Bahkan, setelah eksekusi mati, kisah detik-detik Freddy Budiman dieksekusi pun begitu menyita perhatian publik.
Hal ini tak lain karena ada cerita yang beredar soal jenazah Freddy Budiman yang harum seusai dieksekusi hingga cerita permintaan Freddy sebelum dieksekusi.
Menurut cerita Fikri anak Freddy selain pesan terakhir, ia pun menceritakan di balik detik-detik Fredy Budiman dieksekusi.
Fikri katakan, bahwa dirinya hanya tahu sang ayah divonis mati, tetapi tidak mengetahui kapan dieksekusi matinya.
Malah, ia akui dirinya mengetahui sang ayah akan dieksekusi mati seminggu sebelum ayahnya dieksekusi mati.
"Nggak sampai seminggu, aku tahu papah dieksekusi itu H-5. Dan itu menurut aku kurang etis banget," ujarnya seperti yang dikutip dari Kanal YouTube Cerita Untungs, Senin (27/11/2023).
Mengetahui H-5 sang ayah akan dieksekusi mati, ia katakan, keluarganya sangat tertekan dan kelagapan mendengar kabar itu.
Kemudian, Fikri katakan kelurganya pesan tiket pesawat untuk bertemu Freddy Budiman.
"Jadi ketemunya H-3, kami langsung bertemu. Jadi kami itu, Ibu papah, kakaknya yang cewek, aku, dan om yang ketangkap di Surabaya, uda berempat aja," ceritanya.
Sampai akhirnya di H-1 dieksekusi, kata dia, neneknya dan omnya pulang deluan untuk mempersiapkan makam sang ayahnya.
"Karena awalnya kita siapin di Jeruk Purut, ada makan keluarga di situ. Tapi karena papah ditanya, dia minta di Surabaya, agar banyak yang nyekar," ujarnya.
Akhirnya, kata dia, keluarga cari tanah di Surabaya untuk makamnya papah.
Selain itu, ia ceritakan bahwasanya sebelum dieksekusi, Freddy Budiman diberi handphone untuk pamitan ke keluarga.
"Jadi dia telepon keluarga satu-satu, adiknya, kakaknya dan keluarga yang lain dia telepon untuk pamitan. 'Aku pamit dulu ya, kalian sehat-sehat , titip anak aku' dan ke anak lain juga begitu," ceritanya.
Mirisnya, Fikri katakan bahwasanya anak anak yang lain tidak tahu bahwa sang ayahnya bandar narkoba, yang mengetahui hanya anak pertama dan kedua.
"Yang ketiga itu nggak tahu, setelah dua tahun kemudian baru tahu ayahnya bandar narkoba," katanya.
Kemudian, disinggung soal perubahan Freddy Budiman tobat, ia akui dirinya melihat sang ayah tobat ketika tahun 2013 akhir.
"Jadi di situ dia komitmen tidak mau sentuh narkoba, karena dia (Freddy Budiman) ayahnya. Di mimpinya, opah itu bilang 'uda cukup Bud, cukup Bud' makanya pada saat itu dia uda komit nggak mau sentuh narkoba," pungkasnya.
Sambungnya menjelaskan, sang ayah tak mau pakai narkoba tetapi hanya jalani bisnis saja.
"Pas di Lapas masih bisa bisnis, secara fakta di berita begitu ya," bebernya.
Namun dia akui tak pernah cari mengetahui bisnisnya, hanya saja pada saat itu perubahan Freddy Budiman sudah kelihatan. Karena, pada saat itu Freddy Budiman berhenti merokok.
"Bahkan dandannya berubah, sudah pakai gamis aja jika ketemu keluarga. Numbuh jenggot, uda mulai muncul di jidatnya, dan minta Al Quran," ceritanya.
Selain itu, Fikri ceritakan, sang ayahnya belajar ngaji dengan terdakwa teroris. Tetapi dirinya lupa nama terdakwa teroris yang menjadi guru ngaji sang ayahnya.
"Dan pernah dikenalin, dan emang tampangnya teroris banget. Ya benar-benar ekstrim juga," bebernya.
Tak hanya belajar dengan terdakwa teroris, dia katakan, sang ayahnya juga belajar ke ustaz yang disediain pihak Lapas Gunung Sindur.
Selanjutnya dia ceritakan, sebelum tiga hari sang ayah Freddy Budiman diekaekusi, gestur Freddy Budiman tampak siap menghadapi eksekusi mati itu.
"Sangat siap dan air mata itu tak ada turun di matanya, dan benar benar yang tak ada rasa takut. Tetapi aku yang nangis, dan tak berhenti," ceritanya.
"Terus dia bilang ngapai nangis, katanya itu, papah mau ke Amerika biar kayak dedek. Karena dia tahu kan aku pernah studi excence ke Amerika. Terus dia bilang, setelah eksekusi papah bisa ke amerika, kalau belum dieksekusi, ngapain papah di sini, bisa stres," sambungnya menceritakan.
Setelah berbincang-bincang kepada sang ayah, Fikri akui dirinya diajak mandi bareng sang ayah.
"Terus dia mandi sebelum dieksekusi, 'Ayo mandi bareng papah, terakhir kali papah ketemu dede, itu papa masih mandiin dede' dia itu bilang gitu, ya pada saat itu, gue nggak mau," bebernya.
Setelah mandi, kata dia, sang ayah masih sempat menyulangi makannya, padahal pada saat itu, sang ayah menjalani ibadah puasa.
"Dia nyuapin makan aku, terus dia pakai pakaian rapi dan mimpin sholat dan itu mungkin ada di media," ceritanya.
Hal ini dia akui, rasanya begitu aneh dan tak bisa dideskripsikan dengan kata-kata.
Sumber: TvOne