HOT NEWS ISLAMI

SOSOK Pejuang Palestina Ahmed Yassin, Pendiri Hamas Yang Lumpuh, Ditakuti Israel Lalu Dibunuh Usai Salat Subuh

DEMOCRAZY.ID
Maret 12, 2024
0 Komentar
Beranda
HOT NEWS
ISLAMI
SOSOK Pejuang Palestina Ahmed Yassin, Pendiri Hamas Yang Lumpuh, Ditakuti Israel Lalu Dibunuh Usai Salat Subuh



DEMOCRAZY.ID - Kekuatan perang Hamas untuk kemerdekaan Palestina tak lepas dari sosok pendirinya, sang legendaris Syeikh Ahmed Yassin. 


Ahmed Yassin, seorang pejuang berdarah Arab-Palestina yang lumpuh sejak usia 12 tahun, namun mampu membuat Israel bergetar ketakutan hingga harus membunuhnya dengan roket. 


Meski kondisinya sudah lumpuh dan penglihatannya terbatas, Ahmed Yassin masih mampu menginspirasi semangat para pemuda Palestina.


Ahmed Yassin terbunuh pada Senin 22 Maret 2004 dalam usia 67 tahun. Ia terbunuh bersama 7 pengawalnya usai melaksanakan salat subuh di Masjid di Sabra, Kota Gaza.  Hari itu Palestina mencatat sejarah berduka untuk sang pejuang. 


AFP melaporkan, saat itu sebanyak 3 roket Israel menghantam bagian kiri masjid tidak lama setelah Yassin menunaikan Salat Subuh


Ia meninggal diterjang serangan helikopter Israel di Gaza City, Minggu kemarin. Tokoh berusia 67 tahun dan telah lama hanya dapat duduk di kursi roda ini terbunuh bersama tujuh pejuang lainnya. Saat itu, Heli Isreal memuntahkan serangan ke bagian kiri Masjid di Sabra, tidak lama setelah Yassin menunaikan Salat Subuh


Serpihan kursi roda di lokasi menjadi saksi meninggalnya pendiri Hamas. 


Pemilik nama lengkap Sheikh Ahmed Ismail Hassan Yassin ini memang mengabdikan seluruh hidupnya untuk perjuangan rakyat Palestina.


Ahmed Yassin lahir pada 1 Januari 1937 di Al Jura, sebuah desa kecil dekat Kota Ashkelon, Palestina. 


Masa kanak-kanaknya pahit. Kepahitan itu yang membuat dirinya mengabdikan diri untuk menjadi pejuang melawan Israel.


Pada tahun 1948, kelompok-kelompok bersenjata Yahudi mengusir ribuan warga Palestina. 


Ahmed Yassin yang saat itu baru berusia 12 tahun bersama puluhan ribu warga Palestina lainnya pindah ke Gaza. 


Sebagai keluarga pengungsi Palestina, masa kecil Ahmed Yassin dipenuhi dengan getirnya kemiskinan dan kelaparan. 


Demi menyambung hidup, Ahmed Yassin harus putus sekolah dan bekerja sebagai pelayan sebuah restoran di Gaza.  Beruntung, ia dapat melanjutkan kembali studinya yang sempat terputus.


Pada 1952, Ahmed Yassin mengalami sebuah kecelakaan saat berolahraga bersama teman-temannya. 


Kecelakaan itu menyebabkan ia mengalami patah tulang leher hingga mengalami kelumpuhan permanen. 


Setelah kekalahan Arab dalam Perang 1967, agresi Israel di Palestina semakin meningkat, terutama di wilayah Gaza. 


Hal ini mendorong Yasin untuk kembali ke jalur perlawanan dan memberikan pidato-pidato. 


Pada saat yang sama, Ahmed Yassin juga aktif dalam mengumpulkan dana bantuan untuk keluarga korban dan tahanan Palestina.


Pada tahun 1983, Yassin dihukum 13 tahun penjara oleh Mahkamah Militer Israel. Penahanan Ahmad Yassin kali ini dengan tuduhan membentuk kelompok bersenjata dan memprovokasi kerumunan. 


Selama masa tahanan, Yassin sering mengalami intimidasi, terutama dalam bentuk kekerasan fisik.


Hal ini berdampak pada kesehatannya. Ahmad Yassin mengalami berbagai masalah kesehatan seperti kebutaan pada mata kanan, rabun mata kiri, radang telinga akut, dan penyakit kronis pada usus. 


Pada tahun 1985, setelah menjalani penahanan selama 11 bulan, Ahmed Yassin dibebaskan dalam pertukaran tawanan antara Israel dan Front Rakyat untuk Pembebasan Palestina.


Berdirinya Hamas


Pasca meletusnya intifadah pada 8 Desember 1987, Syekh Ahmad Yasin dan beberapa pemimpin Ikhwanul Muslimin lainnya memutuskan untuk mendirikan Hamas.


Hamas, sebuah organisasi Islam yang bertujuan membebaskan tanah Palestina dari pendudukan Zionis Israel. Ahmed Yasin kemudian diangkat sebagai pemimpin spiritual Hamas.


Seiring dengan meningkatnya aktivitas bersenjata Hamas, Ahmed Yassin kembali ditangkap  Israel pada tanggal 18 Mei 1989 bersama dengan ratusan anggota Hamas lainnya. 


Tiga tahun kemudian, ia dihukum penjara seumur hidup ditambah 15 tahun atas tuduhan aktivitas politik yang dianggap radikal oleh Israel.


Pada tanggal 1 Oktober 1997, Ahmad Yassin berhasil dibebaskan melalui perjanjian antara pemerintah Yordania dan Israel. 


Pembebasan itu diikat dalam perjanjian pertukaran dengan 2 mata-mata Israel yang ditahan di Yordania. 


Pembebasan Syeikh Ahmad Yassin disambut oleh puluhan ribu warga Palestina di Jalur Gaza. Setelah pembebasan ini, ia melakukan perawatan medis ke beberapa negara Arab. 


Setelah pulang dari luar negeri tanpa mengenal kelelahan dan putus asa, Yassin berusaha untuk memulihkan struktur organisasi Hamas. Kebencian Zionis Israel terhadap Yassin mencapai puncaknya. 


Israel menganggap Syekh Ahmad Yassin sebagai pilar utama perlawanan rakyat Palestina yang perlu segera dihilangkan.


Pada suatu pagi, tanggal 22 Maret 2004, Israel akhirnya memutuskan untuk menghabisinya. Memuntahkan 3 misil roket sesaat setelah Yassin usai melaksanakan salat subuh. 


Kantor berita AFP melaporkan, kepala Yassin yang mendapat serangan missil mengalami benturan hebat hingga beberap bagian tidak dapat dikenali.


Para pejuang palestina berjanji akan terus berjuang melawan penjajahan Israel dari bumi palestina, meski pemimpinnya telah tiada.


"Tidak ada kata yang dapat menggambarkan perasaan marah kami dan kesedihan kami, kami akan terus berjuang, "ujar pejabat Hamas Ismail Haniyeh, yang dikenal sangat dekat dengan Yassin ketika itu. 


Sumber: DW

Penulis blog