DEMOCRAZY.ID - Selasa, 25 Maret 1975, Raja Arab Saudi Faisal bin Abdulaziz Al Saud dijadwalkan akan menyambut delegasi dari Kuwait di Istana Raja, Riyadh. Tak ada hal berbeda dari kegiatan diplomasi hari itu. Seperti biasa, raja bakal menyambut tamu, bersalaman, dan mengajak diskusi. Lalu, jika sudah selesai, raja akan mengantar delegasi ke halaman istana. Namun, di hari istimewa bagi hubungan Kuwait-Saudi itu muncul tragedi yang mengubah jalan sejarah Arab Saudi. Tepat pukul 10.32 waktu setempat saat Raja Faisal menyalami delegasi Kuwait, muncul suara tembakan pistol di dalam ruangan. Semua orang panik dan kaget ketika mengetahui isi pistol tepat mengenai kepala Raja Faisal. Darah pun mengalir dari kepalanya. Sang Raja pun tumbang dan langsung dibopong ke rumah sakit oleh pengawal. Sementara para pengawal lain sibuk menghajar pelaku penembakan yang ternyata keponakan Raja Faisal sendiri bernama Faisal bin Musaid. Sayangnya, saat tiba di rumah sakit, nyawa Raja Faisal tak tertolong
DEMOCRAZY.ID - Selasa, 25 Maret 1975, Raja Arab Saudi Faisal bin Abdulaziz Al Saud dijadwalkan akan menyambut delegasi dari Kuwait di Istana Raja, Riyadh. Tak ada hal berbeda dari kegiatan diplomasi hari itu. Seperti biasa, raja bakal menyambut tamu, bersalaman, dan mengajak diskusi. Lalu, jika sudah selesai, raja akan mengantar delegasi ke halaman istana. Namun, di hari istimewa bagi hubungan Kuwait-Saudi itu muncul tragedi yang mengubah jalan sejarah Arab Saudi. Tepat pukul 10.32 waktu setempat saat Raja Faisal menyalami delegasi Kuwait, muncul suara tembakan pistol di dalam ruangan. Semua orang panik dan kaget ketika mengetahui isi pistol tepat mengenai kepala Raja Faisal. Darah pun mengalir dari kepalanya. Sang Raja pun tumbang dan langsung dibopong ke rumah sakit oleh pengawal. Sementara para pengawal lain sibuk menghajar pelaku penembakan yang ternyata keponakan Raja Faisal sendiri bernama Faisal bin Musaid. Sayangnya, saat tiba di rumah sakit, nyawa Raja Faisal tak tertolong