DEMOCRAZY.ID - Siapapun presidennya, Indonesia tidak akan bisa lepas dari kerjasama dengan China, hal ini diungkap Menteri Pertahanan Prabowo Subianto.
Capres Prabowo malah mengapresiasi kemitraan strategis komprehensif yang telah berjalan selama 10 tahun dengan sangat baik antara Indonesia dan China.
Hal itu, menurut Prabowo, terjadi lantaran kemitraan kedua negara dilandasi dengan prinsip saling percaya, menguntungkan, serta menghormati.
“Kemitraan strategis komprehensif antara Indonesia dengan China sudah memasuki tahun ke-10. Selama ini, kemitraan strategis yang sudah terjalin sangat baik," kata Prabowo di Jakarta, Selasa (14/11/2023).
Capres yang bersuara lantang menolak asing ini, malah mendorong agar di masa depan, Indonesia dan China dapat memperluas fokus kerja sama.
Bahkan harapan Prabowo, kerjasama itu dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat kedua negara.
"Bangsa yang maju adalah bangsa yang mengutamakan kesejahteraan rakyatnya dan yang juga mau saling berbagi untuk kesejahteraan komunitas regional dan internasional,” sambung Prabowo.
Prabowo Subianto mengungkapkan, kerjasama antara Indonesia dengan China di sejumlah sektor perlu terus ditingkatkan.
Selain investasi di bidang pertambangan dan hilirisasi mineral, ke depan Indonesia harus terus mendorong lebih banyak kerja sama yang potensial.
“Kita dorong lebih banyak kerja sama di bidang infrastruktur, konektivitas, transisi energy, ekonomi hijau, kelautan dan perikanan, pertanian dan ketahanan pangan," ujarnya.
Tak hanya itu, Prabowo juga akui bahwa China merupakan mitra dagang Indonesia yang terbesar dengan nilai perdagangan $133,56 miliar pada tahun 2022.
“China sekarang adalah mitra dagang terbesar Indonesia dengan nilai perdagangan $133,56 miliar pada tahun 2022.
Untuk itu, Menteri Pertahanan meyakini kerja sama Indonesia dengN China akan membawa dampak positif terhadap peningkatan hubungan perdagangan dengan.
“Yang juga membuat kami sangat gembira adalah bahwa Indonesia merupakan destinasi utama, peringkat pertama untuk investasi perusahaan-perusahaan Zhejiang di Indonesia,” terangnya. [Democrazy/PojokSatu]