HOT NEWS

Pengakuan Penggali Kubur Dengar Suara Ledakan Saat Makamkan Soeharto: Hantaman Linggis Ketiga, Duarr!

DEMOCRAZY.ID
November 19, 2023
0 Komentar
Beranda
HOT NEWS
Pengakuan Penggali Kubur Dengar Suara Ledakan Saat Makamkan Soeharto: Hantaman Linggis Ketiga, Duarr!



DEMOCRAZY.ID - Inilah pengakuan penggali kubur saat memakamkan Soeharto, beberapa tahun lalu. Saat itu, dia mengaku mendengar suara ledakan yang sangat keras. 


Sebelumnya, Soeharto merupakan mantan Presiden Indonesia ke-2. Soeharto memimpin Indonesia selama 32 tahun.


Soeharto harus lengser pada tahun 1998, tepatnya saat arus reformasi bergulir. Pada tahun 2008, Soeharto meninggal dunia.


Meski demikian, bagi sebagian orang, Soeharto masih meninggalkan memori.


Termasuk momen-momen saat pemakaman Presiden Soeharto di Astana Giri Bangun, Dengkeng, Girilayu, Matesih, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.


Sebagai informasi, Presiden ke-2 Republik Indonesia Soeharto meninggal dunia pada 27 Januari 2008. Almarhum Soeharto kemudian dimakamkan di Astana Giri Bangun.


Meskipun Soeharto berhak dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, namun sebelum meninggal ia sudah berpesan dimakamkan di Astana Giri Bangun.


Dalam proses pemakamannya, ada sepenggal cerita menarik yang datang dari penjaga makam keluarga Soeharto, Sukirno.


Sukirno menceritakan sebuah peristiwa aneh yang terjadi kala makam Soeharto pertama kali digali.


"Hantaman linggis yang pertama menghujam, disusul hantaman yang kedua. Tepat pada hantaman linggis yang ketiga tiba-tiba duarrrrrr. Terdengar suara ledakan yang sangat keras bergema di atas kepala kami," tutur Sukirno dalam buku 'Pak Harto Untold Stories' halaman 344.


Menurutnya ledakan itu mirip suara bom. Semua orang yang berada di Astana langsung menengadah ke atas mencari sumber dentuman itu.


Anehnya di sekeliling Astana tidak ada yang porak poranda akibat ledakan keras tersebut. Ledakan tersebut hanya seolah bunyi keras yang tidak meninggalkan bekas.


Sukirno pun memaknai ledakan itu pertanda semesta alam menerima jenazah Presiden Soeharto.


"Alhamdulillah, ini mengisyaratkan bahwa Pak Harto benar-benar orang besar. Bumi mengisyaratkan penerimaannya terhadap jenazah beliau," ujarnya kala itu.


Ada juga kisah menarik lainnya soal Soeharto. Rasa penasaran masyarakat Indonesia mengenai adanya Marinir di bawah kapal saat Presiden Kedua Republik Indonesia, Soeharto memancing akhirnya terjawab.


Rumor mengenai adanya Marinir di bawah kapal itu berembus saat Soeharto berkuasa. Alasannya, setiap kali memancing, Soeharto selalu mendapatkan ikan.


Soeharto memang memiliki hobi memancing saat masih menjadi presiden. Soeharto menjadi presiden pada dekade 60-an.


Tepatnya, Soeharto menggantikan Soekarno yang turun dari jabatannya. Soekarno lengser dari jabatannya sebagai presiden seusai peristiwa G30S/PKI pada tahun 1965.


Soeharto kemudian berkuasa selama 32 tahun. Kekuasaan Soeharto berakhir pada tahun 1998.


Saat itu, gelombang reformasi yang muncul akibat adanya krisis multidimensi membuat Soeharto harus mundur dari jabatannya.


Saat masih menjabat sebagai presiden, Soeharto sering mengajak pejabat dalam negeri dan keluarganya untuk melakukan hobi tersebut.


Presiden Kedua RI itu juga diketahui ahli dalam hal tersebut, karena kerap mendapatkan ikan-ikan besar, yang agak susah dilakukan pemancing awam.


Gosip pun beredar tentang bantuan dari anggota Marinir TNI AL yang berada di bawah perahu setiap kali Pak Harto memancing, untuk mengikatkan ikan-ikan di mata kail sang presiden, agar terkesan ikan tersebut adalah hasil tangkapan Soharto.


Mantan Menteri Penerangan Harmoko dalam buku "Pak Harto The Untold Stories" menjawab fakta di balik isu yang banyak beredar di masyarakat itu.


Pada tahun 1987, saat Harmoko masih menjabat sebagai Menteri Penerangan. Ia pernah diajak sang untuk menemani presiden melakukan hobi tersebut, bersama dengan pejabat lainnya seperti Fuad Hasan, Bustanil Arifin, dan Ismail Saleh.


Harmoko menjelaskan, bahwa dalam kesempatan itu, ia coba mengklarifikasi mengenai keberadaan marinir di bawah kapal untuk membantu hobi presiden.


"Lihat saja nanti," jawab Soeharto.


Mantan wartawan itupun akhirnya dapat membuktikan, bahwa gosip keberadaan Marinir adalah sama sekali tidak benar. Soeharto mampu menangkap ikan besar karena memang ahli dalam hal tersebut, dan sabar.


Ada juga kisah menarik lainya terkait Soeharto. Presiden Soeharto menitikkan air mata dua hari sebelum Mayor Jenderal (Mayjen) TNI Benny Moerdani wafat.


Saat itu, Soeharto mengungkapkan penyesalan 'terbesar' kepada Benny Moerdani. Soeharto menyesal tak mendengarkan atau mengabaikan ucapan Benny Moerdani.


Berikut kisah lengkapnya:


Karier militer Benny Moerdani memang moncer hingga mampu mencapai posisi Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Panglima ABRI) di zaman Orde Baru.


Hubungan Benny Moerdani dengan Soeharto yang saat itu menjabat sebagai Presiden ke-2 Republik Indonesia sangat erat.


Dikutip dari TribunJabar (grup TribunJatim.com), Christianto  Wibisono, mantan jurnalis dan pendiri Pusat Data Bisnis Indonesia, sempat menyebut Benny Moerdani sebagai anak emas Soeharto. Namun, hubungan harmonis Benny Moerdani dan Soeharto harus retak.


Melansir dari buku berjudul Benny Moerdani yang Belum Terungkap (2018), Soeharto mencopot Benny dari jabatannya sebagai Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia.


Publik merasa ada keganjilan dalam pencopotan yang serba mendadak itu. Sebab, Benny Moerdani diturunkan persis seminggu sebelum Sidang Umum Majelis Permusyawaratan Rakyat digelar.


Peralihan tongkat komando tertinggi militer sebelumnya selalu dilakukan berbarengan dengan pembentukan kabinet baru.


Rumor mengenai tersingkirnya Benny Moerdani dari lingkaran Cendana menguat setelah Soeharto membubarkan Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Kopkantib). Pasukan yang dibubarkan oleh Soeharto tersebut dipimpin oleh Benny Moerdani.


Setelah itu, Soeharto memberikan Benny Moerdani jabatan sebagai menteri Pertahanan dan Keamanan dalam Kabinet Pembangunan V.


Namun, urusan Benny tak jauh-jauh dari kegiatan seremonial sementara kekuatan militer Benny semakin terkikis.


Ada yang mengatakan hubungan Soeharto dan Benny merenggang karena kabar Benny mengincar kursi wakil presiden hingga merencanakan kudeta.


Kepala Staf Sosial Politik ABRI Letjen Purnawirawan Haryoto PS mengatakan penyebab hubungan Soeharto dan Benny merenggang bukan karena dua rumor tersebut.


Haryoto mengatakan hubungan dua tokoh itu merenggang karena sikap Benny yang mengkritik Soeharto.


Benny Moerdani mengingatkan Soeharto mengenai bisnis anak-anak keluarga Cendana.


"Bapake nesu banget mergo anake dipermasalahke (Bapak marah sekali karena anak-anaknya dipermasalahkan)," kata Haryoto sesaat setelah Benny wafat.


Mantan dokter tentara dalam Operasi Mandala, Brigadir Jenderal Purnawirawan Ben Mboi sempat diceritakan oleh Benny mengenai kejadian munculnya kritikan tersebut.


Saat itu, Benny Moerdani tengah menemani Soeharto bermain biliar di kediaman Cendana.


Benny memberanikan diri mengutarakan pendapatnya agar Soeharto 'menjauhkan' anak-anaknya dari kekuasaan.


"Ketika saya angkat masalah anak-anaknya itu, Pak Harto berhenti bermain, masuk kamar tidur, dan meninggalkan saya di kamar biliar," ujar Benny saat bercerita kepada Ben.


Sebelum kejadian tersebut, rupanya Benny sempat menolak campur tangan anak Soeharto dalam urusan pengadaan alat utama sistem senjata ABRI.


Hal tersebut diungkapkan oleh mantan asisten Benny yang enggan disebut namanya.


"Pak Benny beberapa kali menolaknya," ucapnya.


Menurut Jusuf Wanandi, rekan Benny dari Centre for Strategic and International Studies, pada 1980-an bisnis anak-anak Soeharto merajalela ke semua sektor.


"Semua-semuanya ingin ditataniagakan," kata Jusuf, awal September 2014.


Keresahan Benny terhadap bisnis anak Soeharto juga dirasakan oleh Ali Moertopo.


Menteri Penerangan Kabinet Pembangunan III itu berpesan kepada Jusuf agar berbicara kepada Benny tentang anak-anak Soeharto.


"Minta dia bicara ke Pak Harto , tertibkan anak-anaknya," kata Ali yang ditirukan Jusuf.


Bahkan, Benny sempat menahan paspor, putra Soeharto, Sigit Harjojudanto. Tujuannya agar Sigit tak bisa lagi ke luar negeri untuk berjudi.


Saat Benny Meordani terbaring di kasur perawatan Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto, Jakarta Pusat, Soeharto menjenguknya.


Soeharto mengucapkan kata-kata penyesalan yang nyaris tak terdengar sembari matanya berkaca-kaca.


"Kowe pancen sing bener, Ben. Nek aku manut nasihatmu, ora koyo ngene (Kamu memang yang benar, Ben. Seandainya aku menuruti nasihatmu, tak akan speerti ini)," kata Soeharto seperti yang ditirukan oleh asisten Benny yang berada di ruang perawatan.


Dua hari setelah kunjungan tersebut, Benny Moerdani menghembuskan napas terakhirnya.


Sumber: Tribun

Penulis blog