DEMOCRAZY.ID - Amangkurat I merupakan Raja Mataram ke-4. Ia memerintah sejak tahun 1646-1677, selama berkuasa, ia dikenal sebagai raja yang zalim.
Amangkurat I Raja Mataram konon kabarnya telah membunuh 6000 ulama dalam waktu 30 menit dan itu menjadi aib di kalangan masyarakat.
Amangkurat I lahir memiliki nama asli Raden Mas Sayidin. Ia merupaka anak Sultan Agung dari istri yang bergelar Ratu Wetan, putri Adipati Batang.
Sejak awal pemerintahannya, ia tidak segan membunuh para pejabat yang dianggap tidak patuh dan kurang menghormatinya.
"Kesal dengan sikap kakaknya, Pangeran Alit memberontak dengan berbekal dukungan dari para ulama. Pemberontakan tersebut berhasil dipadamkan dan berakhir dengan terbunuhnya Pangeran Alit," ucap narator YouTube Jejak Lakon.
"Setelah itu, Amangkurat ini membantai ulama dan siapa saja yang dianggap merongrong kekuasaannya," lanjutnya.
Dalam catatan Gubernur Jenderal Hindia Belanda ada sekitar 5000 hingga 6000 orang yang terdiri dari pria wanita dan anak-anak dibantai oleh Amangkurat I.
"Hingga akhirnya kerajaan Mataram dihancurkan oleh Trunojoyo bersama para pasukan dari Bugis dan bangsawan Mataram yang membelot tapi Amangkurat I berhasil lolos dari kejaran," ucap narator.
Namun meski Amangkurat I dipercayai membunuh ulama, pernyataan berbeda datang dari Gusti Im keturunan Pakubuwono 12, raja Keraton Solo. Ia mengatakan peristiwa Amangkurat I menghabisi ulama itu tidak benar.
"Kalau menurut pemahaman saya mungkin ada ajaran yang itu tidak sesuai dengan kaidah Islam itu sendiri. Karena kita kan apa kerajaan Islam Jadi menyimpang akhirnya ajaran itu dimusnahkan," ucapnya.
Seolah dibuktikan kebenarannya, sejak Amangkurat I jenazahnya tidak pernah membusuk bahkan kuku dan rambutnya semakin memanjang seperti layaknya masih hidup
"Gusti Allah menunjukkan kebenaran jasad beliau dengan pakaian Raja masih utuh berbau harum. Konon dulu jenazahnya tidak ditutup batu nisan tapi hanya ditutup dengan kaca saja. Jadi setiap tahun dari Keraton Solo datang dan melakukan pemotongan rambut dan kuku," ucapnya
"Pada tahun 1960-an atas pertimbangan dari Keraton Kasunan Surakarta serta para tokoh agama, akhirnya mereka sepakat untuk menutup secara permanen makam Amangkurat dengan batu nisan," pungkasnya.
Sumber: Hops