DEMOCRAZY.ID - Pengamat politik Rocky Gerung kembali menyuarakan kritikannya terhadap Presiden Jokowi. Kali ini, ia mengungkap kisah yang menurutnya adalah jejak kebohongan orang nomor satu di negeri ini.
Awalnya Rocky Gerung mengatakan, bahwa Jokowi ketagihan kekuasaan, dan dirinya sejak awal sudah mencium semacam jejak despotisme.
Hal tersebut diungkapkannya dalam tayangan video yang diunggah dalam channel YouTube Rocky Gerung Official dikutip pada Rabu, 1 November 2023.
"Bahasa tubuh yang dipalsukan, seolah merakyat. Saya tahu itu kiri kanan kamera yang di set-up untuk menciptakan bahwa beliau adalah rakyat biasa," katanya.
Mantan dosen UI itu lantas berkisah, bahwa pada satu waktu, ketika dirinya memberikan kuliah umum di Universitas Negeri Surakarta tempat Jokowi saat masih menjabat sebagai Wali Kota Solo.
"Saya terpaksa buka rahasia-rahasia kecil. Saya kasih ceramah datang note kecil di meja saya, terus dibilang, Pak Rocky nanti setelah selesai ada yang mau bicara. Saya pikir dosen, saya iyain," tuturnya.
Tak lama setelah itu, Rocky akhirnya bersedia mendatangi sebuah warung angkringan, tempat yang dijanjikan oleh pesan khusus tadi.
"Lalu datang tiga anak muda, membawa pesan dari seorang senior Kota Solo. Mereka nggak sebut namanya, tapi katanya tokoh penting politik dari tahun 66. Pernah masuk penjara yang adalah pemimpin rakyat dari sebuah partai yang sudah terlarang," tuturnya.
"Waktu itu belum terlarang. Dia tokoh pemuda sangat senior dia paham tentang cultur politik Kota Solo," sambungnya.
Namun sayangnya, sosok tersebut sudah meninggal.
"Tapi asistennya bilang begini, ada pesan khusus dari bapak itu buat Pak Rocky, karena waktu itu sibuk dipamerkan Jokowi," tuturnya.
Beberapa point yang dibahas adalah soal pemindahan pasar, hingga jalan rusak.
"Memang berhasil. Tetapi dua utusan tadi yang ke saya bilang, jangan sekali-kali percaya pak. Kalau ada jalan bolong di Kota Solo besok pagi sudah mulus lagi dua orang ini bilang ke saya itu adalah bohong."
Menurutnya, itu dilakukan bukan karena kemampuan komunikasi atau kemampuan diplomasi dari Jokowi. Melainkan setelah dilakukan money politik.
"Disogok baru dibenerin, demikian juga jalan bolong enggak pakai APBD dipanggil aja pengusaha besok pagi selesai."
"Jadi dari awal punya kesan orang ini (Jokowi) betul-betul ingin menampak kekuasaan dengan memulai bangun pencitraan. Algoritma ini bisa saya baca," ujar Rocky.
Kalau kemudian ini berlanjut sampai sekarang, menurut Rocky Gerung, karena memang dari awal Jokowi itu ketagihan kekuasaan.
"Itu dasarnya tuh. Wataknya memang begitu. Apalagi dalam sebuah pidato dia bilang saya tidak memerlukan oposisi. Indonesia bahkan tidak butuh posisi," katanya.
Rocky berpendapat, bagaimana mungkin Jokowi ada di dalam sistem demokrasi yang tidak mau ada posisi, tapi para penyembahnya bilang bahwa sang presiden sedang berupaya menghasilkan demokrasi ala Indonesia.
"Apa yang mau dia lakukan? Dia justru hasil dari demokrasi. Itu yang membangun demokrasi pertama adalah Presiden Habibie diteruskan oleh Gus Dur dilanjutkan oleh SBY," tegasnya.
Sumber: VIVA