ISLAMI

Jika Masih Ada 3 Jenis Hewan Ini Kiamat Masih Jauh, Menurut Gus Baha

DEMOCRAZY.ID
Maret 12, 2024
0 Komentar
Beranda
ISLAMI
Jika Masih Ada 3 Jenis Hewan Ini Kiamat Masih Jauh, Menurut Gus Baha



DEMOCRAZY.ID - Hari akhir atau kiamat selalu menjadi pembahasan menarik. Sisi misterius dan kengeriannya banyak yang membahas.


Tak urung, ulama kharismatik KH Ahmad Bahaudin Nursalim (Gus Baha) yang kerap menjadi panutan ini pun membahas soal hari kiamat.


Menurut murid KH Maimoen Zubair atau Mbah Moen ini kiamat masih jauh jika masih ada tiga jenis hewan ini.


Ulama ahli tafsir ini menerangkan tidak akan kiamat jika masih ada 3 jenis hewan di muka bumi. Tiga jenis hewan itu disebut sebagai penghambat hari kiamat.


Tiga Hewan Ini Adalah


Untuk itu Gus Baha mengatakan bahwa kiamat masih sangat jauh jika dikait-kaitkan dengan kejadian yang banyak terjadi belakangan ini. Seperti bencana dan lain-lain.


“Kiamat masih belum akan terjadi jika masih ada 3 jenis hewan berikut ini di muka bumi,” kata ahli Al-Qur'an tersebut. Dilansir dari akun channel YouTube Santri Gayeng.


Mengutip Hidayatuna.com, menurut ulama Rembang itu, dalam ilmu fiqih, ada tiga hewan yang dimaksud yang menghambat munculnya hari kiamat yaitu unta, sapi, dan kambing.


“Selama Allah masih menciptakan hewan yang bisa dimakan manusia. Itu berarti Allah masih ingin manusia hidup,” ucap Gus Baha.


Oleh karena ini menunjukkan bahwa Allah SWT masih ingin manusia itu hidup dan tidak ingin menyiksa manusia.


“Selama masih ada dabbah, yakni hewan apa saja yang menjadi sumber energi manusia. Itu berarti Allah masih belum ingin menyiksa manusia (kiamat),” jelasnya


Ilmuwan Punya Prediksi Soal Kiamat


Menurut kitab suci, tidak ada manusia yang bisa mengetahui kapan dunia berakhir. Namun dari tahun ke tahun, prediksi kiamat terus terjadi.


Hari kiamat adalah sebuah ujung yang dipercaya oleh semua umat beragama untuk terjadi. Tanda kiamat pun sudah banyak dibahas di kitab suci dan banyak didengungkan oleh pemuka agama kerap terjadi.


Namun jangan salah, hari kiamat beserta tanda kiamat di dalamnya tak cuma dipercaya kaum teis, namun beberapa kelompok lain seperti masyarakat yang mengusung budaya tertentu, serta tentunya para ilmuwan, juga punya tanda kiamat yang mereka percaya.


Para ilmuwan sendiri punya prediksi berdasarkan ribuan penelitian yang telah dijalani, tentang bagaimana tanda kiamat di Bumi ini. Hal ini meliputi tanda kiamat di mana Bumi hancur karena bersinggungan dengan benda langit, yang terjadi dalam waktu jutaan tahun mendatang.


Namun ilmuwan juga punya tanda kiamat yang memprediksi bahwa kiamat bisa datang kapan saja dalam waktu dekat. Bahkan, tanda kiamat tersebut telah terjadi di detik ini. Terlebih lagi, tanda kiamat tersebut kerap merupakan ulah manusia sendiri.


Ini Tanda Kiamat


Menurut ilmuwan, proses kiamat bisa jadi sudah dimulai. Alam semesta diklaim sudah memasuki tahap awalnya.


Berikut deretan tanda kiamat yang telah terjadi saat ini, berdasarkan berbagai penelitian ilmiah.


Pandemi. Sebuah laporan yang dibuat oleh para ilmuwan dari Oxford University menyatakan bahwa salah satu aspek yang akan membawa dunia pada hari akhirnya adalah pandemi.


Seperti yang kita tahu, pandemi merupakan sebuah penyakit mematikan yang penyebarannya sudah meluas ke seluruh dunia. Tanda kiamat ini seedang kita rasakan saat ini, di mana kita sedang berada di tengah pandemi Covid-19 yang membuat kita tak bisa beranjak dari rumah.


Pandemi menyebar sebegitu luasnya hingga di tiap jengkal Bumi, dan sudah banyak korban terenggut penyakit ini.


Para peneliti menyatakan bahwa pandemi berpotensi besar untuk menjadi pandemi jika tidak disikapi dengan serius oleh para petinggi dunia. Hal ini pun sudah tercermin dari penanganan COvid-19 di beberapa negara. Ilmuwan berpendapat bahwa hal ini akan makin serius ketika virusnya memiliki angka mortalitas lebih tinggi, seperti Ebola dan Zika.


Mengapa pandemi bisa digolongkan tanda kiamat? Pasalnya berbagai penyakit dan virus ini mengandung patogen yang belum diketahui dunia kedokteran, serta tidak adanya vaksin yang juga ampuh untuk menangkalnya.


Oleh karena itu kemampuan penyebarannya jauh lebih kuat ketimbang penangkalannya. Hal ini terutama bagi negara-negara yang fasilitas kesehatannya masih rendah. Jadi jika terus menyebar, tanda kiamat tak bisa dimungkiri lagi.


Beberapa pandemi global yang pernah menjangkit dunia adalah Sars di tahun 2003, Ebola di 2014, Zika di tahun 2016, serta Covid-19 di 2020.


Perang Nuklir. Menurut para ilmuwan juga, disebut bahwa senjata nuklir juga berpotensi besar untuk jadi tanda kiamat. Hal ini disampaikan oleh Piers Millet, pakar biosecurity dari Future of Humanity Institute.


Tak cuma bisa memusnahkan umat manusia dalam hitungan detik, namun yang tidak terkena dampak ledakan bisa terkena dampak radiasi. Dalam hal ini, bahkan orang yang meninggal di detik pertama ledakan mungkin bisa jadi justru orang yang beruntung. Karena hidup dengan paparan radiasi sungguh menyiksa.


Meski belum terjadi, hal ini sudah jadi momok dunia sejak tahun 1980an, di mana AS dan Uni Soviet bisa dengan mudah melakukan perang nuklir.


Jika tanda kiamat ini benar-benar terjadi, kota besar dan hutan akan terbakar, asap akan membentuk awan yang memblokade sinar matahari masuk ke atmosfer Bumi. Partikel ini tak akan hilang meski hujan mengguyur Bumi selama bertahun-tahun.


Dalam skenario terburuk, diperkirakan 99 persen cahaya matahari akan terhalau untuk masuk ke Bumi dalam beberapa bulan. Tumbuhan tak bisa berfotosintesis, makanan untuk manusia dan hewan akan lenyap.


Belum lagi suhu permukaan Bumi akan menurun dan membuat Bumi akan lumpuh dalam dinginnya es, sementara tanaman dan hewan akan binasa dalam kegelapan. Kondisi ini akan sangat mirip dengan tanda kiamat yang disebabkan hujaman asteroid pemusnah dinosaurus, yang terjadi berjuta tahun lalu.


Ini yang Mengerikan Dari Erupsi


Erupsi. Jika ditanya apakah erupsi adalah tanda kiamat, jawabannya bisa jadi iya. Pasalnya, jika erupsi terjadi di supervulkanik, akan ada banyak sekali kehidupan yang terbabat habis oleh bencana tersebut. Bahkan, ilmuwan menyebut bahwa kepunahan massal terbesar yang ada di kehidupan Bumi, terjadi karena erupsi, yakni lewat fenomena The Great Dying.


Di erupsi yang terjadi di hampir seperempat milyar tahun yang lalu, tepatnya di akhir era Permian, 90 persen kehidupan di Bumi musnah karena bencana ini. Hanya 4 persen saja dari kehidupan yang bertahan, dan itupun dari ekosistem laut. Hal ini diyakini terjadi karena ‘banjir erupsi basal’ dari letusan supervulkanik di area Siberia.


Yang mengerikan, letusan ini tak terjadi dari gunung, melainkan dari bukaan besar di Bumi. Walhasil, letusan ini menyebar di area yang sangat luas. Hal ini diyakini terjadi saat daratan Bumi terdiri dari satu benua, atau Pangaea.


Letusan tersebut mencakup area seluas 3 juta kilometer kubik, dan fenomena ini berlangsung selama jutaan tahun. Sehingga di era ini, Bumi diselimuti angka karbon dan sulfur dioksida yang tinggi. 


Sumber: Liputan6

Penulis blog