HOT NEWS

Jagal 3 Ribu Muslim, PM Israel Ariel Sharon Meninggal Dengan Usus Membusuk dan Mata Melotot Selama 8 Tahun

DEMOCRAZY.ID
November 14, 2023
0 Komentar
Beranda
HOT NEWS
Jagal 3 Ribu Muslim, PM Israel Ariel Sharon Meninggal Dengan Usus Membusuk dan Mata Melotot Selama 8 Tahun



DEMOCRAZY.ID - Siapa yang tak tahu Ariel Sharon. Mantan perdana menteri Israel itu pernah terbaring koma selama 8 tahun. Tersiksa dalam sekarat.


Kini sosok Ariel Sharon seolah kembali teringiang di memori umat Islam. 


Ariel Sharon punya sejarah hidup yang tak bisa lepas dari konflik pendudukan zionis terhadap tanah Palestina.


Dalam beberapa hari ini tangannya yang berlumuran darah anak-anak, perempuan dan warga sipil Palestina lainnya kembali menjelma sebagai sebuah teror yang mengerikan.


Jet-jet tempur dan pesawat tanpa awak meluncurkan roket yang menghantam pemukiman Palestina, hingga membuat lebih 100 warga Palestina meninggal dalam sepekan terakhir. Sosok Airel Sharon adalah simbol dari kebiadaban itu.


Di panggung politik Timur Tengah dan internasional, Ariel Sharon, yang bernama lengkap Ariel Scheinermann, merupakan figur kontroversial.


Sharon adalah seorang jenderal kejam yang tangannya berlumuran darah rakyat Palestina. Sebuah kutukan kemudian mengakhiri hidupnya.


Tubuhnya membusuk


Ariel Sharon lahir di Kfar Malta, Palestina, pada 27 Februari 1928, sudah didoktrin keluarganya untuk mendukung gerakan Zionisme.


Ariel secara mulus menduduki kursi Perdana Menteri pada Februari 2001. Para dokter pernah memasukkan Ariel Sharon ke ruang operasi untuk dilakukan pembedahan.


Ia memiliki luka membusuk, lalu operasi dilakukan untuk menyambung bagian-bagian ususnya yang telah membusuk dan infeksinya telah menyebar ke bahagian tubuh lain.


Penyumbatan yang terjadi di otaknya menyebabkan kerusakan di sekujur tubuh hingga membusuk.


Sejak terserang stroke pada 4 Januari 2006 lalu, pertama kali ia dirawat di Rumah Sakit Hadassah Ein Kerem di Yerusalem dan kemudian di Chaim Sheba Medical Center di Tel Hashomer.


Menurut Komite Keuangan Knesset (parlemen Israel), ongkos pengobatan Sharon setiap tahun sekitar USD 440 juta atau setara Rp 4,25 triliun.


“Nyawa Sharon terancam,” kata juru bicara rumah sakit, Yael Bossem-Levy kepada kantor berita Associated Press, kala itu.


Saat itu usia Sharon memasuki 85 tahun, kedua matanya dalam keadaan terus terbuka. Dokter-dokter yang merawat Sharon memberikan keterangan terkait kesehatan Sharon, saat ditanya sampai kapan keadaan Sharon akan terus menerus seperti ini, Shlomo Segev, dokter senior yang merawatnya mengatakan, “Kalau dikaji dari usia rata-rata di keluarga Sharon, ibu dan neneknya mati di atas usia 90 tahun”.


Shlomo kemudian memperkirakan Sharon akan tetap dengan keadaannya seperti ini hingga lewat usianya di atas 90 tahun.


Sharon tergolek tak berdaya dengan bantuan berbagai alat medis yang tertancap ke tubuhnya, termasuk respirator, dalam ruangan khusus di Rumah sakit Tel Hashomer, sebelah timur Ibu Kota Tel Aviv.


Tidak ada upacara khusus atau sekadar ucapan simpati buat lelaki 85 tahun itu. “Besok (Sabtu pekan lalu) juga tidak ada upacara khusus. Semua orang telah melupakan dia,” kata Raanan Gissin, bekas penasihat Sharon seperti dilansir Dilansir dari kabar.net.


Cobalah pegang tangannya, belai rambutnya yang memutih dan sapalah dia dengan bahasa orang Arab yang sangat dibencinya, “Kaifa haluk yaa Sharon?” (Apa kabarmu Sharon?)


Dia pasti tidak akan menjawab. Sebab itu hanyalah sebuah patung lilin dalam ukuran sebenarnya sebagai representasi dari Ariel Sharon. Seni instalasi karya Noam Braslavsky tersebut pertama kali ditampilkan di Galeri Seni Kishon di Tel Aviv.


“Sebagai seorang seniman, adalah hak saya untuk memilih tokoh ini dan membawanya kembali menjadi kepala berita utama (di media massa),” kata Braslavsky, perupa Israel yang bermukim di Jerman.


Saat Sharon terkena stroke, seorang kru televisi Israel berhasil merekam gambarnya yang sedang berada di belakang sebuah mobil ambulan, terbaring setengah duduk dalam keadaan sadar.


Itulah gambar terakhir dari Sharon yang dimiliki media. Sebab setelah itu, keluarga Sharon sengaja menutup rapat-rapat segala informasi tentang kondisi salah satu tokoh kontroversial dalam sejarah Zionis Israel itu.


Sementara Sharon palsu didatangi banyak pengunjung di Kishon Gallery, Sharon asli terbujur kaku tidak sadarkan diri beberapa kilometer jauhnya, di Chaim Sheba Medical Center, Tel Hashomer.


Sharon yang akrab dipanggil Arik, terkena stroke berat sehingga otaknya dibanjiri darah, berbagai media internasional mengabarkan bahwa ia sudah mati, “ya” Mati.


Hal itu wajar saja, karena setelah dinyatakan stabil pada 5 Januari 2006 oleh tim dokter, saat itu di Rumah Sakit Haddasah, keesokan harinya Sharon dimasukkan lagi ke ruang operasi.


Pada hari keenam, dokter berupaya membangunkannya dari keadaan tidak sadar, dengan cara mengurangi dosis obat anastesi.


Ia pun kemudian bisa bernapas sendiri dengan bantuan respirator dan sedikit memberikan respon terhadap stimulus rasa sakit di lengan dan kakinya.


Tetapi, Sharon yang sudah berpindah rumah sakit tidak juga bangun, meskipun keluarga sudah memperdengarkan alunan musik klasik karya komposer Mozart kesukaannya –seperti yang disarankan oleh dokter.


Hari berganti pekan, pekan berganti bulan. Sharon tidak lagi dikabarkan menderita pendarahan pada otaknya.


Hanya saja, berbagai infeksi menyerang organ-organ tubuhnya yang lain secara bergantian.


Dari otak, infeksi pindah ke paru-paru, ke ginjal, ke dalam darah, begitu seterusnya. Jantungnya yang diketahui bocor sejak sebelum koma, ikut memperburuk keadaan.


Tim dokter yang merawatnya hanya menyampaikan dua kabar tentang Sharon. Yaitu, kondisinya memburuk karena ada gangguan pada organnya atau stabil, tapi tetap dalam keadaan koma.


Sebelum Ariel Sharon jatuh koma, diisukan kabar dari asisten pribadinya bahwa tidur malamnya sering diganggu oleh satu mimpi yang sama.


Dalam mimpi itu Sharon ditangkap oleh penduduk GAZA yang begitu marah dan dendam kepada Sharon karena tindakannya yang angkuh menyerang tanah Palestina.


Didalam mimpi itu Sharon telah disiksa, dirantai tangan dan kakinya kemudian diarak sekeliling bandar GAZA dan di masukkan kedalam api.


Mimpi itu mengganggu Sharon setiap malam hingga dia jatuh koma. Tiada yang tahu akan derita Sharon menanggung mimpi-mimpi itu kecuali asisten pribadi Sharon.


Asisten tersebut mengungkapkan mimpi-mimpi Sharon itu kepada khalayak di Israel pada tahun 2008. Khalayak di Israel telah menyiarkan berita tersebut, kemudian dikutip oleh media-media Asia Barat, seterusnya tersebar.


Demikianlah kita saksikan keadaan musuh Allah Subhanahu Wata’ala. Sharon merupakan musuh Islam yang sangat kejam dan gemar menumpahkan darah.


Penyumbatan yang terjadi di otaknya menyebabkan kerusakan di sekujur tubuh hingga membusuk, namun ia masih hidup.


Penjegal dari Beirut


Melansir Intisari Online, pada usia 14 tahun, Ariel yang menerjemahkan dukungannya terhadap Zionisme dengan cara menyerang rakyat Palestina itu mulai masuk organisasi bersenjata.


Ia bergabung dengan kelompok mafia Haganah dan beberapa tahun kemudian masuk satuan Infantri Israel, Brigade Alexandroni.


Sebagai militer yang gemar melakukan serangan brutal, Ariel yang kemudian menjabat komandan terus melancarkan teror terhadap rakyat Palestina.


Dalam berbagai pertempuran yang dialami, Ariel sempat terluka dan hampir saja tewas.


Karier militernya terus menanjak. Pada 1949 ia dipercaya memimpin unit intai tempur Brigade Golani.


Tak hanya berkarier di militer, tahun 1950 Ariel masuk Universitas Ibrani Yerusalem dan mengambil studi Sejarah dan Kultur Timur Tengah.


Karena konflik Israel-Palestina makin memanas setahun kemudian, Ariel aktif kembali di militer Israel dengan pangkat mayor dan memimpin unit khusus Unit 101.


Unit pasukan khusus yang bertugas menyergap gerilyawan Palestina ini dikenal kejam. Pada 1953 mereka pernah membantai 69 penduduk Palestina.


Akibat peristiwa pembantaian itu, Ariel mendapat julukan baru, Penjagal dari Beirut.


Perang demi perang terus dijalani Ariel mulai dari perang di Terusan Suez (1956), Perang Enam Hari (1967), dan Perang Yom Kippur (1973).


Perang yang membuat nama Ariel Sharon naik turun itu rupanya membuat nasibnya tetap beruntung mengingat pangkat mayor jenderal berhasil disandangnya.


Foto Ariel yang bagian kepalanya terbalut perban saat bertempur di Terusan Suez bahkan menjadi simbol kekuatan militer Israel.


Usai perang Ariel terpilih sebagai anggota Knesset, semacam kabinetnya Israel. Akan tetapi pada 1974, Ariel mundur dari Knesset sekaligus pensiun dari dunia militer.


Ariel lalu bergabung dengan partai politik yang selanjutnya menjadi kendaraannya meraih kekuasaan, yaitu di Partai Likud.


Selain aktif di partai, Ariel juga dipercaya sebagai Penasihat Keamanan Perdana Menteri Israel saat itu, Yitzhak Rabin.


Tahun 1977, Ariel kembali ke Knesset dan menerima jabatan menteri pertanian. Tahun 1981-1983 Ariel menjabat menteri pertahanan.


Pada periode itu perang antara Israel dan Lebanon kembali berkobar serta diwarnai peristiwa kelam, pembantaian 3.000 pengungsi Palestina di Kamp Sabra dan Shatila oleh milisi Phalangis.


Tentara Israel yang menyerbu Lebanon atas perintah Ariel dianggap gagal meyelamatkan pengungsi dan dituduh melakukan pembiaran terhadap pembantaian itu.


Nama Ariel Sharon kembali tercoreng dan pria yang telah dicap sebagai Penjagal dari Beirut ini memilih mengundurkan diri.


Tahun 1984, Ariel membuat manuver politik lagi dan bergabung di Knesset.


Sejumlah jabatan yang tak berkaitan dengan pertumpahan darah dipegang Ariel, antara lain menteri perindustrian dan perdagangan, menteri perumahan dan konstruksi, menteri infrastruktur, serta pada tahun 1998 menjabat menteri luar negeri.


Tahun 1999 ketika secara kebetulan Benyamin Netanyahu mundur sebagai ketua Partai Likud, Ariel maju menggantikannya.


Posisi itu membuat Ariel secara mulus menduduki kursi Perdana Menteri pada Februari 2001. Sebagai PM, Ariel lagi-lagi membuat langkah kontroversial.


Ia membentuk koalisi persatuan nasional dan mendorong perdamaian Israel-Palestina.


Suatu langkah politik yang dahulu sangat diharamkannya. Ariel bahkan memerintahkan penarikan mundur pasukan Israel dari Jalur Gaza. Langkah ini ternyata membuat Partai Likud terpecah.


Di Jalur Gaza sendiri, faktor keamanan mulai dipegang pejuang yang kemudian memperdaya Israel, yaitu Hizbullah.


Perpecahan Partai Likud membuat Ariel Sharon berang. Tak lama kemudian, pada November 2005, ia membentuk partai baru bernama Kadima.


Langkah politik dan karier Sharon sebagai PM terhenti ketika pada bulan Desember, stroke menyerangnya.


Setelah lebih dari 100 hari terkapar tak sadarkan diri, posisi Ariel lalu digantikan wakil PM, Ehud Olmert.


Ketika pasukan Israel berhasil dipukul mundur Hizbullah dan PM Ehud Olmert harus bertanggungjawab terhadap kekalahan perang itu. Ariel Sharon tidak tahu sama sekali.


Mantan jenderal yang terkenal kejam itu masih terkapar koma di rumah sakit militer, Sheba Medical Center.


Pada 11 Januari 2014 Ariel Sharon meninggal dunia dalam kondisi tragis setelah selama 8 tahun mengalami koma dan hidup dengan alat bantu pernapasan.


Sumber: Tribun

Penulis blog