HOT NEWS ISLAMI

Jadi Trending Topik, Mahmoud Darwish Penyair Palestina Yang Mencintai Gadis Israel Namun Berakhir Tragis, Begini Kisahnya

DEMOCRAZY.ID
Maret 12, 2024
0 Komentar
Beranda
HOT NEWS
ISLAMI
Jadi Trending Topik, Mahmoud Darwish Penyair Palestina Yang Mencintai Gadis Israel Namun Berakhir Tragis, Begini Kisahnya



DEMOCRAZY.ID - Nama Mahmoud Darwish dan kisah cintanya kembali menjadi perhatian hingga ramai diperbincangkan di media sosial X (Twitter).


Kisah Mahmoud Darwish tersebut di mana ia mencintai seorang gadis Israel, yang terus disembunyikan dari publik hingga belasan tahun lamanya karena konflik yang terjadi antara dua negara.


Diketahui, Mahmoud Darwish sendiri merupakan penyair asal Palestina yang cukup punya pengaruh atas negaranya.


Kisah tersebut lantas diceritakan oleh Mahmoud Darwish dalam salah satu puisinya yang berjudul Rita and The Riffle.


Kisah Hidup Mahmoud Darwish



Mahmoud Darwish lahir pada tanggal 13 Maret 1941, di Desa al-Birwa, Palestina.


Selama pendudukan Israel di Palestina pada tahun 1948, ia dan keluarganya dipaksa keluar dari rumah mereka dan berada di sebuah kamp pengungsian di Lebanon Selatan.


Setahun kemudian, mereka kembali untuk tinggal di desa tersebut namun menemukan bahwa sebuah pemukiman Yahudi telah dibangun di atas reruntuhannya sehingga mereka hidup sebagai pengungsi di desa lain di tanahnya sendiri.


Penyair ini tinggal di Kota Haifa di Israel Utara selama 10 tahun dan menyelesaikan sekolah menengah di sana, dilarang meninggalkan kota itu selama satu dekade dan tidak diizinkan meninggalkan rumahnya pada 1967-1970.


Selama periode tersebut, ia dipenjara beberapa kali karena pernyataan, puisi dan aktivitas politiknya yang anti-pendudukan.


Pada tahun 1960 Darwish menerbitkan koleksi puisi pertamanya "Asafir bila ajniha" (Burung Tanpa Sayap) ketika ia berusia 19 tahun.


Ia meninggalkan Haifa pada 1970 dan pergi ke Moskow untuk belajar di Lomonosov Moscow State University selama satu tahun.


Dia kemudian pindah ke ibu kota Mesir, Kairo dan kemudian ke Lebanon, di mana ia bergabung dengan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) dan tinggal di sana hingga invasi Israel di tahun 1982.


Kemudian ia menuju ke Tunisia, Prancis, dan Yordania sebelum kembali ke Palestina.




Pada tahun 1993, Darwish mengundurkan diri dari Komite Eksekutif PLO untuk memprotes Perjanjian Oslo pertama antara PLO dan Israel.


Perjanjian lain ditandatangani antara Israel dan Otoritas Palestina pada tahun 1995. Di bawah Perjanjian Oslo, Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur, dibagi menjadi tiga bagian (Area A, B dan C) dengan area C berada di bawah kendali administratif dan keamanan Israel hingga kesepakatan status akhir dicapai dengan Palestina.


Pada tahun 2000, Yossi Sarid, yang saat itu menjabat sebagai Menteri Pendidikan Israel, melontarkan gagasan untuk memasukkan beberapa puisi Darwish ke dalam kurikulum sekolah menengah di Israel namun usulan tersebut ditolak.


Pada 9 Agustus 2008, Darwish meninggal dunia pada usia 67 tahun setelah menjalani operasi jantung di Negara Bagian Texas, Amerika Serikat, dan dimakamkan di Ramallah. Ribuan warga Palestina ikut serta dalam pemakamannya.


Warga Palestina melakukan tiga hari berkabung nasional untuk menghormati penyair besar itu.


Karya Terkemuka Mahmoud Darwish



Beberapa karya Mahmoud Darwish yang paling terkenal meliputi:


- Leaves of Olives (1964)

- Journal of an Ordinary Grief (1973)

- Memory for Forgetfulness (1982)

- State of Siege (2002)


Kutipan Puisi Mahmoud Darwish


Pada tahun 1988, Mahmoud Darwish menulis “Mereka yang Melewati Kata-Kata Sekejap,” yang berbunyi:


"Jadi tinggalkan negara kami,

Tanah kami, laut kami,

Gandum kami, garam kami, luka kami,

Semuanya, dan pergi,

Kenangan kenangan."


Sumber: Akurat

Penulis blog