HUKUM

Ganjar Beri Nilai 5 Soal Rapor Penegakan Hukum di Era Jokowi, BEPRO: Lupa Kalau Cawapresnya Menkopolhukam?

DEMOCRAZY.ID
November 19, 2023
0 Komentar
Beranda
HUKUM
Ganjar Beri Nilai 5 Soal Rapor Penegakan Hukum di Era Jokowi, BEPRO: Lupa Kalau Cawapresnya Menkopolhukam?



DEMOCRAZY.ID - Calon Presiden nomor urut 3, Ganjar Pranowo memberikan penilaian terkait penegakan hukum di era Presiden Joko Widodo. Ganjar menilai penegakan hukum saat ini jeblok sehingga memberinya nilai dengan angka 5 dari 10. 


Pernyataan Ganjar tersebut pun lantas menuai sorotan tajam dari Sekretaris Jenderal Bersama Prabowo (BEPRO) David Herson.


David Herson yang juga Anggota TKN (Tim Kampanye Nasional) di Tim Golf tersebut mempertanyakan Ganjar yang lupa bahwa yang menjadi Cawapres-nya adalah seorang Menkopolhukam (Mahfud MD) yang menangani permasalahan hukum di era Presiden Jokowi sampai saat ini.


“Gimana to? Apa Mas Ganjar lupa Cawapresnya itu siapa?? Mahfud MD, seorang Menkopolhukam. Lha kok aneh? Salahin dong Cawapresnya (Pak Mahfud), kemana aja selama ini ?," tegas David Herson dalam keterangan resminya kepada awak media di Jakarta, Minggu (19/11/2023).


Sebagaimana diketahui, kritikan tersebut diungkapkan Ganjar saat menghadiri dialog Sarasehan Nasional Ikatan Keluarga Alumni (IKA) Universitas Negeri Makassar (UNM) di Hotel Four Points by Sheraton, Makassar, Sabtu (18/11). 


Ganjar mulanya ditanya seperti apa penegakan hukum di Indonesia saat ini? yang kemudian dijawab Ganjar, "Turun" lalu disambut tawa peserta Sarasehan.


"Ketika akur, tidak ada kasus kemarin, atau belum muncul kasus kemarin. Kasus kemarin saya menelanjangi semuanya dan kita dipertontonkan soal itu. Loh kan ada muncul kasusnya, kan? 


Muncul kasusnya, kemudian ada upaya melakukan penindakan dan ada hukumannya, dan semua melihat. Dan tindakannya seperti itu, semua terbelalak matanya," papar Ganjar melanjutkan.


Ganjar lalu ditanya faktor paling besar yang mempengaruhi turunnya penegakan hukum saat ini.


 Ganjar menyebut dipengaruhi adanya rekayasa dan intervensi yang kemudian independensi menjadi hilang, dari yang inparsial menjadi parsial.


"Kemudian itu, ya kita kuliah, kita sekolah, di UNM juga ada orang yang belajar, pasti banyak orang membaca. Udah deh, semua. Dan kemudian kita melihat seperti itu. 


Taruhlah kemudian orang semua sudah tahu bawa warnanya adalah emas dan merah. Tiba-tiba semua mengatakan ini hitam. Kan kita tidak tahu, kita yang lihat merah dan putih kok. Kontrol itu kemudian muncul dan sikap itu kemudian keluar," pungkasnya. [Democrazy/TvOne]

Penulis blog