EKBIS HOT NEWS

Bukti Palestina Bisa Menjadi Negara Kaya di Dunia Jika Tak Dijajah Israel

DEMOCRAZY.ID
November 02, 2023
0 Komentar
Beranda
EKBIS
HOT NEWS
Bukti Palestina Bisa Menjadi Negara Kaya di Dunia Jika Tak Dijajah Israel



DEMOCRAZY.ID - Palestina memiliki kekayaan dan sumber daya alam bernilai miliaran dolar yang cukup untuk kebutuhan rakyatnya. 


Namun, kehadiran pendudukan Israel dan kendalinya atas sumber daya ini membuat Palestina kehilangan pendapatan dan keuntungan dari sumber daya tersebut.


Di Tepi Barat terdapat Area C yang mewakili sekitar 60 persen wilayah tersebut. Area C tersebut kini di bawah kendali Israel. Ada sumber daya yang berlimpah di sana, termasuk minyak, gas, batu, dan marmer.


Menurut sumber resmi Palestina, Palestina memiliki cadangan minyak besar yang diperkirakan mencapai miliaran barel. 


Cadangan gas Palestina diperkirakan mencapai miliaran meter kubik, namun semuanya berada di bawah kendali Israel.


Dilansir di Aljazirah, menurut perkiraan pakar geografi dan dosen Universitas Birzeit Abdullah Harzallah, Israel mengekstraksi tidak kurang dari 6.000 barel minyak per hari dari sumur minyak di tanah kota Rantis, barat laut kota Ramallah.


Harzallah menuturkan, dengan 50 dolar AS per barel, Israel mencuri sekitar 300 ribu dolar AS (Rp 4,7 miliar) per hari dari kekayaan minyak Palestina. Artinya, Israel mendapatkan lebih dari 100 juta dolar AS atau sekitar Rp 1,5 triliun per tahun.


Menurut Pusat Informasi Nasional Palestina (pemerintah), Israel mengekstraksi sekitar 800 barel per hari dari ladang Majd 5. Ladang tersebut merupakan salah satu dari lima ladang yang beroperasi di tanah kota Rantis yang merampas hak-hak rakyat Palestina. 


Volume cadangan minyak dari ladang minyak yang ditemukan sejak tahun 1990-an itu adalah sekitar 1,5 miliar barel minyak dan 182 miliar kaki kubik gas.


Pada 2015, Journal of Palestine Studies menerbitkan makalah penelitian yang disiapkan oleh kepala Dana Investasi Palestina, Muhammad Mustafa. 


Makalah ini menjelaskan, lebih dari 60 persen cadangan ladang minyak Rantis berlokasi di Tepi Barat. Maka diperkirakan, pendapatan Palestina bisa mencapai 1,3 miliar dolar AS jika mampu mengeksploitasinya.


Adapun cadangan gas di Gaza, ahli geografi Herzallah mengatakan, cadangan ladang gas yang ditemukan di sana sejak akhir tahun 1990-an diperkirakan berjumlah sekitar 35 miliar meter kubik. Namun, pendudukan Israel telah mencegah eksploitasi hingga sekarang.


"Pantai-pantai Palestina pun kaya akan gas, dan terdapat cadangan gas diperkirakan sekitar seribu miliar meter kubik di seberang Haifa saja, selain jumlah besar lainnya di utara dan dekat Gaza," kata Herzallah.


Menurut makalah penelitian Muhammad Mustafa, nilai pasar Jalur Kelautan dan Perbatasan Gaza diperkirakan antara 6 dan 8 miliar dolar AS. 


Jika ladang gas di Jalur Kelautan dan Perbatasan Gaza itu dieksploitasi, maka bisa menghemat sekitar 8 miliar dolar AS bagi Palestina selama 20 tahun, karena tingginya biaya impor listrik dari Israel dibandingkan memproduksinya dengan gas alam.


Selain minyak dan gas, Palestina juga memiliki cadangan batu dan marmer yang sangat besar, yang seluruhnya diproduksi oleh orang Palestina. 


Direktur Persatuan Industri Batu dan Marmer Shadi Shaheen menuturkan, industri batu dan marmer terkonsentrasi di Area A dan B Tepi Barat. Tapi di sisi lain, Palestina dilarang Israel melakukan eksploitasi di sana.


"Total ekspor sektor ini ke luar negeri melebihi 150 juta dolar AS, dan menyediakan 20 ribu lapangan kerja, dan tentunya jumlahnya akan berlipat ganda jika Area C dimanfaatkan," tutur Shaheen.


Menurut Shaheen, sektor batu dan marmer merupakan sektor industri pertama di Palestina dalam hal kapasitas operasional, volume ekspor, dan kontribusinya terhadap produk dalam negeri. Menurut data federasi, pendapatan tahunan industri ini diperkirakan sekitar 700 juta dolar AS di dalam dan luar negeri.


Di Area C, Israel mengerahkan ratusan menara komunikasi untuk memperkuat transmisi jaringan seluler Israel. Akibatnya, Palestina dirugikan. Bahkan hingga saat ini warga Palestina dilarang mengoperasikan komunikasi generasi keempat.


Kerugian ini disebabkan oleh lambatnya pengembangan jaringan komunikasi, kerja perusahaan-perusahaan Israel di pasar Palestina tanpa izin, dan pembatasan impor dan penyitaan peralatan oleh pendudukan. 


Menurut laporan Bank Dunia, operator dan perusahaan komunikasi Israel menguasai lebih dari 20 persen pasar Palestina di Tepi Barat.


Studi Applied Research Institute (ARIJ) yang dipresentasikan oleh MAS Center for Economic Studies di Ramallah pada tahun 2016 menunjukkan bahwa kerugian tahunan langsung dan tidak langsung dari kehadiran Israel di wilayah Palestina diperkirakan mencapai sekitar 9,46 miliar dolar AS atau sekitar Rp 148 triliun.


Kajian tersebut menyatakan kerugian tersebut antara lain eksploitasi kekayaan yang dilakukan Israel di Palestina, hambatan pergerakan individu dan barang, serta penutupan perbatasan. 


Masih menurut penelitian tersebut, kerugian Palestina akibat penguasaan Israel atas sumber daya alam saja (air, gas alam, minyak, lahan pertanian) diperkirakan mencapai sekitar 2,63 miliar dolar AS atau sekitar Rp 41 triliun per tahun.


September lalu, laporan Bank Dunia mengatakan bahwa memberikan akses kepada bisnis Palestina ke Area C akan meningkatkan pendapatan Otoritas Palestina sebesar 6 persen dari produk domestik bruto (PDB). Menurut laporan Bank Dunia tahun 2014, kerugian ekonomi Palestina akibat kendali Israel atas Area C berjumlah 3,4 miliar dolar AS atau sekitar Rp 53 triliun per tahun.


Pada November 2021, sebuah laporan yang disiapkan oleh Konferensi PBB tentang Perdagangan dan Pembangunan (UNCTAD) memperkirakan kerugian ekonomi Palestina akibat penutupan Israel di wilayah Palestina selama periode antara tahun 2000-2019 sebesar 58 miliar dolar AS atau sekitar Rp 919 triliun.


Berdasarkan hukum dan perjanjian internasional, Palestina mempunyai hak untuk mengeksploitasi sumber daya alamnya, seiring dengan beberapa kali Majelis Umum PBB memberikan suara mendukung rancangan resolusi bertajuk "Kedaulatan atas Sumber Daya Alam". 


Resolusi ini menetapkan kedaulatan permanen rakyat Palestina di wilayah pendudukan Palestina, dan hak mereka untuk menuntut kompensasi akibat kerugian, eksploitasi, atau penipisan sumber daya alam.


Sumber: Republika

Penulis blog