DEMOCRAZY.ID - Gencatan senjata sementara masih terjadi di Gaza, Palestina. Sejumlah perkembangan baru muncul setelah jeda perang tersebut diperpanjang, dari semula hanya empat hari hingga Senin, menjadi enam hari, hingga Rabu (29/11/2023) ini.
Beberapa fakta terbaru muncul. Berikut 11 di antaranya dirangkum CNBC Indonesia dari berbagai sumber.
Surat Terima Kasih Sandera Israel ke Hamas
Sebuah surat viral. Ini terkait ucapan terima kasih sandera Israel ke Hamas.
Mengutip media Turki TRT, Danielle Aloni menulis surat emosional yang mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada kelompok Hamas atas perhatian yang mereka berikan kepada putrinya Emilia.
Ia dan sang anak sebelumnya ditawan 49 hari oleh Hamas di Gaza yang terkepung dan dibebaskan 24 November.
"Saya berterima kasih dari lubuk hati saya yang terdalam atas rasa kemanusiaan luar biasa yang Anda tunjukkan terhadap putri saya, Emilia," katanya.
Dilaporkan surat itu ditulis dalam bahasa Ibrani lalu diterjemahkan dalam bahasa Arab. Ada pula kalimat yang menyebut, Emilia "merasa seperti seorang ratu".
"Dia (Emilia) mengakui bahwa Anda semua adalah temannya, bukan hanya teman, tapi benar-benar dicintai dan baik," bunyi surat tersebut lagi.
"Terima kasih atas waktu yang Anda habiskan sebagai perawat," ujarnya.
"Anak-anak seharusnya tidak disandera, namun terima kasih kepada Anda dan orang-orang baik lainnya yang kami temui selama ini, putri saya merasa seperti seorang ratu di Gaza."
Dalam surat ia juga menyinggung situasi yang sulit di Gaza. Di mana dirinya berharap kedua belah pihak, baik Israel maupun Palestina bisa menjadi teman baik.
"Saya akan mengingat perilaku baik Anda yang ditunjukkan meskipun dalam situasi sulit yang Anda hadapi dan kerugian besar yang Anda derita di sini di Gaza," tulisnya.
"Saya berharap di dunia ini kita benar-benar bisa menjadi teman baik," katanya lagi.
"Saya berharap Anda semua sehat dan sejahtera... kesehatan dan cinta untuk Anda dan anak-anak keluarga Anda."
Belum diketahui jelas kebenaran surat itu. Namun media AS New York Post menyebutnya "propaganda".
Seorang sumber yang mengaku sepupu Aloni, Liam Adam, menjadi sumber. "Hamas baru saja menerbitkan lebih banyak propaganda tentang keluarga saya," tulisnya di media sosial.
Update Baru Pembebasan Sandera
Dalam update terbaru The Guardian, dilaporkan pertukaran sandera terbaru dengan tahanan Palestina sudah berlangsung Selasa malam. Sebanyak 12 sandera, termasuk 10 warga Israel dan dua warga negara Thailand, dibebaskan Hamas.
Di sisi lain, 30 orang juga dibebaskan dari penjara Israel pada hari Selasa, termasuk 15 anak-anak dan 15 wanita. Mereka ditahan di penjara Ofer, dekat Ramallah di Tepi Barat yang diduduki, dan dari pusat penahanan di Yerusalem.
Komite Palang Merah Internasional juga mengonfirmasi. Ini menjadi pertukaran kelima berdasarkan perjanjian gencatan senjata antara dua pihak yang berkonflik di Gaza itu.
Kelanjutan Perpanjangan Gencatan Senjata
Para mediator bertemu di Qatar untuk mencoba mengamankan perpanjangan gencatan senjata lima hari antara Israel dan Hamas yang akan berakhir hari ini, Rabu. Belum diketahui apakah akan ada perpanjangan lagi.
Dalam sejumlah update dikatakan perundingan mengenai kemungkinan perpanjangan kedua jeda pertempuran di Gaza dan pembebasan sandera yang ditahan oleh Hamas, kini melibatkan laki-laki dan tentara.
Namun menurut laporan yang sama, Israel tidak akan menyetujui diskusi apa pun mengenai kesepakatan penyanderaan baru sebelum kesepakatan saat ini diterapkan sepenuhnya dan semua perempuan dan anak-anak yang disandera dibebaskan.
Tentara Israel Sinyal Perang Baru di Gaza
Gencatan senjata sementara memang masih berlangsung di Gaza. Namun, sinyal baru muncul dari tentara Israel (IDF).
Di mana, Kepala Staf Angkatan Pertahanan Israel Herzi Halevi menyatakan pasukannya telah mempersiapkan perang baru melawan Hamas. Meski pembicaraan diplomatik lain sedang berlangsung untuk makin memperpanjang gencatan senjata.
"IDF bersiap untuk terus berjuang untuk membongkar Hamas," katanya dikutip CNBC International yang melansir Times of Israel.
"Hari ini, IDF siap untuk melanjutkan pertempuran," tegasnya.
Ia mengulangi tujuan operasi militer Israel di Gaza, yang dimulai setelah serangan Hamas pada 7 Oktober. Ia pun mengatakan pihaknya menggunakan hari-hari gencatan senjata sebagai bagian dari kesiapan operasi baru.
"Kami menggunakan hari-hari gencatan senjata sebagai bagian dari perjanjian untuk belajar, memperkuat kesiapan, dan menyetujui rencana operasional selama jangka waktu tersebut," kata Halevi dalam sebuah pernyataan.
"Kami bersiap untuk terus berjuang untuk membubarkan Hamas. Ini akan memakan waktu, ini adalah tujuan yang rumit, namun hal ini lebih dari cukup untuk dibenarkan," jelasnya lagi.
Pelanggaran Gencatan Senjata Gaza
Di sisi lain, kekerasan dilaporkan terjadi di Gaza di tengah gencatan senjata. Israel mengatakan sejumlah tentaranya terluka ringan setelah tiga alat peledak meletus berdekatan dengan pasukan IDF di dua lokasi berbeda.
"Di salah satu lokasi, teroris juga melepaskan tembakan ke arah pasukan, yang membalas dengan tembakan," kata IDF dalam pesan Telegram.
Hal ini pun disambut Hamas. Kelompok itu menegaskan Israel-lah yang melakukan pelanggaran terang-terangan terhadap gencatan senjata di Jalur Gaza utara.
"Tindakan Israel telah menyebabkan pembalasan dari para pejuang," tegas Hamas.
Meski begitu, Hamas mengaku masih berkomitmen terhadap gencatan senjata. Terutama selama "musuh" juga berkomitmen terhadapnya.
Di sisi lain, laporan muncul terkait beberapa tembakan tank Israel di distrik Sheikh Radwan di Kota Gaza pada pagi hari. Sebuah peluru Israel juga dilaporkan mendarat di Lebanon.
Meskipun Lebanon dan Hizbullah bukan pihak resmi dalam gencatan senjata, konflik di sana telah mereda setelah pertempuran mereda di Gaza. Update terbaru ini dikhawatirkan memprovokasi keadaan.
Menteri Israel Serukan Gempur Gaza Lagi
Menteri keamanan sayap kanan Israel, Itamar Ben-Gvir, mendesak PM Israel Benjamin Netanyahu untuk mengakhiri perjanjian gencatan senjata. Insiden ledakan di Gaza Utara menjadi penyebab.
Dalam sebuah pernyataan Ben-Gvir menekan ke Netanyahu untuk memerintahkan IDF untuk melanjutkan penghancuran Hamas dengan paksa. "Kami tidak bisa menunggu mereka membunuh pejuang kami," katanya.
AS Kirim Tiga Pesawat Militer Bantu Gaza
Amerika Serikat (AS) telah mengirimkan pesawat militer pertama dari tiga pesawat militer yang membawa bantuan kemanusiaan ke Mesir, untuk dibawa ke Gaza.
Ini dilakukan sehari setelah Presiden Joe Biden mengatakan dia akan memanfaatkan sepenuhnya gencatan senjata tersebut untuk memberikan lebih banyak bantuan ke Palestina.
Penerbangan akan membawa pasokan medis, makanan, dan perlengkapan musim dingin. Ini merupakan yang pertama dilakukan oleh militer AS sejak konflik dimulai pada 7 Oktober.
"Pesawat C-17 angkatan udara AS, sudah mendarat Selasa dengan membawa 24,5 metrik ton pasokan medis dan makanan siap saji," kata Badan Pembangunan Internasional AS, dikutip AFP.
"PBB akan membawa bantuan dari wilayah Sinai utara Mesir ke Gaza," tambahnya.
Penasihat keamanan nasional Gedung Putih, Jake Sullivan, mengatakan kebutuhan kemanusiaan di Gaza menuntut komunitas internasional berbuat lebih banyak. AS, tegasnya, berkomitmen terhadap upaya ini.
"Pasokan ini akan menyelamatkan nyawa dan meringankan penderitaan ribuan orang di Gaza," kata Sullivan.
Pejabat CIA Posting Pro-Palestina
Seorang pejabat CIA memosting dukungan ke Palestina di media sosial (medsols). Ini dilaporkan Financial Times tanpa menyebutkan nama pejabat tersebut karena kekhawatiran akan keselamatannya.
Pejabat tersebut pada tanggal 21 Oktober mengubah foto sampul Facebook-nya menjadi gambar seorang pria yang memegang bendera Palestina.
Outlet tersebut menambahkan bahwa "mengunggah gambar politik secara terang-terangan di platform publik adalah tindakan yang sangat tidak biasa bagi seorang pejabat senior intelijen".
Dalam sebuah pernyataan kepada Financial Times, CIA mengatakan para petugasnya berkomitmen terhadap objektivitas analitik, yang merupakan inti dari apa yang dilakukan sebagai sebuah lembaga.
Petugas CIA mungkin mempunyai pandangan pribadi, namun hal ini tidak mengurangi komitmen mereka terhadap analisis yang netral.
Pemerintahan Biden menghadapi pukulan balik internal atas dukungannya yang kuat terhadap Israel di tengah perang di Gaza, di mana ratusan anggota staf USAID menandatangani surat yang menyerukan gencatan senjata. Seorang pejabat Departemen Luar Negeri juga mengundurkan diri karena cara presiden AS itu menangani situasi tersebut.
Kekerasan di Tepi Barat
Klub Tahanan Palestina mengatakan lebih dari 3.290 warga Palestina telah ditangkap di Tepi Barat yang diduduki sejak 7 Oktober. Daftar tersebut mencakup 125 perempuan dan 145 anak-anak.
Dalam sebuah pernyataan, organisasi tersebut menyebut setidaknya enam tahanan Palestina telah tewas di penjara-penjara Israel sejak konflik dimulai. Selama masa gencatan senjata sementara yang sedang berlangsung, pasukan Israel menangkap 168 warga Palestina.
Defense for Children International-Palestine (DCIP) juga mengatakan Israel telah membunuh dua anak Palestina di Tepi Barat pada Selasa pagi.
Kelompok hak asasi manusia (HAM) itu telah mengidentifikasi dua anak laki-laki sebagai Malek Majed Abdelfattah Daghra (17) dan Amr Ahmad Jamil Abu Wahdan (14).
"Daghra ditembak empat kali selama serangan militer Israel di Kafr Ein, barat laut Ramallah," kata kelompok hak asasi anak-anak tersebut.
"Wahdan ditembak oleh pasukan Israel di bagian dada di desa Tayasir, sebelah timur Tubas di Tepi Barat utara," jelasnya.
DCIP menyebut sebanyak 62 anak Palestina telah terbunuh di Tepi Barat yang diduduki sejak 7 Oktober. Sehingga totalnya menjadi 102 anak sejak awal tahun ini, kata DCIP.
Netanyahu Sebut Islam Gaza Harus Diubah
Netanyahu memberi pernyataan terbaru soal perang di Gaza, Palestina. Ia mengatakan "akan membasmi ideologi beracun" dari masjid dan sekolah Palestina Islam di Gaza.
Mengutip media RT, ia menyebut Islam di kantong Palestina yang dikuasai Hamas itu, membutuhkan perubahan radikal.
Israel akan membersihkan masjid-masjid dan sekolah-sekolah di Gaza setelah perangnya dengan Hamas berakhir.
Ia menunjuk negara-negara Teluk yang kaya sebagai contoh negara-negara Muslim yang telah "dideradikalisasi." Kepada Musk dalam sebuah wawancara yang disiarkan langsung di media sosial X, Netanyahu mengatakan bahwa kehancuran Hamas akan menjadi "pendahulu" bagi perubahan yang lebih sistemik di Gaza.
"Kita harus mendemiliterisasi Gaza setelah kehancuran Hamas. Kita harus melakukan deradikalisasi di Gaza, dan itu akan memakan waktu," katanya dimuat media Rusia tersebut.
"Terutama bekerja di masjid dan sekolah, di situlah anak-anak menyerap nilai-nilai mereka. Dan kemudian kita harus membangun kembali Gaza."
Sejak 7 Oktober dan hingga tujuh minggu perang Israel di Gaza berlangsung, Netanyahu telah berulang kali menyatakan bahwa Hamas akan lenyap pada saat operasi tersebut berakhir.
Namun, dia belum begitu yakin mengenai masa depan Gaza. Bulan lalu, ia sempat berujar "harus ada pemerintahan sipil di sana" meski tak dijelaskan apakah dijalankan oleh Otoritas Palestina atau kelompok politik lain.
Sementara itu, masih manyinggung Islam di Gaza, Netanyahu menyebut apa yang dilakukan dunia ke Jerman dan Jepang di Perang Dunia II. Di mana kata dia, rezim beracun haris disingkirkan.
Ia menunjuk Uni Emirat Arab (UEA) dan Bahrain sebagai contoh negara-negara Arab yang telah menjalani proses itu. Di mana kedua negara, memang sudah mengakui negara Israel pada tahun 2020.
Israel sendiri tengah dalam pembicaraan kesepakatan pembukaan hubungan dengan Arab Saudi, sebelum perang pecah dengan Hamas 7 Oktober. Dalam pembicaraan itu, Netanyahu juga menambahkan Riyadh sebagai puncak seraya berujar "hal yang sama juga terjadi di Arab Saudi".
Ia pun mendesak agar "teman-teman Arab" Israel dapat membantu membangun kembali Gaza. Di mana PBB memperkirakan sekitar setengah dari seluruh rumah telah hancur sejak perang dimulai.
Hamas Undang Elon Musk
Sementara itu, Hamas telah mengundang Elon Musk ke Gaza untuk menyaksikan kehancuran wilayah Palestina di bawah serangan Israel. Ini setelah miliarder teknologi tinggi itu menemani Netanyahu untuk memeriksa kibbutz yang menjadi sasaran Hamas.
"Kami mengundang beliau mengunjungi Gaza untuk melihat sejauh mana pembantaian dan penghancuran yang dilakukan terhadap rakyat Gaza, sesuai dengan standar objektivitas dan kredibilitas," kata seorang pejabat senior Hamas, mengatakan dalam konferensi pers di Beirut, Osama Hamdan.
Belum ada komentar dari Musk soal ini. Musk sendiri melakukan perjalanan ke Israel Senin untuk bertemu dengan Netanyahu dan keluarga warga Israel yang disandera oleh Hamas.
Kunjungan tersebut dilakukan di tengah tuduhan dari kelompok Yahudi bahwa miliarder tersebut mengizinkan konten anti-Semit di X. Ini pun berakhir dengan Musk yang mendukung serangan Israel di Gaza.
Sumber: CNBC