'Waspada Siasat Buruk Jokowi di Pilpres 2024'
Oleh: Sholihin MS
Pemerhati Sosial dan Politik
Arogansi Jokowi sudah kelewat batas. Negara besar dengan penduduk 280 juta terus diutak-atik terus seolah negara ini milik nenek moyangnya.
Ajaibnya, semua lembaga negara (negara bukan pemerintah) tunduk sama Jokowi. Anehnya pula, para Ketum Parpol Koalisi Indonesia Maju pimpinan Prabowo juga cuma manut seperti bebek. Padahal di dalamnya ada Professor, Doktor, dan intelektual yang lain.
Negeri ini sedang di bawa ke zaman kolonialisme dan feodalisme. Sihir apkah yang telah merasuki otak mereka? Mengapa keputusan MK yang meloloskan Gibran yang diduga ada unsur kolusi dan neotisme tidak diprotes?
Bagaimana mungkin seorang Prabowo yang sudah udzur, bahkan mau menghadiri deklarasi saja jalannya harus dibantu orang lain, memiliki wakil yang umurnya masih bau kencur, tidak punya pengalaman, wawasan kebangsaan dan global dipertanyakan, belum teruji jangankan level internasional, di level kota saja belum punya prestasi memadai? Apa yang akan terjadi jika tiba-tiba Prabowo udzur secara permanen ? Masa seorang yang dikarbit harus memimpin negara yang besar ini ?
Rakyat awam pun yang IQ pas-pasan lebih bisa berfikir kritis dan logis, dibandingkan dengan bapak-bapak yang terhormat di sana.
Apakah yang sedang terjadi dengan para petingi negeri ini ? Mengapa para pengemban amanat begitu mudahnya mengkhianati amanat yang diembannya ?
Belum sadarkah apa yang sedang direncanakan Jokowi dengan politik dinastinya :
Ada kekhawatiran yang mendalam dari rakyat atas langkah Jokowi yang akan “memaksakan” agar Gibran menang Pilpres, walaupun secara elektabilitas real suaranya sangat rendah. Bukan saja pemilih anti Jokowi yang tidak mungkin memilih Gibran (yang jumlahnya mencapai 83%), tapi juga para pendukung fanatik Jokowi juga menolak Gibran, seperti Ahok, Ade Armando, Deny Siregar, Rudy Camri, dan pendukung Jokowi yang lain yang telah bertobat.
Ada indikasi beberapa siasat busuk Jokowi :
Pertama, Upaya penjegalan Anies (dan Cak Imin) melalui berbagai manuver, sebelum akhirnya digagalkan oleh Allah
Dengan terdaftarnya pasangan Amin ke KPU, semua skenario penjegalan Anies telah gagal total. Sebelumnya banyak pihak yang yakin Anies akan gagal maju nyapres, seperti Fahri Hamzah, Hasan Nasbi (dari Ciryus Network), Adian Napitupulu (PDIP), Zulfan Lindan, Ferdinand, LSI Denny JA, dll.
Kedua, Upaya penundaan pemilu atau perpanjangan masa jabatan, sebelum akhirnya digagalkan rakyat dan penolakan Megawati
Penundaan pemilu atau perpanjangan masa jabatan selain untuk menyempurnakan ambisi kekuasaannya, juga untuk memuluskan proyek-proyek China.
Ketiga, Mencawapreskan Gibran melalui keputusan MK
Gibran yang anak bau kencur dan kosong gagasan, demi ambisi kekuasaan Jokowi harus jadi cawapres Prabowo, yang disertai dengan ancaman dari MK dan istana akan “menggugurkan” pencapresan Prabowo (dengan pasal usia tidak masuk)
Keempat, ingin tetap mengendalikan lembaga eksekutif (para menteri dan kepala daerah), legislatif (DPR/MPR),maupun yudikatif (MK, KPK, MA, Kejaksaan), lembaga kepolisian, dll.
Tujuannya hanya supaya kekuasaannya tidak ada yang mengganggu. Jika telah keluar dari rel yang benar pun harus dibiarkan, dan pengin terus disanjung-sanjung. Sampai akhir menjadi orang yang sangat zalim
Kelima, Diduga Jokowi masih akan bermain curang di Pilpres 2024 dengan memanfaatkan ketololan KPU dan MK
Rekayasa kecurangan diduga dimulai dari penggunaan kotak kardus, dps dan dpt yang digelembungkan, format C1 yang sudah tercoblos, penggantian surat suara yang telah ditandai, petugas yang tidak netral, dll yang pernah terjadi tahun 2019.
Jika Jokowi mau nekad curang lagi tapi jagoannya kalah, akibat yang sangat serius bakal dihadapinya.
Pejabat KPU dan MK yang membela kecurangan dan mengalahkan yang menang, adalah kedzaliman yang siksanya sangat berat. Jika mereka tidak percaya akhirat semoga segera diadzab di dunia atau rakyat yang akan menghancurkannya.
Ada saatnya kebatilan itu akan hancur. Tidak ada kejahatan yang bisa bertahan terus menerus. Semoga tahun 2024 kebenaran akan bisa mengalahkan kebatilan.
Bandung, 13 Rabiul Akhir 1445