DEMOCRAZY.ID - Wakil Ketua Umum Partai NasDem, Ahmad Ali, ikut mendampingi Bacapres Koalisi Perubahan untuk Persatuan Anies Baswedan menghadiri acara Maulid Nabi dan deklarasi Jaringan Relawan AMIN (JAWARA) di parkir depan Klenteng Bio Hoktekjengsin, Jakarta, Rabu (4/10) malam.
Dalam sambutannya, Ali sempat menyinggung mengenai adanya pihak-pihak yang melabeli pihaknya melakukan politik identitas. Ia balik bertanya kenapa hal tersebut dipermasalahkan.
"Sesungguhnya identitas kita adalah Islam. Kenapa kemudian harus kita permasalahkan? Yang masalah adalah ketika kita memiliki identitas Islam kemudian kita memusuhi teman-teman yang tidak beragama Islam," kata Ali.
Dalam kesempatan tersebut, Ali juga menuturkan, dengan adanya dukungan dari para jawara Betawi mematahkan pernyataan pihak-pihak yang meramalkan bahwa Partai NasDem akan ditinggalkan para pemilihnya usai mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai capres.
"Tapi malam hari ini, dugaan-dugaan itu ternyata itu adalah dugaan-dugaan bagi orang-orang yang memang takut ketika Anies Baswedan dicalonkan oleh partai NasDem. Karena pilihan partai NasDem mencalonkan Anies Baswedan malam ini terjawab bahwa ternyata Partai NasDem tidak salah memilih Anies Rasyid Baswedan," ujarnya.
Ali yang mengaku sering mendampingi Anies dalam berkeliling ke berbagai daerah mengeklaim bahwa hampir di semua wilayah Indonesia yang didatangi sebagian besar masyarakat ingin melakukan perubahan di negeri ini pada 2024.
"Saya meyakini sekali bahwa tahun 2024 Insya Allah atas izin Allah Subhanahu Wa Ta'ala kita akan mampu mengantarkan Anies Baswedan bersama Muhaimin Iskandar menjadi Presiden Republik Indonesia," tandas dia.
Gus Yaqut Bicara Agama dan Politik
Sebelumnya, Menag Gus Yaqut Cholil Qoumas sempat memberikan petuahnya jelang Pemilu 2024. Dia menyinggung soal politik identitas.
"Jangan karena bicaranya enak, mulutnya manis, mukanya ganteng itu dipilih. Jangan asal begitu, harus dilihat dulu track record-nya bagus, syukur mukanya ganteng, syukur bicaranya manis, itu dipilih," katanya di Solo, dikutip dari Antara, Sabtu (30/9).
Ia meminta agar masyarakat tidak mempertaruhkan negeri ini pada orang-orang yang tidak memiliki perhatian pada masyarakat.
Katanya, agama dengan politik tidak dapat dipisahkan. Namun demikian, agama tidak boleh digunakan sebagai alat politik untuk memenuhi nafsu kekuasaan.
"Jangan gunakan agama untuk memenuhi keinginan merebut kekuasaan, tidak boleh karena berbeda pilihan kemudian yang beda itu dikafir-kafirkan," katanya.
"Kita masih ingat, ada penggunaan agama secara tidak baik dalam politik beberapa waktu yang lalu, waktu pemilihan Gubernur DKI Jakarta dan Pemilihan Presiden," sambungnya.
Atas pernyataannya itu, Gus Yaqut akan didisiplikan oleh PKB. [Democrazy/Kumparan]