DEMOCRAZY.ID - Baru-baru ini beredar ramalan dari pujangga besar Jawa bernama Ronggowarsito. Ramalan yang diulas Intisari itu menggambarkan keadaan Indonesia setelah kemerdekaan tahun 1945, hingga meraih zaman keemasan.
Ronggowarsito sendiri merupakan pujangga yang hidup pada abad ke-19. Dan selama ini ramalan Ronggowarsito dipercayai publik, terutama mereka yang berasal dari etnis Jawa.
Ronggowarsito adalah penulis jangka, yaitu pujangga yang mampu menerawang jauh sesuatu yang belum terjadi, dan dikemukakan secara terang-terangan atau simbol.
Salah satu karyanya yang terkenal adalah Serat Kalatidha, yang berisi ramalan tentang masa depan Indonesia.
Dalam Serat Kalatidha, Ronggowarsito menyebutkan tentang zaman edan, yaitu zaman yang penuh dengan kemerosotan moral, kekacauan sosial, dan ketidakadilan.
Zaman edan ini akan berlangsung selama 40 tahun, dimulai dari tahun 1945, yaitu tahun kemerdekaan Indonesia.
Setelah itu, akan datang zaman susuh angin, yaitu zaman yang penuh dengan bencana alam, perang, dan wabah penyakit. Zaman susuh angin ini akan berlangsung selama 20 tahun.
Namun, setelah zaman susuh angin berakhir, akan datang zaman emas, yaitu zaman yang penuh dengan kemakmuran, kedamaian, dan keadilan. Zaman emas ini akan dipimpin oleh seorang raja adil yang berasal dari tanah Jawa.
Raja adil ini akan membawa Indonesia menjadi negara yang disegani di dunia.
Siapakah raja adil yang dimaksud oleh Ronggowarsito?
Banyak orang yang berpendapat bahwa raja adil itu adalah Mahfud MD, calon wakil presiden (cawapres) dari Ganjar Pranowo di Pemilu 2024. Alasan-alasan yang mendasari pendapat ini antara lain:
- Mahfud MD lahir di Sampang, Madura, yaitu salah satu bagian dari tanah Jawa. Ia juga memiliki darah Jawa dari ayahnya yang berasal dari Ponorogo.
- Mahfud MD memiliki nama Mohammad Mahfud Mahmodin, yang jika disingkat menjadi MMMD.
Ini mirip dengan singkatan nama Ronggowarsito sendiri, yaitu RMD (Raden Ngabehi Rongga Warsita).
- Mahfud MD memiliki gelar doktor ilmu hukum tata negara dari Universitas Gadjah Mada (UGM), yaitu salah satu universitas terbaik di Indonesia.
Ia juga pernah menjabat sebagai ketua Mahkamah Konstitusi (MK), yaitu lembaga tertinggi dalam bidang hukum di Indonesia.
- Mahfud MD memiliki pengalaman sebagai menteri pertahanan dan menteri kehakiman dan HAM pada era Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
Ia juga menjabat sebagai menteri koordinator bidang politik, hukum, dan keamanan (Menko Polhukam) pada era Presiden Joko Widodo (Jokowi).
- Mahfud MD dikenal sebagai sosok yang berani, jujur, dan tegas dalam menyikapi berbagai isu politik, hukum, dan keamanan di Indonesia.
Ia juga memiliki visi untuk membangun Indonesia yang berdaulat, berkeadilan, dan bermartabat.
Dengan latar belakang dan prestasi tersebut, banyak orang yang meyakini bahwa Mahfud MD adalah sosok yang cocok untuk menjadi cawapres dari Ganjar Pranowo.
Mereka berharap bahwa dengan duet Ganjar-Mahfud, Indonesia akan memasuki zaman emas yang telah diramalkan oleh Ronggowarsito.
Namun, apakah ramalan Ronggowarsito itu benar-benar akan terbukti? Rakyat Indonesia yang bisa menentukan pada 14 Februari 2024, saat pesta demokrasi digelar.
Apakah Mahfud MD memang raja adil yang ditunggu-tunggu? Ataukah ini hanya sekadar interpretasi dan harapan belaka? Hanya waktu yang akan menjawabnya.
Pengamat Politik, Adi Prayitno, mengatakan tokoh NU memang mempunyai peran penting untuk meraup suara di Pilpres 2024. Namun, menurutnya, tokoh NU tidak bisa menjadi penjamin kemenangan.
"Soal Pemilu di 2024, soal siapa yang menang, bukan lagi NU enggak NU," ujarnya.
"NU memang penting, tapi tidak akan bisa menjamin kemenangan," imbuhnya.
"Masih ada wilayah-wilayah lain, ormas-ormas lain yang saya kira perlu juga dikapitalisasi," lanjutnya.
"Karena NU itu ormas Islam terbesar di Indonesia, wajar jika diperebutkan dan diklaim sebagai bagian penting dari insentif kemenangan politik elektoral mereka," terang Adi Prayitno.
Ia lalu mengungkapkan hasil survei dari masyarakat yang mengaku sebagai bagian dari NU pada September 2023 lalu.
Dari survei itu, nama Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, Mahfud MD, dan Muhaimin Iskandar (Cak Imin) masuk tiga besar sebagai tokoh NU yang dinilai layak diusung di Pilpres 2024.
Menurut Adi, Khofifah Indar Parawansa peringkat pertama dalam survei tersebut. Lalu, Mahfud MD berada di urutan kedua yang dipilih warga NU. Selanjutnya, Cak Imin menjadi tokoh NU yang berada di urutan ketiga.
Berdasarkan survei, popularitas Mahfud MD di NU dinilai lebih kuat dibanding Cak Imin.
"Hasil survei khusus saya di Jawa Timur di bulan September, kita tanyakan ke mereka yang mengaku NU, kira-kira di antara tokoh yang kita sebutkan ada Khofifah, ada Mahfud, ada Gus Muhaimin."
"Memang yang masuk tiga besar itu ada Khofifah, Mahfud MD, yang ketiga adalah Gus Muhaimin," kata Adi.
"Jadi tiga orang ini secara persentasi survei selalu masuk dalam radar pembicaraan yang menurut orang-orang NU layak untuk diusung di 2024," jelasnya.
Namun, Adi enggan membeberkan persentase hasil survei dari warga NU tersebut.
"Tapi saya tidak akan ungkap angkanya, karena akan dianggap sebagai pesanan, abal-abal," ungkapnya.
"Di bulan September itu yang paling tinggi memang Khofifah. Tidak jauh dari Khofifah itu Mahfud MD, baru setelah itu Muhaimin Iskandar," paparnya.
Julukan Mahfud MD
Bakal cawapres Mahfud MD merupakan Menteri Pertahanan di era Presiden ke-4 RI, Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Mahfud MD pun mengaku pernah disebut sebagai 'peluru tak terkendali' oleh Gus Dur.
Istilah itu dimaksudkan Gus Dur untuk mendeskripsikan sosok Mahfud MD yang tak bisa dihalangi. Ketika melihat sesuatu yang tak benar, Mahfud MD biasanya akan langsung bertindak.
Menurut Mahfud MD, karakternya sebagai 'peluru tak terkendali' itulah yang menyebabkan dirinya dipilih oleh Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri, sebagai bacawapres Ganjar.
"Artinya apa? Ya, saya tak bisa dihalangi, kalau melihat sesuatu yang tidak benar, saya akan bertindak, siapa pun, dilarang oleh Gus Dur sekali pun," ujar Mahfud MD, Kamis (19/10/2023), dilansir YouTube Najwa Shihab.
"Misalnya, waktu itu saya berdebat dengan Dubes Amerika. Begitu. Lalu oleh Gus Dur, Pak Mahfud kurangi itu debat-debat," ungkapnya menirukan perkataan Gus Dur kala itu.
Namun, Mahfud MD tetap bersikeras untuk berdebat, sehingga muncul istilah 'peluru yang tak terkendali' itu dari Gus Dur. [Democrazy/Tribun]