DEMOCRAZY.ID - Tensi serangan PDIP terhadap Presiden Joko Widodo (Jokowi) semakin panas, bermula dari isu permintaan tiga periode, lalu isu politik sandera, kini partai banteng moncong putih mulai menyerang pribadi eks Wali Kota Solo itu.
Ketua DPP Bidang Kehormatan PDIP Komarudin Watubun menganggap bahwa apa yang dinyatakan oleh Presiden Jokowi mengenai karir politiknya hinggga keluarganya tidak ada yang bisa diyakini 100 persen.
Hal ini dilontarkannya berkaitan dengan adanya undangan makan siang kepada ketiga bakal calon presiden Anies Baswedan, Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto kemarin.
“Pak Jokowi selama sembilan tahun ini biasa buat statement itu dia bilang menolak berarti dia terima, dia bilang terima berarti dia tolak,” kata Komarudin kepada wartawan di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (30/10/2023).
Komarudin lantas merujuk pada pernyataan Jokowi soal dirinya yang enggan maju sebaagi calon presiden di 2014.
Diakui Jokowi, jelas Komarudin, bahwa dirinya memilih untuk fokus mengemban tugasnya sebagai Gubernur DKI Jakarta.
Hal serupa ia juga nyatakan ketika dimintai tanggapan soal karir politik anak-anaknya.
Apalagi, soal putra sulungnya, Gibran Rakabuming Raka, Komarudin menyatakan Jokowi sempat mengaku ragu untuk mendorong Wali Kota Solo tersebut sebagai bakal calon wakil presiden.
“Sekarang dia (Jokowi) dukung juga kan,” ungkapnya.
Komarudin juga menyinggung soal agenda Jokowi yang mengumpulkan seluruh kepala daerha sebelum pertemuannya dengan ketiga bacapres.
Menurutnya, hal tersebut dapat diartikan sebagai satu sinyal bahwa ke depan mereka akan dihadapkan pada tantangan yang jauh lebih besar seiring dengan melajunya dinamika politik saat ini.
“Kalau saya cara lihat begitu,” ungkapnya.
Sebelumnya pihak PDIP menyerang Jokowi melalui mulut Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto.
Ia turut mengompori pernyataan kader PDIP Adian Napitupulu yang menyebut Jokowi sempat mengajukan permintaan agar Ketum Megawati Soekarnoputri mendukung keinginannya untuk perpanjangan jabatan.
Isu permintaan tiga periode pun menuai serangan balik dari berbagai pihak, bahkan Ketua DPP PDIP Puan Maharani pun membantah. Tapi Hasto tak berhenti, dan mencoba mainkan isu politik sandera.
Bahkan ia menuduh para ketua umum partai politik di Koalisi Indonesia Maju (KIM) terpaksa mengusung Gibran sebagai pendamping Prabowo karena sudah tersandera oleh Jokowi.
“Saya sendiri menerima pengakuan dari beberapa ketua umum partai politik yang merasa kartu truf-nya dipegang," ujar dia dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Minggu (29/10/2023).
Politikus PDIP: Apa yang Diucapkan Jokowi dengan Kenyataannya Selalu Berbeda
Politikus PDIP Nusyirwan Soejono melontarkan kritik keras ke Presiden Jokowi. Hal ini terkait dengan langkah Jokowi yang mengumpulkan para Pj kepala daerah.
Nusyirwan yang juga Ketua DPP PDIP ini menyampaikan, sikap dan ucapan Jokowi soal netralitas saat mengumpulkan para Pj kepala daerah harus dibuktikan dalam pelaksanaannya.
"Karena tidak bisa dipungkiri rakyat sudah tidak percaya atas apa yang diucapkan Jokowi dengan kenyataannya yang selalu berbeda," beber Nusyirwan, Selasa (31/10).
Nusyirwan menegaskan, pengumpulan Pj kepala daerah di tengah situasi politik yang memanas menimbulkan tanya.
"Itu bukan sikap negarawan," tegas dia.
Nusyirwan kemudian membandingkan Jokowi dengan Megawati ketika menjabat presiden pada 2004 lalu.
"Berbeda sekali dengan pada awal pemilu langsung 2004, Ibu Mega sama sekali tidak gunakan kekuasaannya," tutup dia. [Democrazy/Inilah]