DEMOCRAZY.ID - Pemukim Israel di Tepi Barat yang diduduki menyebarkan selebaran berisi ancaman dan meninggalkan boneka berlumuran darah di sebuah sekolah yang sudah dirusak.
Dalam selebaran itu, mereka memperingatkan warga Palestina untuk pergi atau dibunuh.
Di wilayah Al Ma'rajat di dekat Jericho itu, boneka-boneka yang dilapisi cat merah seperti darah itu dipasang di pintu masuk sebuah sekolah untuk menakut-nakuti para siswa.
Dalam selebaran itu juga tertulis peringatan "Nakba besar". Nakba ini merujuk pada peristiwa Perang Arab-Israel pada 1948 lalu yang memaksa lebih dari 700 ribu warga Palestina meninggalkan rumah mereka untuk mengungsi.
Jumlah pasti pengungsi ini masih jadi perdebatan, namun diperkirakan 80% warga Arab di sana--wilayah yang saat ini diklaim sebagai milik Israel--terusir dari rumah mereka.
Setelah peristiwa ini, Israel yang mengambil alih wilayah yang ditinggalkan itu berusaha membuat serangkaian hukum untuk mencegah warga Palestina kembali ke tanah mereka.
"Demi Tuhan, kami akan segera menimpa kepala kalian dengan bencana beasr. Kalian punya kesempatan terakhir untuk melarikan diri ke Yordania dengan cara yang terorganisir," tulis salah satu selebaran yang diedarkan di Kota Salfit, Tepi Barat, dilansir Middle East Eye, Sabtu (28/10).
"Setelah itu kami akan menghancurkan setiap musuh, dan dengan paksa mengusir kalian semua dari tanah suci kami. Segera kemasi tas kalian dan pergilah ke mana pun kalian berasal," lanjut tulisan itu.
عاجل ⚠️🚨: مستوطنون يعلقون دمى ملطخة بالدماء على الأشجار أمام مدرسة عرب الكعابنة الأساسية غرب أريحا..
— جَفرَا الحُب والثَورَة || 🇵🇸 𓂆 palestine (@jafra_ps) October 27, 2023
تهديد واضح وصريح لطلبة المدرسة والمواطنين لترهيبهم ودفعهم للهجرة وترك اراضيهم . pic.twitter.com/2eFKGPpRhf
Sebelum serangan mendadak Hamas pada 7 Oktober 2023 lalu, para pemukim Israel kerap mengganggu dan menyerang warga Palestina di Tepi Barat. Mereka selalu berlindung di bawah tentara Israel dalam melancarkan serangannya.
Di Kota Deir Istiya, para petani zaitun sebenarnya sudah terbiasa dengan serangan tahunan selama musim panen.
Namun salah satu jurnalis lokal, Abdel Qader Aql, mengatakan kepada Middle East Eye bahwa para pemukim kini jauh lebih aktif dalam menyerang warga Palestina di sana.
“Minggu ini saja, terjadi lebih dari 10 serangan terhadap petani, ancaman, teriakan, intimidasi, dan pengusiran terhadap petani dari lahannya,” ujar Qader.
Salah satu petani bahkan terluka setelah pemukim Israel memukul kepalanya dengan tongkat. Petani itu pingsan dan saat bangun ia menemukan penjaga pemukiman menodongkan pisau ke arahnya.
“Mereka juga menerbitkan foto-foto keluarga yang sedang memetik buah zaitun dan menghasut mereka tanpa alasan. Karena ancaman ini, masyarakat mulai berdatangan ke tanah mereka secara berkelompok untuk melindungi diri mereka sendiri,” kata Qader.
Perwakilan Organisasi Pembela Hak Badui Al Baidar, Hassan Malihat, menyebut kelompok pemukim Israel sudah berulang kali menyerang masyarakat dengan tujuan menggusur dan merampas tanah mereka.
Pada Kamis (26/10) malam, Malihat bersaksi pemukim melempari batu ke rumah-rumah penduduk Palestina dan menyita ternak mereka.
“Serangan terhadap orang-orang Arab Kaabna berulang kali terjadi, dan mereka mengajukan pengaduan ke polisi Israel tetapi tidak membuahkan hasil,” tegas Malihat.
Sumber: Kumparan