DEMOCRAZY.ID - Tak ada lawan dan kawan abadi dalam politik. Dulu ketika Presiden Jokowi dihina haters, Megawati turun tangan mati-matian membela kadernya ini.
Banyak bukti-bukti pembelaan Megawati Soekarnoputri saat Presiden Jokowi dihina atau direndahkan publik walau kini yang terjadi di tengah publik Jokowi vs Megawati.
Di tengah situas politik jelang Pilpres 2024, telah terjadi ‘perang dingin’Jokowi vs Megawati usai putra sulung Jokowi, Gibran Rakabuming, menjadi cawapres Prabowo.
Usai Gibran menjadi Cawapres Prabowo, banyak kader PDIP yang mengunggah video ketika Megawati menangis kala membela Jokowi beberapa tahun lalu.
Adapun video Megawati yang dimaksudkan saat memberikan sambutan peletakan batu pertama pembangunan perlindungan kawasan suci Pura Besakih, Bali secara daring, Rabu, 18 Agustus 2021 lalu.
Saat itu, Megawati merasa sedih sekaligus marah ketika ada orang yang menghina Jokowi dengan sebutan tidak pantas.
"Coba lihat Pak Jokowi ya. Saya suka nangis loh. Beliau itu sampai kurus. Kurus kenapa. Mikir kita loh. Mikir rakyat loh. Masak masih ada yang mengatakan Jokowi kodok lah. Orang itu benar-benar tidak punya moral. Pengecut, saya bilang. Biarin mantap lah,” jelasnya.
“Saya di-bully juga enggak takut kok. Coba datang berhadapan. Jantan kamu. Kita mesti berkelakuan sebagai warga negara yang punya etika moral. Jangan sembarangan," kata Megawati Soekarnoputri sambil menangis.
Saat pidato politik HUT ke-49 PDIP, Senin, 10 Januari 2022, Megawati kembali menegaskan dirinya dan para kader PDIP berada di belakang Jokowi.
Ketika itu Megawati menyebut masih ada pihak yang mengambil kesempatan dalam kesempitan di tengah pandemi Covid-19.
Menurut Megawati, pihak-pihak tertentu mendiskreditkan kinerja pemerintah dan memanfaatkan pandemi untuk menyerang pemerintah.
"Saya juga melihat masih saja ada kelompok politik memancing di air keruh mereka memanfaatkan pandemi untuk mendiskreditkan pemerintah," ujar Megawati.
Megawati mengaku heran masih ada pihak yang menghina Presiden Jokowi. Meski demikian, Megawati meminta Jokowi tidak perlu memasukan ke hati dari pembenci. Sebab, Megawati dan PDIP selalu berada di belakang Jokowi.
"Saya ingat waktu di Istana penutupan paskibra. Saya kan ngomong, spontan saja. Bayangkan presiden kita loh dibilang Pak Jokowi kodoklah, apalah. Tapi saya bilang sama beliau, 'sudah Bapak gak perlu masuk ke hati'," kata Megawati.
Megawati memastikan seluruh kader PDIP siap membela Jokowi dari serangan haters. "Saya berada di belakangmu dengan seluruh yang namanya anak-anak dari PDIP," tegasnya.
Selain itu, Megawati mengaku heran banyak serangan ke Jokowi justru datang dari pemilih Jokowi pada pemilu 2019 yang lalu.
"Yang paling saya itu enggak suka, yang milih-milih presiden kita sendiri, tapi kalau sudah, enak saja. Loh mestinya, siapa suruh kenapa kamu milih dia. Ini kan jadi kan apa ya, tidak ada itu tadi, dedikasi gitu," pungkas Megawati.
Video-video pembelaan Megawati kepada Jokowi ini pun banyak diunggah kembali oleh sejumlah kader maupun simpatisan PDIP.
Video itu kemudian dikaitkan dengan manuver Jokowi dan keluarganya yang kini memiliki hubungan tidak akrab dengan PDIP atau telah terjadi perang dingin Jokowi vs Megawati.
Putri Megawati Buka Suara
Ketua DPP PDIP yang juga putri tunggal Megawati, Puan Maharani, pun angkat suara terkait banyaknya kader PDIP yang mengungkit video lama saat Megawati yang menangis saat membela Jokowi.
Puan mengaku wajar dengan adanya unggahan para kader tersebut. Dia menilai, video itu bisa menjadi pengingat bahwa kasih sayang Megawati kepada Jokowi sepanjang masa.
"Saya ingatkan kasih ibu sepanjang masa, Ibu Mega sangat sayang dalam artian sayang sebagai kader terbaik," kata Puan saat diwawancara di acara Apel Hari Santri, di Tugu Pahlawan, Surabaya, Jawa Timur pada Minggu, 22 Oktober 2023.
Puan Maharani menyebut, Megawati sangat berharap apa pun yang dilakukan Jokowi merupakan hal terbaik untuk bangsa. Apalagi, Jokowi merupakan kader terbaik dari PDIP.
"Jadi Ibu Mega berharap apa pun yang dilakukan Pak Jokowi sebagai kader PDIP adalah yang terbaik untuk bangsa dan negara," imbuh dia. [Democrazy/PojokSatu]