DEMOCRAZY.ID - Di tengah bombardir tanpa henti ke Gaza, pihak kepolisian Israel melakukan tindakan yang menambah ketegangan. Mereka melarang Muslim sama sekali memasuki tempat ibadah bersejarah mereka, yakni Masjid al-Aqsa sejak Selasa (25/10/2023).
Kantor berita WAFA merujuk Badan Wakaf Islam yang mengelola al-Aqsa melaporkan bahwa Polisi penjajah Israel menutup Masjid Al-Aqsa di Kota Tua Yerusalem dan mencegah jamaah Muslim memasukinya sejak kemarin pagi. Hal ini belum pernah dilakukan selama berbulan-bulan belakangan.
Dilaporkan bahwa polisi tiba-tiba dan secara mengejutkan menutup semua gerbang menuju kompleks suci yang bertembok itu dan mencegah semua Muslim dari segala usia memasukinya.
Otoritas pendudukan sebelumnya memperketat masuk ke dalam Masjid sejak pagi hari, di mana hanya orang tua yang diperbolehkan masuk. Namun, hal ini segera berubah dan semua jamaah dari segala usia dilarang masuk ke Masjid Al-Aqsa, situs tersuci ketiga dalam Islam.
Pada saat yang sama, polisi mengizinkan orang-orang Yahudi fanatik memasuki kompleks suci umat Islam di pagi hari untuk berjalan-jalan dan mengadakan ritual dengan bebas. Hal ini merupakan pelanggaran terhadap status quo di Masjid, yang menyatakan bahwa itu adalah murni tempat peribadatan Muslim.
Kelompok pejuang Hamas sebelumnya menyatakan bahwa salah satu alasan mereka melakukan penyerangan dalam Operasi Badai Al-Aqsa adalah karena tindakan Israel di lokasi tersebut. Sejak tahun lalu, pasukan Israel dan kelompok Yahudi fanatik telah berkali-kali menerabas kompleks tersebut.
Yang terkini dilakukan hanya tiga hari sebelum Operasi Badai Al-Aqsa. Terhitung, lebih dari 1.000 pemukim Israel dilaporkan memaksa masuk ke kompleks Masjid al-Aqsa di Yerusalem Timur yang diduduki, pada Rabu (4/10/2023). Menurut pejabat Palestina, mereka datang untuk menandai hari kelima hari raya Yahudi Sukkot.
"Sekitar 1.040 pemukim menyerbu lokasi tersebut sejak Rabu pagi,” kata pejabat Departemen Wakaf Islam yang dikelola Yordania, dikutip di Yeni Safak, Kamis (5/10/2023).
Dia mengatakan para pemukim memasuki lokasi tersebut secara berkelompok melalui Gerbang Al-Mughrabi di dinding barat kompleks Masjid al-Aqsa. Setelahnya, mereka berusaha melakukan “ritual Talmud.”
Sukkot adalah hari libur selama seminggu, yang dimulai pada 29 September dan akan berlanjut hingga 6 Oktober. Perayaan ini sekaligus mengakhiri musim hari raya Yahudi, yang dimulai dengan merayakan Rosh Hashanah (Tahun Baru) pada 15 September kemarin.
Menurut penghitungan media Anadolu Agency, sekitar 3.116 pemukim mengunjungi kompleks al-Aqsa sejak Ahad. Tidak hanya itu, dilaporkan pula pemukim diizinkan oleh otoritas Israel memasuki kompleks al-Aqsa dalam dua shift, pagi dan sore, kecuali hari Jumat dan Sabtu.
Para saksi mata menyebut polisi telah memberlakukan batasan usia, sekaligus mencegah pemuda Palestina memasuki masjid selama periode penyerangan tersebut.
Kantor berita Palestina Wafa melaporkan bahwa pasukan Israel mencegah sejumlah karyawan pejabat Wakaf Yerusalem, dari badan wakaf Islam atas situs Agama Islam dunia, memasuki situs suci Islam pada pagi hari. Tidak ada rincian yang diberikan mengenai identitas orang-orang yang ditangkap.
Tidak hanya umat Islam, anggota komunitas Kristen kecil di daerah tersebut mengatakan bahwa mereka telah menghadapi pelecehan dan intimidasi yang semakin meningkat dari kaum ultranasionalis Yahudi. Terutama sejak pemerintahan sayap kanan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berkuasa akhir tahun lalu.
Pihak keamanan Israel mulai mengizinkan pemukim memasuki kompleks Masjid al-Aqsa pada 2003. Langkah ini terus mereka lakukan, meskipun ada kecaman berulang kali dari warga Palestina.
Masjid al-Aqsa adalah situs tersuci ketiga di dunia bagi umat Islam. Orang-orang Yahudi menyebut kawasan itu sebagai Bukit Bait Suci, mengklaim bahwa tempat itu adalah situs dua kuil Yahudi di zaman kuno.
Israel menduduki Yerusalem Timur, tempat Al-Aqsa berada, selama Perang Arab-Israel pada 1967. Mereka mencaplok seluruh kota pada tahun 1980, sebuah tindakan yang tidak pernah diakui oleh komunitas internasional.
Sekretariat Jenderal Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) mengecam keras tindakan pasukan pendudukan Israel, yang dilaporkan menyerbu Masjid al-Aqsa. Tidak hanya itu, sejumlah serangan terang-terangan juga dilakukan terhadap jamaah, bahkan terjadi penangkapan umat Islam di lokasi tersebut. Masjid Ibrahimi yang berada di selatan Tepi Barat pun disebut ditutup bagi Muslim.
“Tindakan ini dianggap sebagai perpanjangan dari pelanggaran berulang yang dilakukan Israel dan kekuatan pendudukan, terhadap kesucian tempat-tempat suci dan kebebasan beribadah, serta pelanggaran terang-terangan terhadap Konvensi Jenewa dan hukum internasional,” ujar Sekretaris Jenderal OKI dalam sebuah pernyataan.
Untuk menjamin akses bebas bagi ekstremis Yahudi ke dua masjid suci Muslim di Yerusalem dan Hebron, pasukan pendudukan Israel disebut memblokir masuknya umat Islam kedua situs tersebut. Bahkan, terkadang mereka menyerang dan mengusir secara paksa jamaah dari Masjid al-Aqsa.
Ekstremis Yahudi semakin intensif menyerbu al-Aqsa saat mereka merayakan hari raya Sukkot. Mereka juga dilaporkan mengadakan ritual keagamaan, melanggar status quo selama puluhan tahun, yang menganggap al-Aqsa sebagai tempat ibadah Muslim. [Democrazy/Rep]