DEMOCRAZY.ID - Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto terus menyoroti putusan MK yang melenggangkan anak Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming Raka, maju di Pilpres 2024. Gibran yang sebelumnya kader PDIP malah jadi cawapres Prabowo Subianto.
Hasto menyebut, tekanan kekuasaan terhadap sejumlah ketua partai politik juga tinggi. Bahkan, dia menyebut ada yang sudah dipegang kartu truf-nya.
"Saya sendiri menerima pengakuan dari beberapa ketua umum partai politik yang merasa kartu truf-nya dipegang. Ada yang mengatakan life time saya hanya harian; lalu ada yang mengatakan kerasnya tekanan kekuasaan,” kata Hasto dalam keterangannya, Minggu (29/10).
Bagi Hasto, segala proses yang terjadi sampai akhirnya Gibran bisa maju sebagai cawapres Prabowo merupakan bentuk ketidaktaatan politik.
"Apa yang terjadi dengan seluruh mata rantai pencalonan Mas Gibran, sebenarnya adalah political disobidience terhadap konstitusi dan rakyat Indonesia. Kesemuanya dipadukan dengan rekayasa hukum di MK," ujar dia.
Dia juga mengungkapkan suasana hati PDIP saat ini. Hasto menyebut PDIP tengah sedih, terluka, dan pasrah kepada Tuhan dan rakyat atas peristiwa politik yang saat ini terjadi.
PDIP merasa ditinggalkan oleh Jokowi dan keluarga padahal sudah memberi banyak keistimewaan dalam sejumlah pemilu.
"Kami begitu mencintai dan memberikan privilege yang begitu besar kepada Presiden Jokowi dan keluarga, namun kami ditinggalkan karena masih ada permintaan lain yang berpotensi melanggar pranatan kebaikan dan Konstitusi. Pada awalnya kami hanya berdoa agar hal tersebut tidak terjadi, namun ternyata itu benar-benar terjadi,” tutur dia.
"Semoga awan gelap demokrasi ini segera berlalu, dan rakyat Indonesia sudah paham, siapa meninggalkan siapa demi ambisi kekuasaan itu," ucap dia. [Democrazy/Kumparan]