DEMOCRAZY.ID - Operasi Badai Al-Aqsa yang digerakkan oleh Brigade Al-Qassam, sayap bersenjata kelompok perlawanan Palestina, Hamas, diklaim sebagai tindakan 'epik heroik' untuk merespons agresi terhadap Masjid Al Aqsa.
"Pada momen bersejarah ini, kami terlibat dalam epik heroik demi Masjid Al Aqsa, kesucian kami, dan para pejuang kami yang ditahan," kata politikus Palestina Ismail Haniyeh melalui pernyataan.
Ismail Abdul Salam Ahmad Haniyyah adalah Perdana Menteri Otoritas Nasional Palestina dari 19 Februari 2006 hingga sekarang.
Haniya dikenal sebagai pemimpin Hamas yang lebih moderat dan dekat dengan pemimpin spiritual Hamas, Sheikh Ahmad Yassin, yang dibunuh Israel.
Pria berusia 61 tahun itu mengatakan "agresi Zionis telah mencapai puncaknya dalam beberapa hari terakhir, ketika ribuan pemukim menodai kesucian Al Aqsa," seraya menambahkan bahwa Israel juga melanjutkan agresinya di Tepi Barat dan Jalur Gaza.
Serangan kilat pada Sabtu (7/10/2023) dini hari itu menewaskan 250 warga Israel dan menyebabkan sekitar 1.700 lainnya terluka.
Haniyeh juga mengatakan faksi bersenjata Palestina bermaksud memperluas pertempuran yang sedang berlangsung di Gaza hingga ke Tepi Barat dan Yerusalem.
“Pertempuran tersebut berpindah ke jantung ‘entitas Zionis’,” kata Haniyeh.
Brigade Al-Qassam, sayap bersenjata kelompok perlawanan Palestina Hamas, mengumumkan dimulainya Operasi Badai Al Aqsa dengan mengerahkan roket-roket yang menargetkan beberapa lokasi musuh, bandara, dan instalasi militer.
Mereka juga merilis cuplikan video yang menunjukkan penangkapan sejumlah tentara Israel selama operasi tersebut.
Hamas mengatakan pihaknya telah menembakkan 5.000 roket, sementara Israel mengonfirmasi bahwa para pejuang kelompok tersebut telah memasuki wilayahnya.
Daniel Hagari, juru bicara militer Israel, mengatakan kelompok itu menyerang dari darat, laut, dan udara.
Roket pertama ditembakkan pada Sabtu pukul 06.30 waktu setempat (03.30 GMT). Tentara Israel juga mengatakan pihaknya melancarkan Operasi Pedang Besi terhadap kelompok Hamas di Jalur Gaza.
Alasan Serangan Hamas
Serangan dini hari terjadi pada Simchat Torah, hari libur yang jatuh menjelang akhir festival Yahudi selama seminggu yang dikenal sebagai Sukkot, atau Hari Raya Pondok Daun.
Roket Hamas ditembakkan hingga meluncur jauh ke Tel Aviv. Hamas juga mengirimkan pejuangnya ke Israel selatan.
Media Israel mengatakan bahwa orang-orang bersenjata melepaskan tembakan terhadap orang-orang yang lewat di kota Sderot, dan rekaman yang beredar di media sosial menunjukkan bentrokan di jalan-jalan kota serta orang-orang bersenjata di dalam jip berkeliaran di pedesaan.
Sebuah laporan menyatakan bahwa pejuang Hamas telah menguasai beberapa pusat pemukiman sipil Israel, di mana penduduknya meminta bantuan dari pemerintah mereka.
Tentara Israel mengatakan puluhan jet tempur melakukan serangan terhadap sasaran Hamas di Jalur Gaza.
Baku tembak juga terjadi di dan sekitar kota Kfar Aza, Sderot, Sufa, Nahal Oz, Magen, Be’eri, dan pangkalan militer Re’im, Times of Israel melaporkan.
Juru bicara Hamas Khaled Qadomi mengatakan kepada Al Jazeera, Sabtu (7/10/2023) bahwa operasi militer kelompok tersebut adalah respons terhadap semua kekejaman yang dihadapi warga Palestina selama beberapa dekade.
“Kami ingin masyarakat internasional menghentikan kekejaman di Gaza, terhadap rakyat Palestina, tempat suci kami seperti Al-Aqsa. Semua hal inilah yang menjadi alasan di balik dimulainya pertempuran ini,” katanya.
“Ini adalah hari pertempuran terbesar untuk mengakhiri pendudukan terakhir di Bumi,” kata Mohammed Deif, komandan militer Hamas.
Hamas menyerukan serangan perlawanan di Tepi Barat serta negara-negara Arab dan Islam untuk bergabung dalam pertempuran tersebut. [Democrazy/TvOne]