DEMOCRAZY.ID - Seluruh pejuang dan pahlawan Indonesia yang membela tanah air di medan perang menghadapi penjajah memiliki kebaranian dan rasa cinta pada bangsa yang luar biasa. Mereka tidak takut mati dan rela mengorbankan segalanya.
Walau hanya bersenjata seadanya, para pejuang mampu membuat Belanda kesulitan, bahkan kalah dalam berbagai perperangan. Itu semua berkat kegigihan dan taktik yang digunakan dalam melawan musuh, terutama saat bergerilya.
Tak dipungkiri pula, diceritakan dalam berbagai sumber sejarah, ada beberapa pahlawan ditakuti Belanda karena memiliki kesaktian, mulai dari kebal peluruh, bisa menghilang dan jago beladiri.
Dirangkum dari berbagai sumber, berikut pahlawan Indonesia yang dikenal sakti mandraguna:
Untung Surapati
Perjuangannya dalam memberantas pasukan Belanda sudah membuat Belanda kewalahan, terlebih lagi dengan kesaktian Untung Suropati yang kebal akan peluru. Karena kesaktiannya ini, Untung Suropati sulit ditaklukkan di medan perang.
Dalam buku berjudul Untung Surapati Melawan VOC Sampai Mati karya Sri Wintala Achmad, dikisahkan mengenai pertempuran gabungan antara tentara Sampang, Surabaya, dan tentara VOC, dengan pasukan Pasuruhan dan Bali yang dipimpin oleh Untung Surapati.
Dalam perang tersebut, peluru-peluru ditembakkan hingga membunuh banyak pasukan dari kedua belah pihak, namun hal itu tidak mempengaruhi Untung Suropati.
Dia masih terlihat gagah duduk di atas kuda Kiai Pakeling miliknya dan membunuh pasukan kompeni dengan tangannya. Bahkan, saat peluru emas ditembakkan padanya, Untung Suropati tidak mengalami luka yang serius.
Sisingamangaraja XII
Raja dari negeri Toba ini memiliki nama lengkap Patuan Bosar Ompu PUlo Batu Sinambela. Pada tahun 1824, perjanjian Belanda-Inggris memberikan seluruh wilayah Inggris di Sumatra kepada Belanda.
Ketika pasukan Belanda tiba di wilayah Sumatra, Sisingamangaraja XII menolak tunduk kepada Belanda dan menyatakan perang.
Selama nyaris 30 tahun, peperangan terus terjadi dan tak dapat dihindarkan. Sisingamangaraja XII pun dikenal sebagai raja yang berani mempertahankan wilayah, dan juga kebal senjata dan peluru. Hal itu membuat pasukan musuh kewalahan, bahkan ia diketahui memiliki kemampuan menghilang.
Namun, menurut kepercayaan orang Batak, ia memiliki satu pantangan, yaitu setiap perang, ia tidak boleh terkena darah.
Pada tanggal 12 Juni 1907, lagi-lagi peperangan terjadi dan pasukan Belanda menggunakan strategi licik dengan menyergap ibu, istri pertama, dan salah satu anak dari Sisingamangaraja XII.
Pasukan Sisingamangaraja XII pun terkepung pasukan Belanda yang berjumlah banyak dengan persenjataan yang lengkap.
Pada waktu pertempuran sedang berlangsung, Lopian, salah satu putri dari Sisingamangaraja XII terkena tembakan.
Mayatnya berlumuran darah dan mengucur mengenai tubuh Sisingamangaraja XII saat akan memindahkannya ke tempat lain.
Di situ, kekebalannya mulai menghilang dan tanggal 17 Januari 1907, Sisingamangaraja XII pun gugur terkena tembakan.
Kolonel Muhammad Asmat Sentot
Kisah kesaktian Kolonel Muhammad Asmat Sentot diceritakan dalam sebuah buku berjudul Perjuangan M.A.Sentot Dalam Perang Mempertahankan Kemerdekaan di Indramayu (1945-1949).
Sebagai pemimpin dari Pasukan Setan Divisi Siliwangi, MA Sentot bertanggung jawab atas penyerangan yang menewaskan puluhan tentara Belanda.
Hal itu membuat MA Sentot menjadi buronan dan dicari-cari oleh Belanda. Namun, hal itu tidak semudah yang dikira. MA Sentot merupakan seseorang yang dikenal kebal peluru dan ahli menyamar.
Bahkan, pada suatu kejadian, dia ditembaki oleh pasukan DI/TII. Saat itu, MA Sentot tetap berdiri tegak, bahkan dikisahkan peluru yang ditembakkan kepadanya berjatuhan ke tanah.
Syekh Yusuf
Syekh Yusuf pahlawan nasional indonesia yang memimpin pemberontakan dari goa Sulawesi Selatan. Memiliki nama lengkap syekh Yusuf Abul mahasin tajul khalwati Al-makasari Al-bantani.
Ia juga di gelari 'tuanta salamaka RI gowa' Artinya yaitu "tuan guru penyelamat kita dari Gowa".Oleh para pendukungnya.
Sejak usia 15 tahun ia sudah belajar agama Islam di cikoang lalu memperdalam ilmunya di berbagai tempat mulai dari Banten, Aceh hingga ke Mekkah selama bertahun-tahun.
Ketika pasukan Sultan Ageng di kalahkan Belanda pada tahun 1682, syekh Yusuf di tangkap dan di asingkan ke Srilangka lalu di larikan ke Afrika Selatan karena Belanda takut dengan kesaktiannya dalam menggerakkan pasukan.
Ia juga di percaya menguasai ilmu halimun. Yakni bisa menghilang kebal dan senjata tajam, serta senjata api.
Nelson Mandela bahkan menyebutnya sebagai salah seorang putra Afrika terbaik. Karena sebagai ulama pejuang syekh Yusuf menjadi isnpirasi perjuangan bagi rakyat Afrika Selatan.
Kiai Moenasir
Kiai Moenasir secara umum memberikan andil besar dalam mengusir penjajah dari ibu pertiwi. Dirinya yang bergabung hingga melatih dalam kelompok militer didikan Nahdlatul Ulama.
Sejak lulus pesantren, ia mengangkat senjata hingga menjadi Komandan Batalyon (Danyon) Condromowo dan dikenal dengan ahli perang gerilya.
Sosoknya juga dikenal sakti, ia memiliki ilmu Condromowo dan karena itu ia dipercaya menjadi komandan batalyon yang diberi nama Condomowo. Condro artinya mata, mowo artinya bara api. Ilmunya terkenal dapat menghilang, tidak terlihat oleh musuh.
Kisahnya pernah suatu malam, Kiai Moenasir dan pasukannya turun dari Pacet untuk menyerang tentara kolonial Belanda yang bermarkas di utara Alun-alun Kota Mojokerto. Sebab, ia menerima informasi penjagaan pasukan penjajah sedang renggang.
Saat sampai di Jembatan Brangkal yang sekarang menjadi jalan nasional Surabaya-Madiun, Moenasir dan pasukannya berpapasan dengan patroli tentara Belanda bersenjata lengkap dan panser.
Karena mendadak, beliau tidak bisa lari, kalau lari akan terlihat oleh musuh. Beliau menyuruh anak buahnya pegangan berantai ke pundaknya. Saat Belanda lewat, beliau dan pasukannya tak terlihat. Padahal posisi mereka di atas jembatan.
Selain tak terlihat, ilmu Condromowo yang dimiliki Kiai Moenasir konon juga bisa membuat nyali musuh ciut hanya dengan menatap matanya.
Abu Bakar Aman Dimot
Nama Abu Bakar Aman Dimot memang masih asing di telinga masyarakat Indonesia, padahal perjuangannya dalam memperjuangkan kemerdekaan RI sangat besar. Oleh masyarakat Gayo, dirinya diberi gelar Pang atau Panglima atas keberaniannya melawan Belanda.
Dalam Agresi Militer Belanda I dan II, Aman Dimot berjuang keras mempertahankan tanah kelahirannya dari kependudukan Belanda.
Di suatu pertempuran, Aman Dimot bersama barisan Bagura menuju Tanah Karo guna menghadang laju pasukan Belanda. Saat pertempuran terjadi, satu per satu pasukan Aceh mulai mundur, namun tidak dengan Aman Dimot.
Dia terus maju melawan Belanda seorang diri hingga akhirnya ia terkepung oleh Belanda. Hunjaman peluru menghantam dirinya namun tidak mempan.
Hal itu tentunya membuat pasukan Belanda kaget dan mencoba segala cara untuk membunuh sang pejuang, seperti dilindas tank hingga memasukkan granat ke dalam mulutnya.
Letnan Komarudin
Di balik Serangan Umum 1 Maret 1949, terdapat sebuah kisah seorang letnan yang kebal peluru. Dia adalah Letnan Komarudin. Pada salah satu serangannya terhadap Belanda, Letnan Komarudin dengan gagah berani memasuki kawasan Belanda dan menyerang mereka. Anak buahnya saat itu melihat sang letnan ditembaki banyak peluru oleh pasukan Belanda, namun hal itu tidak melukainya sama sekali.
Tidak hanya melindungi dirinya, kesaktian Letnan Komarudin juga bisa melindungi orang-orang sekitarnya dalam radius 10 meter.
Kisah itu terjadi saat dia beserta anak buahnya menghadapi sebuah sergapan di Bantul. Menghadapi sergapan itu, Letna Komarudin menyuruh anak buahnya agar tidak jauh darinya. Hingga akhirnya, tembakan yang dijatuhi oleh Belanda saat itu pun tidak mempengaruhi mereka.
Panglima Wangkang
Pahalawan dari Kalimantan Selatan di sini ada seorang pejuang Dayak bakungpay, yang di kenal sakti dan kebal senjata.
Ia adalah panglima wangkang yang memiliki gelar kiyai mas Demang bin pembakal kendat. Panglima wangkang adalah panglima Dayak berdarah Banjar yang di kenal akan peran adil nya dan cukup besar dalam perang Banjar.
Perang yang dilakukan oleh suku bakungpay ini terjadi dengan tujuan mempertahankan distrik bakingpay. Yang kini di kenal dengan nama Barito Kuala.
Dalam catatan sejarah perang banjar ini adalah salah satu perang terlama di Indonesia. Perang ini mulai pecah sejak tahun 1859 dan baru berakhir pada 1905. Panglima wangkang salah satu tokoh yang di anggap sebagai ancaman Belanda saat itu.
Sebab ia di kenal memiliki kebal peluru, selama berkali-kali turun perang dan menjadikannya seorang yang cukup berpengaruh.
Pada tanggal 25, November tahun 1870 ia sepakat untuk menyerang ibu kota Banjarmasin bersama pengikutnya sebanyak 500 orang. Di sinilah Panglima Wangkang gugur karena pasukan Belanda telah menyiapkan peluru emas.
Ternyata Belanda selama ini telah mempelajari kekuatan Panglima Wangkang yang tidak mempan dengan peluru berbahan timah, tembaga, atau yang lainnya. Panglima Wangkang tidak kebal terhadap peluru berbahan emas.
Setelah gugur, jasadnya pun segera dilarikan ke hutan untuk disembunyikan di semak-semak. Pihak Belanda pun tak bisa menemukan jasadnya selama pencarian berhari-hari.
Sumber: DISWAY