HOT NEWS

Bukan Karena Menyimpan Dendam, Ternyata Ini Alasan Soeharto Tak Mau Ditemui Habibie Usai Lengser

DEMOCRAZY.ID
Oktober 02, 2023
0 Komentar
Beranda
HOT NEWS
Bukan Karena Menyimpan Dendam, Ternyata Ini Alasan Soeharto Tak Mau Ditemui Habibie Usai Lengser



DEMOCRAZY.ID - Hubungan presiden ke-2 Indonesia, Soeharto dan Habibie sempat merenggang usai terjadi pergantian kekuasaan pada tahun 1998.


Seperti diketahui, Soeharto ketika itu dituntut mundur sehingga Habibie sebagai wakil presiden harus menggantikannya.


Sebelum lengser, Soeharto sempat melontarkan pernyataan yang dinilai sebagai sinyal bahwa ia meragukan kemampuan Habibie menjadi presiden.


Ia pun disebut-sebut marah karena ingin Habibie juga ikut mundur bersamanya. Hingga akhir hayat Soeharto, ia tak pernah bertemu lagi dengan Habibie.


Lantas, bagaimana sebenarnya hubungan Habibie dan Soeharto pasca peristiwa 1998? Benarkah Soeharto menyimpan dendam hingga tak sudi menemui mantan wakilnya?


Ketika diwawancarai oleh Najwa Shihab, Habibie menceritakan soal hubungannya dan Soeharto usai pergantian kekuasaan.


Habibie ternyata sempat menghubungi Soeharto dan meminta bertemu tak lama usai resmi diangkat menjadi presiden.


“Saya pernah bisa berbicara dengan Pak Harto pada hari ulang tahunnya, bulan Juni,” kata Habibie dalam acara Mata Najwa, sebagaimana dikutip dari kanal YouTube Sika Romadona pada Senin, 2 Oktober 2023.


“Saya baru jadi presiden tanggal 20 Mei, beliau hari ulang tahun tanggal 9 Juni,” sambungnya.


Melalui telepon, Habibie menyampaikan keinginan bertemu. Ia ingin meminta data-data detail agar bisa melanjutkan kepemimpinan Seoharto.


“Pak Harto lengser, saya mau tahu data-data yang detail. Kan orang timbang-terima kan, kalau Anda Gubernur diganti oleh orang lain kan ada timbang-terima,” kata Habibie.


“Walaupun upacara tidak dibacakan, tapi ada baha-bahannya kan dan kita sehingga bisa belajar dari kesalahan,” tambahnya.


Namun, Soeharto menolak untuk bertemu. Ia menilai bahwa pertemuannya dan Habibie akan merugikan Indonesia.


“Dia bilang, ‘Tidak mungkin kamu ketemu dengan saya.’ ‘Kenapa?’ ‘Merugikan kita.’ Kita itu bukan Pak Harto dan Habibie, kita Bangsa Indonesia. Karena saya kenal Pak Harto,” ungkapnya.


Ketika ditanya kerugiaan apa yang dimaksud, Habibie menjawab bahwa Soeharto mengkhawatirkan akan timbul adu domba.


“Ruginya, karena diadu domba. Dia kan orang yang sangat bijaksana dan tahu lapangan, lebih tahu dari Habibie,” jawabnya.


Soeharto lantas berpesan agar Habibie melaksanakan tugas untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang dihadapi Indonesia ketika itu.


Namun, penolakan Soeharto membuat Habibie marah. Ia tetap tak terima mengapa mereka tak bisa bertemu.


“Dan dia mengatakan, ‘Kamu selesaikan masalah-masalah yang kamu hadapi. Selesaikan semua’,” kata Habibie.


“Saya tu jadi emosional. Saya katakan, ‘Pak Harto, yang benar aja dong. Saya juga manusia punya perasaan. Kenapa saya tidak bisa ketemu dengan Pak Harto?’,” sambungnya.


Mendengar itu, Soeharto menyampaikan bahwa meskipun mereka tak bertemu, ia selalu mendoakan Habibie di setiap salatnya.


“Itu dia bilang, ‘Habibie, saya tahu kamu anak yang soleh. Kamu salat lima kali sehari, saya juga. Tapi kamu harus tahu satu, tiap kali saya salat, tiap kali saya salat Habibie, saya doa untuk kamu supaya kamu selamat dan sukses. Laksanakan tugasmu,” katanya.


Barulah setelah mendengar itu, kemarahan Habibie mereda. Ia bahkan berterima kasih kepada Soeharto dan menangis usai menutup telepon.


“Terus saya bilang, ‘Terima kasih, pak.’ Saya letakkan itu (telepon), saya nangis. Yang lihat saya Ainun, lihat semua,” ungkapnya. [Democrazy/Hops]

Penulis blog