DEMOCRAZY.ID - Amelia Ahmad Yani salah satu putri pahlawan revolusi yaitu Jenderal TNI Anumerta Ahmad Yani membeberkan siapa sebenarnya yang sedang melakukan kudeta pada peristiwa G30S PKI.
Dalam sebuah pertemuan dengan putra-putri para pahlawan revolusi dan para tokoh pemuda, Amelia Ahmad Yani menceritakan duduk perkara pada malam G30S PKI tersebut.
Melansir dari kanal YouTube ui watch, Amelia Ahmad Yani secara mengejutkan menyebut sebuah nama perwira menengah yang memimpin penculikan pada G30S PKI
Amelia Ahmad Yani menceritakan kronologi peristiwa pasca penculikan yang dilakukan pasukan Cakrabirawa terhadap para petinggi TNI AD.
“Kenapa tanggal 1 Oktober jam7.00 WIB pagi, Presiden Sukarno tidak ada di tempat, kan. Tidak ada yang tahu di mana dia,” kata Amelia Ahmad Yani.
“Belakangan ketahuan beliau ada di (lanud) Halim bersama dengan Suparjo dan dan orang-orang Dewan Revolusi (pihak PKI),” ujarnya.
Putri ketiga dari delapan bersaudara itu mengatakan bahwa posisi Mayor Jenderal Suharto sebenarnya sedang menunggu perintah dari Panglima Tertinggi ABRI yaitu Presiden Sukarno.
Perintah yang sedang ditunggu tersebut adalah perintah pencarian terhadap para petinggi TNI AD yang hilang diculik oleh pasukan Cakrabirawa.
“Pak Harto, kan, sedang menunggu perintah, dong. Kan beliau (Sukarno) adalah Panglima Tertinggi ABRI, buat apa pakai tongkat komando dengan semua tanda pangkat kalau tidak ngapa-ngapain,” tuturnya.
Dalam suasana menunggu tersebut, Jenderal AH Nasution selaku Menko Hankam dan Kepala Staf ABRI merestui Mayjen Suharto untuk bergerak melakukan upaya pencarian.
Restu tersebut sebagai respon setelah adanya pengumuman oleh Letkol Untung Cs tentang gerakan 30 September pada pagi hari tersebut.
Sementara itu, menurut Amelia, di pihak Letkol Untung dari pasukan Cakrabirawa juga sedang menunggu perintah dari Presiden Sukarno tentang langkah selanjutnya.
Namun, perintah tak kunjung datang. Sehingga pada siang harinya, Letkol Untung berinisiatif mengumumkan berakhirnya kabinet atau demisioner.
“Tapi siangnya, mungkin si (Letkol) Untung ini juga sedang menunggu perintah dari Bung Karno, kan. Siangnya tuh baru jam 13.00 WIB lewat, baru ada pengumuman Dewan Revolusi demisioner kabinet.”
Mantan Dubes RI untuk Bosnia dan Herzegovina tersebut mengatakan bahwa pernyataan Letkol Untung yang membubarkan kabinet tersebut, itulah yang disebut dengan kudeta.
“Sebenarnya kudeta itu, pagi itu dulu Dewan Jenderal diselesaikan oeh Untung Cs dengan nama Gerakan 30 September,” ungkapnya.
“Jam 13.20 WIB pengumuman Dewan Revolusi, kabinet demisioner. Semua yang pangkatnya di atas dia (Letkol Untung) turun. Itulah, Pak, yang namanya kudeta, kan,” tegasnya.
Kisah yang disebutkan oleh Amelia Ahmad Yani tersebut sekaligus menyanggah pendapat atau adanya teori ‘Kudeta Merangkak’ yang merebak beberapa waktu lalu.
“Jadi bukan seperti yang dibilang kudeta merangkaklah, apalah, itu nggak ada,” pungkasnya.
Amelia menjelaskan latar belakang itulah kemudian yang menjadi dasar Mayjen Suharto mengumumkan ke kodam-kodam bahwa telah terjadi kudeta di Jakarta.
Amelia Ahmad Yani juga menambahkan bahwa inilah pentingnya meluruskan sejarah, agar jangan sampai generasi berikutnya salah persepsi tentang sejarah.
[VIDEO]
[Democrazy/Kilat]