DEMOCRAZY.ID - Amelia Achmad Yani menceritakan tentang momen kengerikan G30S PKI. Diketahui Amelia Achmad Yani merupakan putri dari pahlawan revolusi Jenderal Ahmad Yani.
Dikutip dari podcast di kanal Youtube RJL 5 - Fajar Aditya, Amelia Achmad Yani menceritakan beberapa kisah yang melibatkan ayahnya, Soekarno, dan Soeharto.
Amelia Achmad Yani mengaku hanya sekali bertemu dengan Presiden Soekarno.
Kala itu Ahmad Yani menjadi Menteri Panglima Angkatan Darat dan langsung diberi rumah yang lebih besar oleh Ir Soekarno.
"Bung Karno sangat memperhatikan rumah bapak yang kita mau tempati. Begitu sudah jadi, beliau hadir ke rumah selametan," ungkap Amelia.
Amelia sudah mengenakan pakaian terbaik yang dipilih langsung oleh bapaknya untuk menemui bung Karno sang pemimpin besar.
"Dibarisin sama bapak udah, diperkenalkan satu-satu. Itu pertama kali yang namanya ketemu pemimpin besar revolusi bung karno," tutur Amelia.
Amelia kala itu mengaku kalau sosok Soekarno memiliki aura seram.
"Serem, ini yang selalu diceritain," ucapnya.
Selama ini memang Amelia hanya melihat Soekarno dari kejauhan. Amelia mendeskripsikan sosok Soekarno yang menggunakan baju hitam dengan tongkat komando ikoniknya.
"Saya bisa lihat wujudnya pakai baju hitam dengan tanda pangkat lengkap sama bawa tongkat komando," ceritanya.
Momen itu menjadi satu-satunya momen Amelia bisa bertemu dan bersalaman langsung dengan Soekarno.
Selain kisah tersebut, Amelia juga menceritakan tentang momen mengerikan saat G30S PKI terjadi.
Dikutip dari acara yang lain, UI WATCH di Youtube, Amelia menceritakan kronologi peristiwa pasca penculikan yang dilakukan oleh pasukan Cakrabirawa terhadap para petinggi TNI AD.
“Kenapa tanggal 1 Oktober jam7.00 WIB pagi, Presiden Sukarno tidak ada di tempat, kan. Tidak ada yang tahu di mana dia,” cerita Amelia.
“Belakangan ketahuan beliau ada di (lanud) Halim bersama dengan Suparjo dan dan orang-orang Dewan Revolusi (pihak PKI),” tambahnya.
Amelia juga menceritakan posisi Soeharto di momen tersebut.
Mayor Jenderal Soeharto disebutkan sedang menunggu perintah dari Panglima Tertinggi ABRI yaitu Presiden Soekarno.
Perintah yang dimaksud adalah tentang pencarian dari para petinggi TNI AD yang kala itu masih dalam kondisi dinyatakan hilang.
“Pak Harto, kan, sedang menunggu perintah, dong. Kan beliau (Sukarno) adalah Panglima Tertinggi ABRI, buat apa pakai tongkat komando dengan semua tanda pangkat kalau tidak ngapa-ngapain,” imbuhnya.
Hingga akhirnya Jenderal AH Nasution yang berstatus sebagai Kepala Staf ABRI dan Menko Hankam langsung memberikan perintah kepada Mayjen Soeharto untuk bergerak melakukan pencarian.
Perintah tersebut terjadi setelah adanya pengumuman dari Letkol Untung Cs tentang G30S PKI di pagi hati.
Namun menurut Amelia, Letkol Untung sendiri juga menunggu perintah dari Presiden Soekarno.
“Tapi siangnya, mungkin si (Letkol) Untung ini juga sedang menunggu perintah dari Bung Karno, kan. Siangnya tuh baru jam 13.00 WIB lewat, baru ada pengumuman Dewan Revolusi demisioner kabinet.” cerita Amelia.
Kejadian inilah yang akhirnya dianggap sebagai kudeta.
“Sebenarnya kudeta itu, pagi itu dulu Dewan Jenderal diselesaikan oeh Untung Cs dengan nama Gerakan 30 September,” tambahnya.
“Jam 13.20 WIB pengumuman Dewan Revolusi, kabinet demisioner. Semua yang pangkatnya di atas dia (Letkol Untung) turun. Itulah, Pak, yang namanya kudeta, kan,” ungkap Amelia.
[VIDEO]
[Democrazy/Kilat]