DEMOCRAZY.ID - Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Semarang Hendrar Prihadi membenarkan adanya anggotanya yang diduga dianiaya oleh Ketua DPC Partai Gerindra Semarang seperti video yang viral di media sosial.
Hendrar mengatakan pihaknya mengecam aksi kekerasan anak buah Prabowo Subianto itu, apalagi perbuatan nirberadab itu dilakukan di hadapan keluarga korban.
Hendrar menceritakan kronologi peristiwa pemukulan terhadap kader PDIP itu. Di mana, pada pukul 21.45 WIB Jumat (8/9) malam, kader PDIP Suparjianto yang bertempat tinggal di Kelurahan Bandara, Semarang Utara, dihampiri oleh Ketua DPC Gerindra.
Hendrar mendapati informasi kalau kader PDIP itu langsung dipukul tanpa menjelaskan duduk perkara sebelumnya.
"Tadi malam, Jumat, jam 21.45 WIB, ada kawan kami warga Jalan Cumi-cumi, Kelurahan Bandara, Semarang Utara, yang didatangi oleh Ketua DPC Gerindra. Kemudian tanpa babibu, Ketua Gerindra yang juga anggota DPRD Kota Semarang itu memukul kader kami," kata Hendrar di sela-sela mengikuti kegiatan Sicita di kawasan Senen, Jakarta, Sabtu (9/9) pagi.
Hendrar mengatakan alasannya pemukulan terhadap kader PDIP itu karena memasang bendera partai di sekitar perkampungan yang ditinggali Ketua Gerindra Semarang tersebut.
Atas adanya peristiwa itu, Hendrar melaporkan peristiwa itu kepada Ketua DPD PDIP Jawa Tengah Bambang Wuryanto atau Bambang Pacul serta Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto.
"Dan perintah dari Pak Sekjen pagi hari ini pertama kami diminta untuk meredam emosi kawan-kawan supaya di Semarang itu tidak terjadi sebuah pertikaian yang keras antara partai kami dan Gerindra," ucap dia.
Dia juga mengatakan bahwa Sekjen Hasto meminta kepada jajaran PDIP Semarang untuk melaporkan persoalan tersebut ke ranah hukum.
"Kami akan segera laksanakan segera setelah acara ini, kami lakukan dua perintah Pak Sekjen itu. Meredam emosi kawan-kawan dan juga melaporkan kasus ini ke kepolisian," terangnya.
Sementara, Sekjen Hasto mengatakan peristiwa ini menjadi sangat penting untuk menunjukkan kualitas demokrasi yang beradab dan demokrasi yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila.
Selain itu, dia juga menilai demokrasi tidak boleh mengedepankan suatu emosi, apalagi memaksakan kehendak.
"Dari hal yang sederhana, melempar handphone saja itu tidak diizinkan dalam alam demokrasi yang baik, apalagi melakukan suatu tindak kekerasan, karena itulah kami sangat menyesalkan terhadap suatu-suatu tindakan arogansi apalagi menggunakan intimidasi menggunakan kekerasan, itu tidak boleh di dalam alam demokrasi kita," jelas Hasto.
Hasto memerintahkan untuk tidak boleh melakukan suatu hal yang sifatnya justru semakin buruk.
"Kita harus membangun kondusivitas di dalam alam demokrasi kita yang berkebudayaan, sehingga langkah menempuh proses hukum itu merupakan hal yang sangat positif," ungkap Hasto.
Menurut Hasto, dalam politik itu akal sehat harus dikedepankan.
“Dalam politik itu senyum harus dikedepankan, sehingga apa yang dilakukan oleh Pak Hendrar, kami memberikan dukungan sepenuhnya," tutup Hasto. [Democrazy/JPNN]