DEMOCRAZY.ID - Tak banyak yang tahu jika pada masa penjajahan ada sosok pribumi yang disegani para kolonial Belanda.
Ia lah Oei Tiong Ham, seorang pria kelahiran Semarang yang juga keturunan Tionghoa dan sukses menjadi seorang pengusaha.
Bahkan kiparhnya membuat Oei Tiong Ham disegani hingga menjadi satu-satunya orang keturunan Tionghoa yang diizinkan Belanda memakai baju berala Eropa.
Seperti apa kisah hidupnya? Simak ulasan berikut.
Seorang pengusaha gula kaya raya
Dilansir dari kanal YouTube BETA TV yang tayang pada 14 Oktober 2021, Oei Tiong Ham adalah seorang pria keturunan Tionghoa yang lahir di Semarang, Jawa Tengah pada 19 November 1866.
Semakin bertambah dewasa, ia menggeluti bisnis opium. Hingga pada akhirnya nasib membawanya pada bisnis perdagangan gula yang memberi pada kesuksesan.
Insting berbisnis yang tajam, membuatnya membangun Oei Tiong Ham Concern. Bisnisnya bahkan merambah hingga luar negeri.
Diketahui pada saat itu ia mampu mengekspor gula yang diproduksi hingga pasar Asia, Amerika dan Eropa.
Orang yang Disegani
Menjadi pengusaha kaya raya, tak heran jika ia disegani kolonial Belanda. Bahkan ia juga mengabdi sebagai Luitenant der Chinezen dalam pemerintahan kolonial di Semarang dan memiliki pangkat Majoor sampai purna tugasnya.
Bahkan ia menjadi orang pribumi keturunan Tionghoa yang diizinkan untuk memakai baju ala orang-orang Eropa. Pada saat itu
Diketahui jika pada saat itu kebanyakan orang keturunan Chinese terbiasa memakai baju ala orang-orang Tionghoa pada umumnya.
Selain sukses di dunia bisnis, Oei Tiong Ham pun bak menjadi seorang petualang cinta. Ia memiliki 8 istri dan 26 orang anak. Selain itu, ia pun memiliki belasan selir lainnya.
Namun sayang, pada tahun 1920 ia pindah ke Singapura. Alasannya karena pada saat itu pemerintah Belanda menaikkan jumlah pajak yang harus disetorkan.
Selain itu, peraturan tentang hukum warisan pun menjadi faktor lain. Sampai pada akhirnya ia tinggal dan meninggal di Singapura pada tahun 1924. Namun ia berwasiat untuk dimakamkan di tanah kelahirannya di Semarang, Jawa Tengah. [Democrazy/Hops]