POLITIK

[SPOTLIGHT] AHY Dicita, Malah Imin Yang Tiba

DEMOCRAZY.ID
September 04, 2023
0 Komentar
Beranda
POLITIK
[SPOTLIGHT] AHY Dicita, Malah Imin Yang Tiba


Spotlight

AHY Dicita, Malah Imin Yang Tiba


Manuver Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh menduetkan Anies Baswedan dengan Cak Imin mencederai Partai Demokrat, yang berakibat hengkang dari Koalisi Perubahan. Elektabilitas Cak Imin lebih rendah ketimbang AHY, tapi PKB di Jawa lebih kuat daripada Partai Demokrat


Lima puluh hari menjelang dibukanya pendaftaran Pilpres 2024, Partai Demokrat dibuat meradang oleh kawan satu koalisinya, Partai NasDem. Partai yang dipimpin Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) itu merasa ‘dipaksa’ menerima keputusan yang diinisiasi Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh. Tanpa melibatkan Partai Demokrat, PKB masuk dalam koalisi pengusung Anies Baswedan dan menjadikan Muhaimin Iskandar sebagai bakal calon wakil presiden.


“Lupakan aja Anies,” tulis Ketua Bappilu Partai Demokrat Andi Arief melalui pesan singkat kepada reporter detikX pada Kamis (31/8/2023). Dia kecewa atas keputusan sepihak yang dibuat oleh Surya Paloh dan Anies Baswedan terhadap PKB yang bahkan belum berumur satu minggu.


Dia juga menuangkan kekecewaan melalui akun media sosial X (Twitter) miliknya. Kata Andi Arief, Anies “berdarah dingin” dan “pengecut”. Kamhar Lakumani, Deputi Badan Pemenangan Pemilu Partai Demokrat, turut merasa kecewa terhadap sikap Anies Baswedan yang tidak memberitahukan keputusan tentang cawapres Cak Imin secara langsung kepada Partai Demokrat.


“Tanggal 30 dikasih tahu melalui Sudirman Said. Bukan langsung Pak Anies, itu yang juga membuat kecewa. Karena sebelum-sebelumnya, semua pembicaraan, ini (Anies) selalu hadir langsung, menyampaikan langsung, rencana-rencana besar atau strategis yang akan dilakukan,” katanya kepada reporter detikX melalui sambungan telepon pada Jumat (1/9/2023).


Tak hanya itu, ia juga menyesalkan sikap Partai NasDem yang kerap sekali mementalkan kesepakatan yang sudah terbangun terkait dengan cawapres AHY untuk Anies. Ia menilai, sejak awal, Partai NasDem memang merasa memiliki Anies dan mendominasi koalisi. Hal itulah yang kemudian, menurut Kamhar, membuat identitas Koalisi Perubahan untuk Persatuan ini semakin buram.


“Tanggal 29 (Agustus) terjadilah peristiwa yang bagi kami mencederai komitmen. Bagi kami, sama sekali politik itu bukan sekadar hanya tentang memperoleh kekuasaan dan berkuasa, tapi juga bagaimana cara memperolehnya dan menggunakan kekuasaan itu,” ungkapnya.


Pertemuan yang dianggap diam-diam tanpa sepengetahuan Partai Demokrat dan PKS tersebut tidak ditepis oleh Ketua DPP NasDem Charles Meikyansyah. Tetapi ia menampik jika Surya Paloh dikatakan mengintervensi keputusan cawapres Anies Baswedan seperti yang disebutkan Partai Demokrat.


“Gini… gini…, kan yang memutuskan calon wakil presiden itu ya si calon presiden, hasil maklumat, kan. Si capres ditawari ketum namanya Pak Surya Paloh, ‘Kamu mau nggak sama Cak Imin’. ‘Mau’, kata dia (Anies). Maka langkah berikutnya apa, dia (Anies) ingin bicara dengan Ketua Umum PKS maupun dengan Ketua Umum Demokrat,” jelas Charles.


Lagi pula, menurut Charles, diskusi antara Surya Paloh dan Anies Baswedan tidak bisa serta-merta disebut sebagai intervensi. Dia mengistilahkan Partai NasDem memiliki “saham” dalam Koalisi Perubahan untuk Persatuan. Maka dari itu menurutnya, sebagai partai yang memiliki persentase paling besar berhak untuk berdiskusi soal pendamping Anies Baswedan. 


Di sisi lain, Charles berdalih upaya mempertimbangkan Cak Imin sebagai cawapres Anies Baswedan melalui proses yang panjang. Komunikasi yang dijalin dengan Cak Imin bersamaan dengan komunikasi dengan Khofifah Indar Parawansa, Mahfud Md, dan lainnya. Pertemuan tanggal 29 Agustus kemarin diklaim sebagai pertemuan puncak penawaran kepada Cak Imin sebagai cawapres.


Terdapat empat pertemuan yang dilakukan Partai NasDem pada Selasa (29/8/2023) itu. Menurut keterangan Ketua DPP Partai NasDem Willy Aditya sekaligus eks anggota Tim 8 dari NasDem, pukul 16.00 sampai 18.00 WIB dilakukan pertemuan dengan Tim 8 di Tower NasDem. Pertemuan tersebutlah yang, menurutnya, menjadi tonggak Surya Paloh bertemu dengan Cak Imin.


“Pak Sudirman Said mengambil konklusi seperti yang sudah dijelaskan, untuk setiap partai bebas melakukan langkah-langkah politik terkait apa yang menjadi kebutuhan partai masing-masing. Atas dasar itulah, kemudian malam harinya Pak Surya ketemu dengan Cak Imin,” kata Willy kepada reporter detikX.


Pertemuan penawaran kepada Cak Imin untuk menjadi cawapres Anies Baswedan dilakukan di Restoran Kahyangan, Shabu Shabu Wisma Nusantara, Jakarta. Pertemuan ditaksir tidak lebih dari 30 menit dengan beberapa petinggi Partai NasDem. Dalam pertemuan tersebut, seperti yang diceritakan Cak Imin kala deklarasi bakal capres dan cawapres pada Sabtu (3/9/2023), Cak Imin menyetujui detik itu juga ketika Surya Paloh menawarkan posisi cawapres Anies kepadanya.


Pukul 22.00 WIB pertemuan selanjutnya di NasDem Tower dilakukan oleh perwakilan para petinggi Partai NasDem dan petinggi PKB untuk menindaklanjuti apa yang telah disepakati Surya Paloh dan Cak Imin. Pertemuan tersebut dihadiri oleh Wakil Ketua Umum PKB Jazilul Fawaid.


Juru Bicara Anies Baswedan, Sudirman Said membenarkan proses tersebut. Kerja sama dengan PKB memang diinisiasi oleh Partai NasDem tanpa keterlibatan Anies Baswedan secara langsung.


“Dalam proses bergabungnya PKB ke Koalisi Perubahan yang baru saja diputuskan beberapa hari lalu, Pak Anies sama sekali tidak terlibat. Proses menuju keputusan kemarin sepenuhnya merupakan hasil diskusi antara pimpinan Partai NasDem dengan pimpinan PKB,” demikian penjelasan Sudirman kepada reporter detikX.


Langkah Gamang Tambal Suara Anies


Ketua DPP NasDem Charles Meikyansyah menilai langkah menyandingkan Anies Baswedan dengan Cak Imin dirasa sangat tepat dibandingkan dengan AHY. Sebab, katanya, basis suara yang dimiliki Anies hampir sama dengan basis suara yang dimiliki AHY.


“Sementara kalau yang dimiliki oleh Muhaimin itu cukup spesifik. Dia orang NU (Nahdlatul Ulama), kemudian di Partai PKB, di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur yang merupakan basis utamanya,” tuturnya kepada reporter detikX.


Berdasarkan hasil sejumlah lembaga survei, elektabilitas Cak Imin tergolong rendah di angka kurang dari 1 persen. Lembaga Survei Indonesia (LSI) mencatat elektabilitas Cak Imin sebesar 0,7 persen, di bawah AHY yang sebesar 1,6 persen. Sedangkan hasil survei Litbang Kompas, elektabilitas Cak Imin hanya 0,4 persen. Lalu survei Indikator Politik, elektabilitas Cak Imin 0,8 persen


Menurut hasil sejumlah lembaga survei, elektabilitas Cak Imin tergolong rendah di angka kurang dari 1 persen. Lembaga Survei Indonesia (LSI) pada periode survei 3-9 Agustus 2023 mencatat elektabilitas Cak Imin 0,7 persen, di bawah AHY sebesar 1,6 persen. Sedangkan Litbang Kompas pada periode survei 27 Juli hingga 7 Agustus 2023 menyajikan data elektabilitas Cak Imin hanya 0,4 persen, sedangkan AHY 5,1 persen. Lalu Survei Indikator Politik pada periode 20-24 Juni 2023, elektabilitas Cak Imin 0,8 persen dan elektabilitas AHY jauh di atasnya, sebesar 11,4 persen.


“Tapi kami juga punya keyakinan, ketika pasangan ini (Anies-Cak Imin) sudah diresmikan, mesin partai bekerja secara maksimal, maka kemudian respons publik akan berbeda,” tutur anggota Komisi XI DPR RI tersebut.


Senada, Wakil Ketua Umum DPP PKB Bidang Kaderisasi Hanif Dhakiri turut optimistis dengan pasangan Anies-Cak Imin. Ia menyebut PKB memiliki basis massa yang relatif solid di kalangan NU.


“Optimistis, karena kita kan punya basis massa yang relatif solid, kemudian kita punya infrastruktur politik yang relatif efektif dikerahkan, dan kita juga punya jejaring kiai-kiai tokoh-tokoh yang sangat-sangat bisa diandalkan. Insyaallah bisa lancar,” ungkapnya kepada reporter detikX, Sabtu (2/9/2023).


Dari analisis tim detikX, Cak Imin memang memiliki elektabilitas yang lebih rendah dari AHY, tapi PKB memiliki perolehan suara lebih tinggi daripada Partai Demokrat, terutama di Jawa. Berdasarkan hasil Pileg 2019, PKB memperoleh suara nomor dua tertinggi di Jawa Timur, setelah PDI Perjuangan, yaitu sebesar 4.198.551 suara. Sedangkan di Jawa Tengah, perolehan suara PKB ialah 2.718.640 atau tetap urutan kedua tertinggi. 


Direktur Eksekutif LSI Djayadi Hanan memiliki pendapat yang berbeda terkait dengan peran Cak Imin untuk menambal kekurangan Anies Baswedan. Menurutnya, pemilih PKB tidak sepenuhnya memilih Cak Imin, begitupun dengan pengikut NU secara luas.


“Calon dari NU mungkin akan banyak, yang kedua belum tentu orang NU akan ikut Cak Imin. Karena yang diikuti orang NU kan banyak. Ada NU yang sifatnya resmi, seperti PBNU, ada NU yang tergabung partai. Tapi jangan lupa, orang NU banyak yang mengikuti kiai-kiai. Kiai di pesantren maupun kiai-kiai di kampung-kampung,” terang Djayadi saat berbincang dengan reporter detikX.


Karena itu, lanjut Djayadi, tidak serta-merta, ketika Cak Imin menjadi cawapres Anies Baswedan, maka orang NU akan pindah memilih Anies. Ini juga bisa dilihat dari simulasi Cak Imin jika dipasangkan dengan Prabowo Subianto maupun Ganjar Pranowo. Cak Imin sama-sama tidak menambal banyak suara kedua capres tersebut.


“Jadi, mengubah koalisi itu, kalau calonnya tetap sama, tidak akan mengubah peta pertarungan sebenarnya,” tandasnya. 


Sumber: DetikX

Penulis blog