CATATAN POLITIK

'Ramai-Ramai Menghapus Jejak Anies'

DEMOCRAZY.ID
September 05, 2023
0 Komentar
Beranda
CATATAN
POLITIK
'Ramai-Ramai Menghapus Jejak Anies'


Spotlight

Ramai-Ramai Menghapus Jejak Anies


Kini tak ada lagi foto Anies Baswedan di media sosial AHY, Partai Demokrat, dan sebagian pengurus teras. Mereka telah menghapusnya. Berbagai alat peraga kampanye bergambar Anies pun dirobek, dibakar, hingga dicat. Anies telah dicap sebagai pengkhianat, pembohong, hingga pengecut berdarah dingin.


Kader Partai Demokrat secara massal menghapus jejak Anies Baswedan. Penyebabnya, partai berlambang bintang Mercy ini merasa dikhianati karena Anies memilih Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar sebagai bakal cawapres Pemilu 2024. Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menyatakan partainya dilukai oleh mereka yang tidak jujur serta melanggar komitmen dan kesepakatan.


Deputi Bappilu DPP Partai Demokrat Kamhar Lakumani menuturkan, setelah pengkhianatan tersebut, para kader diperintahkan mencopot semua atribut kampanye bergambar Anies. Instruksi tersebut dibarengi sikap resmi mencabut dukungan terhadap Anies dan keluar dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan. Sikap ini, kata Kamhar, juga merupakan respons terhadap kemarahan kader akibat penghianatan Anies.


Caleg DPR RI Dapil Jawa Barat V itu mengaku telah menghabiskan biaya yang banyak hanya untuk memasang baliho bergambar Anies. Untuk memproduksi baliho, menyewa papan billboard, hingga memasang spanduk, Kamhar telah mengeluarkan dana sekitar lebih dari Rp 100 juta. Bahkan, pada Kamis (31/8/2023), Kamhar baru saja mencetak spanduk bergambar Anies sebesar 2x3 meter berjumlah 300 buah.


"Harusnya malam ini sudah didistribusikan di dapil saya. Namun, karena peristiwa ini, ya tidak jadi. Yang seperti saya banyak yang mengalami, hal yang serupa ya, setidaknya caleg DPR RI ada 575, kemudian ada ribuan caleg provinsi dan 2.000 caleg DPRD kabupaten/kota," ujar Kamhar saat berbincang dengan reporter detikX.


Dari pantauan detikX di berbagai platform media sosial, banyak beredar video para kader Demokrat mencopot, mengecat, merobek, hingga membakar alat peraga kampanye bergambar Anies. Hal itu turut dibenarkan oleh Kepala Badan Komunikasi Strategis (Bakomstra) Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra. Baginya, respons dari para kader itu wajar. Selama ini, di berbagai daerah, para kader telanjur berkorban memberikan banyak dukungan kepada Anies.


Herzaky pun mengklaim pihaknyalah yang meyakinkan PKS untuk bergabung dengan Koalisi Perubahan dan mengusung Anies. Selain itu, Anies sempat menyampaikan akan menjadikan AHY sebagai cawapresnya dalam Pilpres 2024. Bahkan komitmen itu diklaim telah disampaikan Anies sebanyak tujuh kali kepada Partai Demokrat.


Gelagat pengkhianatan Anies itu, kata Herzaky, sudah tercium saat pihak Partai NasDem dan Surya Paloh terus menunda-nunda deklarasi Anies-AHY. Padahal, menurut klaim Partai Demokrat, koalisi sudah sepakat bahwa bakal cawapres Anies adalah AHY dan akan dideklarasikan pada awal September tahun ini.


Di sisi lain, Herzaky menyadari, selama ini Anies dan timnya tidak pernah mendengarkan dan memakai masukan atau saran dari para petinggi Partai Demokrat terkait strategi pemenangan. Masukan-masukan yang diberikan dalam forum-forum terbatas tak pernah digubris oleh Anies. Menurutnya, itu sebagai salah satu gelagat tidak seriusnya Anies menggandeng AHY dan akhirnya berkhianat.


"Gila, lu. Kita satu tahun lebih bersama segala apa. Kita ketemu partai lain saja, kalau ada yang mau ketemuan, kita kasih tahu. Ini aja nggak. Sehari setelahnya baru ngomong. Ini NasDem sama PKB sudah sepakat, Anies dan Cak Imin, Demokrat mau ikut nggak? Gitu ngomong-nya. Gila lu ya. Kita sih bilang ini pengkhianat," kata Herzaky seraya menceritakan perbincangan dengan Anies kepada reporter detikX.


Setelah kejadian itu, Partai Demokrat dan AHY disebut putus kontak dengan Anies. Menurut Herzaky, tidak ada upaya kontak seperti telepon atau pesan dari Anies ke pihak Partai Demokrat secara langsung. Padahal, menurutnya, saat AHY bertemu elite PDI Perjuangan, Anies disebut sempat panik dan berkali-kali menelepon pihak Partai Demokrat. Setelah pertemuan itu, Anies juga disebut tergopoh-gopoh menemui AHY.


"Kami nggak terima itu, gila lu ya, lu tuh pengecut berdarah dingin. Sampai hari ini, tidak sekali pun dia berusaha nelpon atau berusaha WA Mas AHY. Padahal, waktu kita ketemu Puan Maharani aja, dia sampai bela-belain sehari bisa tiga kali telepon. Ini pengecut bener-bener, ini pengecut berdarah dingin, pengkhianat," ujar Herzaky seraya menceritakan perbincangan dengan Anies kepada reporter detikX.


Saat ini para kader Partai Demokrat sedang sibuk membersihkan jejak-jejak Anies. Terutama konten berupa foto maupun video di media sosial masing-masing. Sejak dideklarasikan mendukung Anies, kader-kader Partai Demokrat di berbagai daerah rajin mengunggah konten terkait mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut.




"Saya juga lagi ngehapus-hapusin nih. Capek juga hapus-hapusin, lumayan sekali," keluhnya.


Zaky mengibaratkan pihaknya telah siap dalam sebuah prosesi pernikahan. Undangan sedang disiapkan, panitia sudah diatur, keluarga besar sudah dikabari, tapi ternyata si mempelai, yaitu Anies, justru kabur menikah dengan orang lain. Dengan itu, Demokrat mengaku merasa dipermainkan selama hampir satu tahun bersama Anies.


Sementara itu, terkait alat peraga kampanye, terutama baliho, Zaky secara pribadi juga telah memasang lebih dari seribu baliho yang tertera wajah Anies. Proses pemasangan itu dilakukan selama kurang lebih satu bulan. Hal itu dilakukan karena ada target, sebelum September, baliho-baliho Anies sudah tersebar merata. 


Tak hanya itu, ia mengatakan, di media sosial Demokrat banyak unggahan konten yang memuji Anies. Bahkan beberapa konten dikhususkan untuk membela Anies saat diserang lawan-lawan politiknya.


Sejak ada instruksi pada Juli lalu, ia mengklaim sudah ada ratusan ribu materi kampanye terkait Anies Baswedan yang dipasang oleh kader Demokrat. Ia mengklaim, di berbagai daerah, materi promosi Anies tersedia dari spanduk ukuran 80x60 cm sampai billboard berukuran 10x12 meter. 


"Nah, memasang butuh waktu, butuh biaya. Mencabutnya pun butuh waktu dan butuh biaya. Tapi yang lebih besar itu kerugian immaterial bagaimana kami sudah berjumpa bersama dan dikhianati. Ini tidak mudah healing-nya," ujarnya.


Beda Pandangan Partai Demokrat dan NasDem


Sementara itu, juru bicara Anies Baswedan, Surya Tjandra, mengatakan Anies harus meyakinkan seluruh partai dalam koalisi saat ingin memilih cawapres. Anies juga telah membawa dan menawarkan nama AHY ke partai-partai koalisi. Namun salah satu pihak di koalisi disebut masih terus mengupayakan adanya opsi nama lain. Saat ditanya apakah penolakan itu datang dari Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh, Surya tak membantahnya.


"Ya, bisa ditebak ya dari siapa (penolakan AHY)," ucapnya kepada reporter detikX.


Menurut Surya, opsi yang dimiliki Anies sangat terbatas. Pada akhirnya, saat PKB bergabung, opsi cawapres bertambah. Dengan adanya PKB, koalisi disebut lebih kuat dan dapat lebih memastikan satu tiket pencalonan presiden. Namun pihaknya mengaku akan lebih senang apabila Partai Demokrat tetap bergabung dalam koalisi mengusung Anies.


Menurut Surya, memang ada desakan dari Partai Demokrat untuk segera mendeklarasikan Anies-AHY. Namun partai lain di koalisi menghendaki deklarasi ditunda karena mempertimbangkan nama lain. Di sisi lain, Surya membenarkan memang ada kontrak politik antara Anies dan Partai Demokrat. Namun kontrak politik itu sebatas kesepakatan koalisi dan memberikan kewenangan kepada Anies untuk memilih cawapres yang dinilai tepat.


"Itu rasanya dilakukan ya oleh Pak Anies dan dukungan partai politik seperti PKS dan NasDem juga jelas gitu, arahnya ke situ dan barangkali yang terbaik seperti sekarang ini tetap dengan catatan mudah-mudahan Demokrat bisa balik," ucapnya.


Direktur Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno mengatakan Partai Demokrat justru banyak merugi saat keluar dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan. Dengan menarik dukungan dari Anies, Partai Demokrat harus kembali bersusah payah mencari poros politik lain yang dirasa sesuai. 


Hal itu karena tagline semangat perubahan yang digaungkan oleh Partai Demokrat itu hanya bermuara ke Anies sebagai sosok yang sama-sama oposisi. Sementara itu, Ganjar Pranowo ataupun Prabowo Subianto adalah bagian dari pemerintahan, yang akan melanjutkan program-program rezim saat ini.


Bahkan, jikapun bergabung dengan poros Ganjar atau Prabowo, Partai Demokrat tidak akan dipandang sebagai partai yang penting dan berpengaruh di koalisi. Dukungan Partai Demokrat juga tidak terlampau signifikan karena datangnya belakangan.


"Nah, satu-satunya keuntungan adalah Demokrat segera menentukan sikap. Sehingga Demokrat ini kan tidak digantung nasib politiknya. Demokrat itu bisa berkoalisi dengan bakal calon presiden yang elektabilitasnya jauh lebih kuat ketimbang Anies," kata Adi kepada reporter detikX.


Sumber: DetikX

Penulis blog