DEMOCRAZY.ID - Kenaikan harga beras yang terjadi dalam beberapa pekan belakangan disoroti Pakar ekonomi sekaligus tokoh perubahan Indonesia Dr. Rizal Ramli.
Mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Republik Indonesia itu menyesalkan melambungnya harga beras yang tinggi saat ini.
Dalam status twittenya @RamliRizal pada Sabtu (16/9/2023), Rizal Ramli menilai Presiden Joko Widodo (Jokowi) hanya sibuk dengan pencitraan yang bertolak belakang dengan kebijakan.
Jokowi disebutkannya suka selfie dengan petani, tapi masih andalkan impor beras dari luar negeri.
Tak hanya suka impor, Jokowi pun membuat petani merana lewat kebijakan pengurangan subsidi pupuk.
Akibatnya, biaya produksi melambung tinggi, petani pun kini merugi.
"Situ doyan impor tapi pidato2 sloganistik kurangi impor sembari selfie2 dgn petani. Situ yg kurangi subsidi pupuk sehingga petani merugi klo tanam padi pakai pupuk non-subsidi.
Namun, setelah harga beras melambung tinggi, Jokowi katanya menuding mahalnya harga beras karena situasi ekonomi global.
Kenaikan beras dipicu kebijkan sejumlah negara produsen beras yang membatasi ekspor beras, termasuk ke Indonesia.
"Sekarang situ salahkan faktor int’ll penyebab harga beras naik gila2an," ungkap Rizal Ramli.
"Mikir dong, situ cuman doyan PHP dan ngeles, dasarnya situ memang tidak becus," tutupnya.
Situ doyan impor tapi pidato2 sloganistik kurangi impor sembari selfie2 dgn petani. Situ yg kurangi subsidi pupuk sehingga petani merugi klo tanam padi pakai pupuk non-subsidi. Sekarang situ salahkan faktor int’ll penyebab harga beras naik gila2an. Mikir dong, situ cuman doyan… https://t.co/ItkEXj9juK
— Dr. Rizal Ramli (@RamliRizal) September 16, 2023
Status Rizal Ramli tersebut merujuk pernyataan Jokowi sebelumnya.
Dalam acara Dies Natalis ke-60 Institut Pertanian Bogor pada Jumat (15/9/2023), Jokowi mengungkapkan ada 19 negara yang membatasi ekspor pangan, salah satunya India yang menyetop ekspor beras.
Hal itu berdampak pada kenaikan harga beras di semua negara.
Jokowi mengatakan, 19 negara tersebut membatasi ekspor demi memastikan ketersediaan pangan di negaranya masing-masing.
Situasi tersebut katanya mempersulit upaya pemerintah memperbesar cadangan strategis beras karena sulit melakukan impor.
Padahal, katanya, dahulu banyak negara yang berebut menyodorkan barangnya agar dapat diekspor ke luar negeri. [Democrazy/Tribun]