DEMOCRAZY.ID - Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman (MBS) mendapat banyak kecaman.
Pasalnya pemerintahannya mengizinkan rapper asal Australia, Iggy Azalea, manggung di negaranya.
Diketahui Iggy mendapat kecaman karena membawakan lagu yang memiliki lirik kontroversial tentang nabi dan meminta orang untuk sujud kepada dewi selama penampilannya di Arab Saudi pekan lalu.
Banyak yang mengutuk lirik tersebut sebagai penghujatan, dan mengecam standar ganda kerajaan dalam mengizinkan pertunjukan yang dikecam sebagai anti-Islam.
Liriknya dikecam secara luas karena bertentangan dengan nilai-nilai Islam, baik di dalam maupun di luar Arab Saudi.
Salah satu bait lirik "berkhotbah tentang nabi, tidak ada seorang pun yang bisa menghentikan kita, tunduk pada dewi" bahkan menimbulkan reaksi keras.
Iggy sendiri tampil sebagai bintang tamu utama dalam turnamen esports Gamers8 di kota Riyadh pada Jumat pekan lalu.
Pertunjukan tersebut terjadi ketika Arab Saudi semakin terbuka terhadap hiburan, sebagai bagian dari Visi 2030 Putra Mahkota Mohammed bin Salman, sebuah upaya untuk mendiversifikasi kerajaan tersebut dari minyak dan menyambut lebih banyak wisatawan.
Hukuman Mati Ulama
Selain soal pertunjukan Iggy, pemerintahan MBS juga mendapat kecaman terkait hukuman mati kepada ulama.
Sejauh ini, Saudi memang telah menangkap enam ulama yang dinilai mengancam kekuasaan kerajaan.
Mayoritas ulama tersebut ditangkap karena dinilai memberi khotbah yang tidak sejalan dengan aturan kerajaan. Diketahui, sebagian besar dari ulama ini memang pernah mengkritik pemerintah.
Sejauh ini sudah ada enam ulama yang ditangkap dan dihukum mati.
Pada 2019, Saudi menghukum mati tiga ulama ternama dan pada Juli 2023, Saudi memvonis hukuman mati Mohammed Al-Ghamdi, seorang pensiunan guru karena menuding korupsi dan pelanggaran HAM semasa rezim MBS.
Hal ini pun menimbulkan banyak pertanyaan, di mana penampilan kontroversial Iggy tetap didukung tetapi selama ini Saudi kerap memenjarakan orang-orang yang dianggap mempromosikan kemurtadan, ketidakpercayaan terhadap Islam, dan ateisme itu sendiri. [Democrazy/CNBC]