DEMOCRAZY.ID - Polisi membeberkan kronologi penemuan jenazah Brigadir Setyo Herlambang, pengawal pribadi Kapolda Kalimantan Utara (Kapolda Kaltara) Irjen Daniel Aditya Jaya, yang tewas tertembak senjata api.
Kabid Humas Polda Kaltara Kombes Budi Rachmad mengatakan hal itu diketahui penyidik usai melakukan gelar perkara dengan melihat dua rekaman CCTV yang dicocokkan dengan keterangan saksi dari TKP.
Dalam kasus ini, Budi mengatakan total terdapat 14 orang saksi yang telah diperiksa. Ia merincikan 13 diantaranya merupakan anggota Polri yang berada di lokasi dan satu orang lainnya merupakan pegawai harian lepas.
"Ada 14 saksi yang sudah diperiksa. Saksi yang diperiksa yakni yang berada di sekitar TKP, 13 anggota Polri dan 1 pegawai," ujarnya saat dihubungi, Selasa (26/9).
Terekam Masuk Kamar
Budi menjelaskan sebelum ditemukan tewas, Brigadir Herlambang sempat terekam CCTV yang ada di bagian depan saat sedang keluar dan masuk kamar pengawal pribadi.
Selain itu, ia menyebut korban juga terpantau masih merespons ketika didatangi saksi penjaga untuk meminjam sendal meskipun tidak keluar kamar.
"Korban terpantau di CCTV, saat keluar masuk ke kamar pengawal pribadi. Masuk dari penjagaan depan, kemudian si penjaga datang ke kamar korban meminjam sandal, direspons dan masih ada," tuturnya.
Kaca Jendela Pecah
Setelahnya, Budi mengatakan, rekaman CCTV kedua yang terletak di bagian samping merekam pecahnya kaca jendela.
Ia mengatakan pecahan kaca tersebut diduga bertepatan dengan meletusnya senjata milik Brigadir Herlambang.
"Jadi diketahui dari semburan pecahan kaca keluar bekas tembakan," jelasnya.
Berdasarkan hasil rekaman CCTV yang ada, Budi juga memastikan Brigadir Herlambang sedang seorang diri di dalam kamar pada saat kejadian tersebut.
"Tidak ada (orang lain), tidak ada lagi yang ke kamar," tuturnya.
Ditemukan Bersimbah Darah
Tak berselang lama, kata dia, rekaman CCTV yang ada di bagian depan menunjukkan saat jenazah Brigadir Setyo ditemukan oleh rekannya, saksi K.
Budi mengatakan saat itu saksi K yang sudah selesai memasak hendak mengajak korban untuk makan siang. Saksi K, kata dia, sempat memfoto hasil masakannya untuk dikirim kepada korban.
"Namun foto itu tidak jadi dikirim dan saksi datang langsung ke kamar korban untuk memanggil mengajak makan dan saksi terkejut setelah melihat korban dalam keadaan sudah bersimbah berdarah," jelasnya.
Usai mendapati korban dalam posisi telentang dan berdarah, saksi K kemudian langsung menghubungi pihak Dokkes, Spripim, hingga petugas piket.
"Biddokes telah berusaha melakukan upaya penyelamatan, dilihat dari fisik denyut jantung di tangan tidak ditemukan detak jantung, kemudian di leher, di pupil mata juga tidak ada, sehingga disimpulkan korban meninggal dunia," tuturnya.
Hasil olah TKP
Hasil olah TKP sementara diyakini korban saat itu seorang diri di dalam kamarnya.
Kabid Humas Polda Jawa Tengah Kombes Stefanus Satake mengungkapkan berdasarkan hasil autopsi, Setyo meninggal akibat pendarahan parah.
Pendarahan itu disebabkan oleh tembakan pada dada kiri yang menembus hingga jantung dan parunya.
"Sebab meninggal adalah luka tembak pada dada sisi kiri yang menembus jantung dan paru mengakibatkan pendarahan hebat," kata Stefanus saat dikonfirmasi, Minggu.
Setyo ditemukan tewas di rumah dinas Kapolda Kaltara pada Jumat (22/9) sekitar pukul 13.10 WITA. Ia diduga baru pulang salat Jumat lalu membersihkan senjata api miliknya di dalam kamar.
Saat ditemukan, jenazah Setyo bersimbah darah. Di sampingnya tergeletak senjata api jenis HS-9 dengan nomor senpi HS178837. Senjata tersebut milik Setyo yang merupakan inventaris dinas.
Sumber: CNN