'Jokowi Mundur, Negara (Dijamin) Makmur'
Oleh: Sholihin MS
Pemerhati Sosial dan Politik
Jokowi khawatir pelaksanaan Pilpres 2024 mengganggu stabilitas ekonomi ? Ini yang dulu jadi alasan Jokowi ingin menunda Pemilu atau memperpanjang masa jabatan.
Di hadapan relawan JAMAN Jokowi khawatir pelaksanaan Pilpres 2024 mengganggu stabilitas ekonomi : “Oleh sebab itu, urusan 2024 tidak usah tergesa-gesa. Ojo kesusu”
Alasan Jokowi jelas mengada-ada. Justru selama rezim Jokowi berkuasa ekonomi relatif stagnan, terutama ekonomi mikro.
Bukan soal pengaruh ekonomi global, tapi lebih karena pengelolaan ekonomi yang tidak jujur, tidak ada kepastian hukum, korupsi meraja lela sehingga tidak mendapat kepercayaan masyarakat Indonesia dan masyarakat internasional. Akibatnya para investor besar pada kabur dari Indonesia.
Selama rezim Jokowi, ada sebuah paradigma terbalik yang ingin selalu digaungkan oleh para pejabat rezim ini, khususnya dari lingkaran istana bahwa *pengelolaan negara sudah on the track tidak perlu ada perubahan dan siapa pun yang akan memimpin Indonesia ke depan harus meneruskan program-program Jokowi*.
Sebenarnya statemen itu sangat kontradiktif dengan yang terjadi di lapangan. Semua capaian yang dibanggakan Jokowi dan Luhut selalu berbanding terbalik dengan fakta dan realita.
Sebagai pejabat yang sedang berkuasa tentu wajar jika terus menerus memuji diri sendiri karena jika mereka harus bicara objektif, maka mampuslah mereka.
Kasus pemutarbalikkan fakta dan realita telah menjadi karakter rezim Jokowi. Sebagai contoh semua lembaga survey “pelacur” yang disewa rezim tidak pernah jujur dan selalu memutarbalikkan fakta dan realita.
Ada dugaan mengapa istana selalu memandang baik dan berhasil sesuatu yang buruk dam gagal ? Ini analisanya :
Pertama, Sebenarnya para pejabat rezim Jokowi hanya cuma jongos-jongos oligarki taipan yang diperintah untuk terus memuji-muji rezim ini
Jika mereka harus berbicara objektif dan apa adanya, bukan saja para pejabat rezim ini yang akan mampus, yang akan bermasalah secara hukum, tetapi juga para oligarki taipan akan “dihajar” rakyat dan hukum yang adil.
Kedua, Untuk menutupi kebobrokan rezim, semua pejabat harus bicara sesuai arahan istana. Jika ada yang melanggar akan “dikejar”
Semua pejabat rezim bahasanya sama : memuji-muji keberhasilan (baca: kegagalan) pemerintah. Orang-orang yang ketika di luar pemerintahan sangat kritis, begitu masuk pemerintahan Jokowi langsung berubah jadi dungu, pembohong, penjilat, dan ucapannya seragam. Mungkinkah mereka terkena “sihir/guna-guna” dukun istana ?
Ketiga, Untuk melindungi para pejabat koruptor
Adalah Arteria Dahlan dari PDIP yang blak-blakan ketika RDP dengan Mahfud MD kalau mereka tidak mungkin membuka rahasia aib sejawatnya. Jadi di rezim Jokowi para koruptor saling tutup menutupi agar semuanya selamat, kecuali ada pejabat yang coba “mbalelo” kepada Jokowi, langsung berurusan dengan aparat hukum.
Keempat, Dengan sikap rezim yang terlalu abai terhadap penderitaan masyarakat, adakah mereka terjangkit penyakit psikopat?
Saking parahnya sikap abai mereka dalam menyikapi keadaan di masyarakat : tidak peduli kesengsaraan rakyat, tidak punya rasa empati, super tega, kadang sangat sadis dan kejam, sangat tidak seimbang dengan apa yang dibangga-banggakan para pejabat negara, bahkan ada yang menyebut mereka terjangkit penyakit _psikopat_ Benarkah?
Secara ilimiah Psikopat (psycho) adalah istilah untuk orang yang mengalami psikopati. Ini merupakan gangguan mental yang ditandai dengan kurangnya empati dan perilaku yang buruk.
Gangguan ini mengakibatkan perilaku antisosial pada pengidapnya. Mereka juga cenderung melanggar aturan dan melakukan tindak kriminal, termasuk kekerasan.
Dalam “Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5)”, psikopati adalah bagian dari gangguan kepribadian antisosial atau antisocial personality disorders (ASPD).
Psikopat sering kali memiliki pendidikan atau pekerjaan yang stabil. Mereka pun dapat dengan mudah membangu hubungan dengan orang lain dalam jangka panjang.
Meski demikian, seseorang psycho sebenarnya tidak terlalu peduli dengan perasaan orang lain.
Karena itulah, banyak di antara mereka yang melakukan hal tidak bermoral, sering berbohong, bahkan berlaku kriminal, tanpa penyesalan dan rasa bersalah.
Kelima, Atau mungkin mereka sudah kerasukan iblis?
Ungkapan Prof. Mahfud MD : “siapa pun yang masuk sistem pemerintahan (Jokowi) akan jadi iblis” sepertinya benar adanya.
Yang namanya iblis ya kejahatan apa pun akan dilakukan tanpa ada rasa penyesalan, bahkan hobinya menyesatkan orang lain
Adakah dari kelima indikator ini, memang terjadi di rezim Jokowi ini?
Jika jawabannya ; “Ya” maka seyogyanya Jokowi tahu diri dan segera mundur biar negara segera segera bangkit menjadi negara yang maju adil, makmur dan sejahtera
Wallahu a’lam
Bandung, 17 Shafar 1445