CERITA DI BALIK DUET ANIES-MUHAIMIN
Surya Paloh tiba-tiba berpamitan kepada para kadernya yang tengah menggelar rapat pemenangan pemilu di kantor DPP Partai NasDem, kawasan Gondangdia, Jakarta Pusat, Kamis sore kemarin. Ketua Umum NasDem itu mengatakan akan menemui Presiden Joko Widodo di Istana Negara.
“Saya pamit karena diundang Presiden ke Istana,” kata seorang politikus Partai NasDem mengutip pernyataan Paloh, Kamis kemarin.
Paloh, kata dia, ke Istana untuk menyampaikan sikap terbaru Partai NasDem dalam pemilihan presiden 2024 kepada Presiden Joko Widodo, yaitu mengusung Anies Rasyid Baswedan dan Muhaimin Iskandar sebagai bakal pasangan calon presiden dan calon wakil presiden. Di Istana, Paloh hanya bertemu dengan Jokowi selama 15 menit.
Paloh membenarkan pertemuannya dengan Jokowi tersebut. Ia berdalih dirinya hanya mengobrol dengan Jokowi sebagai teman yang sudah lama tak bertemu. Meski begitu, ia mengakui juga membicarakan urusan perkembangan politik belakangan ini.
“Ada (obrolan politik), tentang bagaimana suasana keadaan politik. Bilang kami bersyukur, suasana tenang,” kata Paloh di NasDem Tower, kemarin malam.
Namun pemimpin Media Group ini tak menjawab saat dimintai konfirmasi mengenai kedatangannya ke Istana untuk menginformasikan sikap NasDem yang memilih Muhaimin Iskandar, Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa, sebagai calon wakil presiden. Paloh hanya mengiyakannya.
Seorang politikus NasDem mengatakan kedatangan Paloh ke Istana itu sekaligus menindaklanjuti pertemuan dirinya dan Jokowi pada 17 Juli lalu. Saat itu Paloh menyampaikan sikap NasDem yang tak mungkin mencabut dukungan kepada Anies Baswedan sebagai calon presiden.
Ia juga meyakinkan Jokowi bahwa Anies akan melanjutkan program Jokowi yang baik ketika Anies terpilih sebagai presiden.
“Pak Jokowi memahaminya,” kata politikus NasDem ini. Saat itu, kata dia, Jokowi juga berpesan ke Paloh agar memilih calon wakil presiden dari koalisi pemerintah. Tapi Jokowi tak menyebutkan nama.
Satu hari setelah pertemuan itu, Paloh menjelaskannya ke awak media. Ia mengatakan dirinya hanya membicarakan hal-hal ringan dengan Jokowi. “Tidak ada hal-hal terlalu formal yang kami bicarakan. Mungkin lebih banyak kami bertukar informasi,” katanya.
Di lingkup internal NasDem, pesan Jokowi tersebut direspons positif. Mereka lantas mencari figur calon wakil presiden yang sesuai dengan kriteria Koalisi Perubahan—gabungan Partai NasDem, Partai Demokrat, dan Partai Keadilan Sejahtera—yaitu figur cawapres yang mampu mendongkrak elektabilitas Anies.
Di samping itu, kata politikus NasDem ini, sejak awal partainya sudah merumuskan kriteria kandidat cawapres yang tepat untuk menutupi kekurangan Anies. Kriteria itu, antara lain, adalah figur yang berasal dari Jawa Timur dan kalangan Nahdlatul Ulama serta mampu mendulang suara di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Syarat-syarat ini lantas diformulasi dengan pesan Jokowi. Dari situ menguat nama Muhaimin.
Menurut dia, NasDem mengkomunikasikan nama Muhaimin kepada Anies. Ternyata Anies juga sejalan dengan kesimpulan NasDem tersebut. Tapi, sebelum memutuskan untuk memilih Muhaimin, pengurus NasDem maupun tim Anies beberapa kali menggelar simulasi dan menghitung elektabilitas jika Anies berpasangan dengan Muhaimin ataupun dengan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono.
Selain itu, mereka gencar melobi Muhaimin ataupun pengurus PKB. Awalnya, lobi itu tidak berjalan mulus karena PKB masih bergabung dengan Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR)—gabungan PKB dan Partai Gerindra. Koalisi ini mengusung Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto sebagai calon presiden.
Situasi internal KKIR yang justru mendorong PKB semakin intens berkomunikasi dengan Anies dan NasDem selama dua pekan terakhir. Apalagi sejak Partai Golkar dan PAN bergabung dengan koalisi tersebut, lalu Prabowo mengubah nama koalisinya menjadi Koalisi Indonesia Maju. Prabowo mengumumkan nama baru koalisi tersebut pada Senin lalu.
“Setelah Prabowo mengumumkan Koalisi Indonesia Maju, kami langsung bergerak cepat,” kata seorang politikus PKB, kemarin.
Elite PKB dan NasDem serta tim Anies berkali-kali berdiskusi untuk mematangkan koalisi dalam beberapa hari terakhir. Puncak dari pertemuan itu adalah saat Anies bertemu dengan Muhaimin, kemarin. Mereka akhirnya bersepakat untuk berpasangan.
Setelah itu, kata seorang politikus NasDem, Anies dan istri, Fery Farhati, menemui ibu Muhaimin, Muhassonah Hasbullah, di Jombang, Jawa Timur, pada Kamis kemarin. Dalam pertemuan ini, Anies menyampaikan tujuannya bersilaturahmi sekaligus meminta doa dan restu dari Muhassonah untuk maju sebagai calon presiden dalam Pemilu 2024.
Muhassonah pun menyanggupi permintaan itu sembari melantunkan doa yang cukup panjang. Anies dan Fery Farhati mengamini doa-doa yang diucapkan putri tokoh Nahdlatul Ulama, Bisri Syansuri, tersebut.
“Alhamdulillah, kami bersyukur sekali bisa berkomunikasi dengan semua di sini, di Jombang ini,” kata Anies setelah menemui Muhassonah, kemarin.
*Foto: Bakal calon presiden dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP), Anies Baswedan (kanan), mengunjungi kediaman Nyai Hj Muhassonah Hasbullah, ibu dari Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa Muhaimin Iskandar alias Cak Imin, dan Fery Farhati di Jombang, Jawa Timur, 31 Agustus 2023. Dok. Tim Anies Baswedan
Di Jombang, Anies juga berziarah ke makam ayah Muhaimin, Muhammad Iskandar. Ia pun berziarah ke makam tokoh dan pendiri Nahdlatul Ulama, antara lain Hasyim Asyari, Wahid Hasyim, Abdurrahman Wahid, Salahuddin Wahid, dan Bisri Syansuri. “Kami datang berziarah, berharap bisa meneruskan apa yang pernah menjadi jasa-jasa dalam perjuangan,” ujar Anies.
Atas Usul Ulama
Anies Baswedan gencar sowan ke berbagai pondok pesantren di DI Yogyakarta, Jawa Tengah, hingga Jawa Timur dalam tiga bulan terakhir. Dalam setiap kunjungan tersebut, Anies kerap meminta restu dan dukungan sebagai calon presiden.
“Para kiai lantas menitip pesan agar berpasangan dengan tokoh dari kalangan NU. Mereka menyebut nama Muhaimin,” kata seorang politikus NasDem.
Ia mengatakan kunjungan ke berbagai pesantren tersebut mengubah paradigma di lingkup internal tim Anies tentang figur calon wakil presiden yang layak mendampingi mantan Menteri Pendidikan tersebut. Sebelum kunjungan itu, mengemuka tiga nama cawapres di lingkup internal Koalisi Perubahan.
Ketiganya adalah Agus Yudhoyono; mantan Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan; dan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa. Di tengah jalan, sempat muncul nama Zannuba Ariffah Chafso alias Yenny Wahid, putri presiden ke-4 Abdurrahman Wahid.
Tapi keempat nama itu meredup setelah Muhaimin memberikan sinyal hengkang dari KKIR. “Puncaknya saat Pak Anies bertemu dengan Muhaimin,” ujar politikus NasDem ini.
Demokrat Bereaksi
Keputusan Anies memilih Muhaimin sebagai calon wakil presiden sampai ke Partai Demokrat, dua hari lalu. Lewat keterangan tertulis, Sekretaris Jenderal Partai Demokrat, Teuku Riefky Harsya, mengatakan pihaknya mendapat informasi dari Sudirman Said, Ketua Tim Pemenangan Anies, bahwa Anies menyetujui kerja sama politik antara NasDem dan PKB. Koalisi ini juga mengusung pasangan Anies-Muhaimin.
“Kami melakukan konfirmasi berita tersebut kepada Anies Baswedan. Ia mengkonfirmasi bahwa berita tersebut benar,” kata Riefky.
Menurut dia, keputusan untuk memilih Muhaimin sebagai calon wakil presiden itu diambil pada Selasa lalu. Saat itu Paloh memanggil Anies ke kantor DPP NasDem. Satu hari setelahnya, Anies mengutus Sudirman Said untuk menyampaikan keputusan memilih Muhaimin sebagai cawapres kepada Demokrat dan PKS. “Demokrat ‘dipaksa’ menerima keputusan itu,” katanya.
Akrobat politik NasDem itu sudah terasa di lingkup internal Demokrat sejak dua pekan lalu. Awal mulanya saat Koalisi Perubahan menjadwalkan deklarasi calon presiden-wakil presiden pada 18 Agustus lalu. Tapi rencana ini batal karena Surya Paloh meminta waktu untuk mengambil keputusan. Sepekan berikutnya, Anies dan Tim 8 Koalisi Perubahan bertemu dengan Surya Paloh.
“Pada Senin, kami menunggu rapat persiapan deklarasi pengumuman Anies-AHY,” kata juru bicara Partai Demokrat, Herzaky Mahendra Putra.
Ia mengatakan semestinya Koalisi Perubahan memutuskan jadwal deklarasi, tapi selalu batal karena NasDem belum siap. Herzaky juga mengatakan sejak awal Anies sudah mengajak Agus Yudhoyono sebagai cawapres. Lalu Koalisi Perubahan menyepakatinya pada 14 Juni lalu.
Hingga kini, Sudirman Said belum menjawab permintaan konfirmasi Tempo soal ini. Tempo juga memintai konfirmasi kepada Wakil Ketua Umum NasDem, Ahmad Ali, dan Ketua DPP NasDem, Willy Aditya. Keduanya juga belum merespons pertanyaan Tempo.
Ketua Bidang Olahraga, Kesenian, dan Milenial DPP PKB, Faisol Riza, hanya terkekeh ketika dimintai konfirmasi. Pengurus PKB lainnya, Marwan Dasopang, hanya membaca pertanyaan Tempo lewat WhatsApp.
Adapun Surya Paloh memberikan sinyal bahwa NasDem akan mengusung Anies dan Muhaimin sebagai pasangan calon presiden-wakil presiden. "Kemungkinan ke arah itu bisa terjadi, tapi saya pikir belum diformalkan sedemikian rupa sampai menit ini," kata Surya Paloh saat ditemui di NasDem Tower, kemarin malam. Ia meminta masyarakat menunggu perkembangannya.
Surya Paloh juga sempat menjawab ihwal tuduhan Demokrat bahwa NasDem telah mengkhianati kesepakatan dalam piagam Koalisi Perubahan. Ia mengatakan pihaknya sangat menghormati sikap Demokrat bila nanti hengkang dari Koalisi Perubahan. “Apalagi yang harus saya katakan? Kalian lihat, kira-kira model saya ini ada bakat sebagai pengkhianat atau tidak? Itu saja. Tapi saya hormati (Demokrat),” ujarnya.
[Sumber: Koran TEMPO, Jumat, 1 September 2023]