DEMOCRAZY.ID - Wacana menduetkan bakal calon presiden Koalisi Indonesia Maju (KIM), Prabowo Subianto, dengan bakal calon presiden koalisi PDIP, Ganjar Pranowo, setidaknya menyiratkan 3 tafsir.
Pertama, ada upaya untuk memecahkan koalisi partai politik pendukung Prabowo. Padahal, kepergian Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dari KIM dan bergabungnya Partai Demokrat justru memperkuat koalisi Prabowo.
“Operasi opini tersebut mungkin saja, maaf jika berprasangka buruk, dimaksudkan untuk menciptakan keragu-raguan untuk tujuan memecah-belah komitmen dari koalisi parpol yang mendukung Pak Prabowo sebagai calon presiden,” kata Wakil Koordinator Rumah Besar Relawan Prabowo 08, Haris Rusly Moti, dalam keterangannya di Jakarta, Senin (25/9).
Dari opini yang berkembang, lanjut Haris, Prabowo seakan ditempatkan menjadi bacawapres Ganjar.
Padahal, dia menegaskan, seluruh partai politik yang tergabung di dalam KIM berkomitmen untuk mengusung Prabowo sebagai capres.
“Jika benar ada niat buruk seperti itu, dipastikan tidak akan terwujud. Karena saat ini partai politik yang tergabung di dalam KIM justru makin solid dan kuat mengusung dan insyaAllah memenangkan Pak Prabowo sebagai Presiden ke-8 RI pada Pilpres 2024 dalam satu putaran,” ujar Haris.
Selain itu, Haris juga mengklaim relawan Prabowo kian solid. Di mana ada ratusan komunitas relawan yang telah mendaftar dan mendeklarasikan mendukung Prabowo.
Kedua, Haris menilai adanya kepanikan di kubu pendukung capres tertentu atas makin kuat dan solidnya KIM. Apalagi, elektabilitas Prabowo mengalami peningkatan.
“Tampaknya ada kepanikan dari pihak pendukung capres tertentu sehingga muncul reaksi dengan operasi opini untuk men-downgrade sosok Pak Prabowo bukan sebagai capres, tapi sebagai cawapres,” imbuh Haris.
Ketiga, lanjut Haris, mungkin saja ada niat baik untuk memperkuat dan mempersatukan elemen dan komponen yang mempunyai kesamaan visi kebangsaan antara Ganjar sebagai cawapres untuk Prabowo.
“Yaitu dengan mempersatukan sosok senior sarat pengalaman, seperti Pak Prabowo sebagai capres dengan sosok junior seperti Mas Ganjar sebagai cawapres. Tentu patut diapresiasi jika benar ada niat baik dan mulia seperti itu,” tutupnya.
Berdasarkan jadwal yang telah ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI, pendaftaran bakal calon presiden dan wakil presiden dijadwalkan dimulai pada 19 Oktober sampai dengan 25 November 2023.
Pengamat: Duet Prabowo-Ganjar Tergantung Elektabilitas Anies-Muhaimin
Pakar politik dari Universitas Andalas, Aidinil Zetra, mengatakan peluang terwujudnya pasangan capres dan cawapres, Prabowo Subianto dengan Ganjar Pranowo tergantung kepada tingkat elektabilitas pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar.
Aidinil menyebut, bila elektabilitas Anies-Muhaimin tiba-tiba meningkat secara drastis, peluang duet Prabowo-Ganjar akan semakin besar.
Sebaliknya bila elektabilitas Anies-Muhaimin tidak mengalami peningkatan, baik Prabowo maupun Ganjar dinilai akan tetap sama-sama maju menjadi capres.
"Ini sangat bergantung kepada kekuatan Anies dan Muhaimin. Tapi fakta-fakta yang sekarang terlihat, belum menunjukkan hal itu. Belum terjadi penguatan signifikan elektabilitas Anies-Muhaimin," kata Aidinil, Sabtu (23/9/2023).
Aidinil menambahkan, elektabilitas Anies dan Muhaimin bisa saja meningkat signifikan bila mereka bersama partai-partai Koalisi Perubahan yakni Nasdem, PKS dan PKB mampu memainkan isu untuk menggaet dukungan lebih besar. Misalnya maksimal dalam menggaet pilihan nahdliyin.
Diketahui tujuan Anies bersama Nasdem menetapkan Muhaimin sebagai capres adalah untuk meningkatkan perolehan suara di Jawa Timur dan kaum nahdliyin. Bila itu berhasil, Aidinil meyakini duet Prabowo dan Ganjar akan terwujud.
"Kalau kalkulasi politik yang dibangun mengharuskan mereka berpasangan, bagaimana tidak. Asalkan salah satu dari mereka harus legowo mundur dari capres menjadi cawapres," ujar Aidinil.
Aidnil menambahkan, politik merupakan suatu tindakan mendapatkan kekuasaan, mempertahankan kekuasaan dan menjalankan kekuasaan.
Diketahui PDIP adalah partai penguasa 10 tahun terakhir bersama pemerintahan Joko Widodo. Sedangkan Prabowo dan Partai Gerindra pasca 2019 sudah tergabung ke dalam koalisi pendukung pemerintahan Jokowi.
Artinya, kata Aidinil, baik Ganjar maupun Prabowo sama-sama punya keinginan besar untuk mempertahankan dan meneruskan kekuasaan dari era Jokowi.
"Kalau berhadapan bertiga antara Anies, Prabowo dan Ganjar. Mereka (Ganjar dan Prabowo) bisa tersingkir. Dari pada tersingkir lebih baik membangun kekuatan baru untuk melawan Anies," kata Aidnil menambahkan.
Usulan duet Prabowo-Ganjar kembali mencuat setelah adanya usulan dari kelompok relawan Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Projo Nali.
Projo Bali menyatakan dukungannya ke Prabowo untuk Pilpres 2024. Tapi mereka merasa masih punya hubungan dekat dengan Ganjar.
"DPD Projo Bali mengusulkan Bapak Prabowo sebagai calon presiden dan Bapak Ganjar Pranowo sebagai calon wakil presiden di Pemilu 2024," kata Ketua DPD Projo Bali, I Gusti Agung Ronny Indra Wijaya akhir pekan lalu.
Ganjar pun pada suatu kesempatan tak menutup peluang berduet dengan Prabowo. [Democrazy/RMOL]