DEMOCRAZY.ID - Pemilihan umum presiden (Pilpres) di Indonesia terus menjadi sorotan dunia. Kali ini, pengusaha, analis internasional bahkan media asing menyoroti ajang pilpres yang akan diselenggarakan 2024 mendatang.
Fokus pun bahkan terus dilontakan kepada masing-masing calon presiden (capres). Berikut fakta-faktanya seperti dirangkum CNBC Indonesia sepekan lalu, Senin (11/9/2023):
1. Prabowo Disorot AS
Prabowo Subianto, misalnya, masuk dalam pantauan pengusaha Amerika Serikat (AS). Setidaknya ini terlihat dalam laman US Chamber of Commerce (Kadin AS), 5 September lalu.
Direktur Asia Tenggara badan itu, Shannon Hayden, menulis "Akankah pemilu di Indonesia mendekatkan hubungan dengan AS?".
Diawal tulisannya ia mengingatkan bahwa rakyat RI akan menghadapi pilpres 14 Februari dan ini, tak hanya berimplikasi ke Indonesia, tapi juga AS.
"Bagaimanapun, Indonesia adalah pemain utama di kawasan penting Indo-Pasifik," katanya dilihat CNBC Indonesia.
"Ini adalah negara dengan populasi terbesar keempat di dunia, negara demokrasi terbesar ketiga, ekonomi terbesar keenam belas, dan negara mayoritas Muslim terbesar," tambahnya.
Menurutnya sejauh ini, Menteri Pertahanan (Menhan) itu tampaknya memimpin dalam survei, yang memuatnya percaya diri dan maju ke laga pilpres lagi. Ia juga sepertinya mendapat dukungan Jokowi.
"Prabowo gagal melawan Jokowi pada tahun 2014 dan 2019, dan jajak pendapat terbaru serta dinamika partai membuat dia berpikir bahwa pemilu ketiga mungkin merupakan pilihan," muatnya.
"... Prabowo memimpin koalisi yang luas dan Jokowi (yang belum memberikan dukungan resmi, namun popularitasnya mencapai 79%) telah mengisyaratkan bahwa Prabowo adalah pilihan terbaiknya untuk melanjutkan kebijakannya," tambahnya.
Sebenarnya, masa lalu Prabowo juga diungkit. Bagaimana Prabowo pernah menjadi menantu Presiden Soeharto yang memimpin Indonesia selama 32 tahun.
"Prabowo sendiri bertugas di militer, naik pangkat menjadi letnan jenderal angkatan darat dan memimpin pasukan khusus Indonesia," jelasnya soal masa lalu itu.
"Tuduhan pelanggaran hak asasi manusia dalam peran ini menghalangi dia masuk ke AS selama bertahun-tahun, sebuah larangan yang telah dicabut dalam kapasitasnya saat ini sebagai menteri pertahanan," katanya menambahkan kondisi saat ini.
2. Anies Disorot Australia
Selain Prabowo, Anies juga menjadi sorotan dunia. Dalam blog khusus The University of Melbourne "Indonesia at Melbourne", dimuat tulisan soal mantan Gubernur DKI Jakarta itu.
Artikel ditulis Helen Pausacker. Ia merupakan Wakil Direktur CILIS dan Editor Eksekutif untuk Australian Journal of Asian Law.
Dikatakannya sebenarnya jajak pendapat menunjukan Anies tidak mungkin maju ke putaran kedua sebagai calon presiden. Tapi, kata dia, Anies tampaknya bertekad untuk tetap maju dengan dukungan dari partai koalisinya.
"Lantas, siapakah Anies, dan mengapa ia begitu bertekad untuk tetap bertahan?," tambahnya.
Ia kemudian menguliti profil Anies. Mulai dari kapan ia lahir, hingga mapannya keluarga mantan rektor itu.
"Kakek Anies, Abdurrahman Baswedan, adalah seorang jurnalis dan menteri kabinet selama Revolusi Indonesia. Kedua orang tuanya adalah akademisi, di mana ayahnya, Rasyid Baswedan, adalah mantan rektor Universitas Islam Indonesia di Yogyakarta.,Istri Anies, Fery Farhati Ganis, adalah seorang pendidik anak usia dini," tulisnya.
"Anies bersekolah di sekolah dasar dan menengah negeri tetapi juga menghabiskan satu tahun sebagai siswa pertukaran AFS di Milwaukee, Wisconsin," tambahnya
"Berbeda dengan Ganjar atau Jokowi (Presiden Joko Widodo), Anies berasal dari keluarga yang mapan di masyarakat, seperti halnya Prabowo," jelasnya.
3. Ganjar Curi Perhatian Media Singapura
Channel News Asia (CNA) juga memberitakan Ganjar Pranowo, Senin lalu. Media itu mengatakan Ganjar yang akan menyelesaikan tugasnya sebagai Gubernur Jawa Tengah (Jateng) pada esok hari itu masih memiliki pandangan yang beragam dari berbagai analis.
"Tidak mudah menilai kinerja seorang kepala daerah," kata Wawan Mas'udi, dosen sosial dan politik yang tinggal di Yogyakarta, kepada media itu.
"Gubernur itu jabatan istimewa karena harus berada di tengah. Dia perlu menjembatani tuntutan dan kebutuhan pemerintah pusat dan bupati dan wali kota," imbuhnya.
Analis mengakui bahwa Ganjar tampaknya memiliki gaya komunikasi yang terbuka dan mudah didekati oleh masyarakat.
Namun, mereka menyimpulkan bahwa hal tersebut mungkin tidak cukup untuk memimpin negara berpenduduk 270 juta jiwa.
Mengutip analis Universitas Diponegoro, Nur Hidayat Sardini, media itu menyebut Ganjar belum memiliki terobosan besar dalam memimpin Jateng.
"Belum ada terobosan berarti. Ia belum memiliki prestasi...selain kehadirannya di media sosial yang semua orang tahu," tambahnya.
Wilayah Jawa Tengah bagian Utara, yang mengalami penurunan permukaan tanah dan sering dilanda banjir, juga masih sering tergenang air.
Pemerintahan Ganjar telah mencoba mengatasi masalah ini dengan membangun tanggul, namun sejauh ini belum memperbaiki situasi.
"Tanggul tidak berpengaruh. Di daerah saya misalnya Pekalongan kurang berhasil," imbuh Sardini lagi.
"Ada banyak industri yang menyebabkan penurunan permukaan tanah, dan perubahan iklim juga berperan, namun masyarakat harus bisa mengurangi dampaknya," tegasnya menyebut sejumlah pekerjaan rumah Ganjar. [Democrazy/CNBC]