DEMOCRAZY.ID - Ketua Umum DPP Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPSI) Moh Jumhur Hidayat menilai tenaga kerja Indonesia sangat hebat dan tidak kalah dengan tenaga kerja asing (TKA), khususnya TKA China.
Pernyataan ini disampaikan Jumhur merespons bakal calon presiden (capres) PDIP Ganjar Pranowo yang meragukan orang Indonesia bisa menggantikan pekerjaan TKA China.
Eks Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan (BNP2) TKI itu lantas mempertanyakan apakah TKA China masih diperlukan untuk mengerjakan tugas di tanah air.
"Tenaga kerja atau orang Indonesia lebih pintar dari China, mereka hebat. Apa TKA China masih diperlukan kalau Indonesia hebat?" ujar Jumhur, Selasa (19/9).
Jumhur bercerita pernah mengirim 60 ribu tenaga kerja Indonesia ke Korea dengan gaji minimum 23 juta per bulan saat masih menjadi bawahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
"Mereka bekerja di industri dan perusahaan top. Apa skill worker kita kurang? Enggak. Kita juga pernah kirim ke Jepang. Loh ini cuma narik kabel masa Indonesia enggak bisa?" tuturnya.
Ia mengatakan Indonesia dan China memiliki kerja sama khusus dalam paket kerja investasi. Menurutnya, hal itu sangat menguntungkan China.
"Dalam paket kerja sama khusus Indonesia China itu terjadi secara paket investasi. Uang, barang, tenaga kerja, dan pembelinya dari China. Jadi seluruh paket dikunci dalam kerja sama itu," kata dia.
Ia justru mempertanyakan apakah Ganjar mengerti soal kerja sama investasi Indonesia China tersebut. Ia mengaku sedih jika seorang bakal calon presiden tak mengerti persoalan itu.
"Ganjar ngerti ini atau tidak? Saya sedih mendengar pernyataan seperti itu kalau dia tidak mengerti. Akan tetapi, kalau dia mengerti dan diam, berarti dia menyembunyikan soal ini dan nakal," ucapnya.
"Memang kita itu master and slave, jadi tuan dan budak. Kita didikte dalam paket itu dan tidak bisa mengusir TKA China jika tak melakukan negosiasi ulang," imbuhnya.
Di sisi lain Ketua Umum Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia (KASBI) Sunarno tak menolak adanya TKA China lantaran TKI banyak di luar negeri.
Namun, dia menilai Ganjar harus mempelajari aturan-aturan ketenagakerjaan secara lebih mendalam agar dapat memahami substansi masalah secara fundamental soal tenaga kerja.
"Saat ini banyak perusahaan investasi China industri pertambangan dan ekstraktif yang pakai TKA secara berlebihan. Bahkan memicu bentrokan dengan pekerja lokal," ujar Sunarno.
Menurutnya, Ganjar seharusnya mencarikan solusi secara komprehensif, bukan sekedar pencitraan belaka.
Sebagai bentuk komitmen, ia meminta Ganjar mendorong dalam pencabutan Omnibus Law.
"Segera cabut Omnibus Law Cipta Kerja Undang-undang No.6/2023 dan PP 34/2021 sebagai sumber permasalahan yang berdampak luas bagi masyarakat kecil," kata dia.
Di sisi lain Presiden Partai Buruh Said Iqbal tidak setuju jika TKA China bekerja di Indonesia, khususnya pekerja kasar.
Menurutnya, banyak sumber daya manusia dari tanah air yang bisa mengerjakan pekerjaan kasar.
"Buruh kasar TKA China merebut lapangan pekerjaan buruh Indonesia. Padahal, buruh Indonesia bisa mengerjakan pekerjaan itu, bahkan skill orang Indonesia lebih baik dengan gaji yang dibayar lebih murah dari pada TKA China," ujar Said Iqbal.
Menurutnya, buruh Indonesia lebih baik dalam berbagai hal, seperti pekerjaan las, tukang bangunan, operator mesin pabrik, buruh pertambangan, operator kereta cepat, maintenance mesin produksi, dan lain-lain.
Oleh sebab itu, Said berharap pekerja kasar TKA China dikembalikan ke negara asalnya sesuai pernyataan Ganjar karena buruh di Indonesia sudah bisa menggantikan tugas-tugas itu.
"Semua itu bisa dikerjakan buruh lokal, tidak perlu buruh kasar TKA China. Jadi, kurang tepat jika dibilang orang Indonesia tidak atau belum siap menggantikan. Mereka bisa dan siap," tuturnya.
Bakal calon presiden PDIP Ganjar Pranowo mengatakan siap memulangkan para tenaga kerja asing (TKA) asal China jika sumber daya manusia di dalam negeri sudah memadai.
Hal itu Ganjar sampaikan dalam kuliah kebangsaan di Fakultas Ilmu Sosial Politik Universitas Indonesia (FISIP UI) bertajuk 'Hendak Ke Mana Indonesia Kita?'.
Meski demikian, dia tak menyebut detail pekerjaan pegawai China yang ia sebut sebagai skill worker atau pekerja kasar alias buruh.
"Jangan ada yang teriak-teriak ya, itu banyak pegawai China, diusir pak. Ya sudah kita usir besok pagi, tapi kamu bisa gantikan enggak?" ujar Ganjar, Senin (18/9).
Belajar dari pengalaman selama memimpin Jawa Tengah, Ganjar mengaku tak ingin bertele-tele membicarakan masalah tersebut jika tak ada orang yang bisa menggantikan tenaga asing.
"Kalau saya bicara blak-blakan. Enggak ada kita bicara 'oh iya ya nanti kita bicarakan', kesuwen (kelamaan). Itu namanya ora (tidak) sat set," katanya. [Democrazy/CNN]