DEMOCRAZY.ID - Calon presiden Anies Baswedan meluruskan salam merdeka yang dicontohkan oleh Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno, saat menjadi Inspektur Upacara pada HUT Kemerdekaan Republik Indonesia ke-78, Kamis (17/8/23) di Waduk Lebak Bulus, Jakarta Selatan.
Anies menyampaikan bahwa salam merdeka Bung Karno disampaikan dengan mengangkat tangan terbuka, bukan mengepal. Filosofi tangan terbuka adalah bermakna kehangatan.
Tetapi, Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto membantah narasi Anies dengan mengatakan bahwa salam merdeka Bung Karno dipekikkan dengan tangan mengepal, karena ada semangat Pancasila di balik kepalan lima jari yang diangkat ke udara.
Penyataan Hasto mendapat sorotan dari netizen. Banyak netizen yang menyampaikan bahwa Anies lebih paham ajaran Bung Karno dibanding Hasto yang adalah Sekjen PDIP.
Mengenai salam merdeka Bung Karno ini, Cindy Adam, penulis “Buku Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia” mengatakan bahwa Bung Karno pernah mengatakan pada dirinya sebagai berikut:
“Jadi, aku menetapkan supaya setiap warga negara republik memberi salam kepada orang lain dengan mengangkat tangan membuka lebar kelima jarinya sebagai pencerminan lima dasar negara dan meneriakkan Merdeka.”
Berdasarkan hal ini, kita menjadi tahu siapa yang lebih mengerti ajaran Bung Karno.
Menanggapi hal tersebut, Rocky Gerung dalam diskusi di kanal You Tube Rocky Gerung Official edisi Jumat (28/8/23) mengatakan, “Itu pentingnya Hasto itu nggak usah komentari banyak hal. Dia mending fokus aja urusan organisasi. Kan ada bagian-bagian di PDIP yang paham tentang ajaran Bung Karno yang belajar, sampai ada yang menjadi kutu buku Bung Karno, seperti Ahmad Basarah atau Prananda.
Kalau Hasto kan sekadar Sekjen yang sebetulnya ngurusin administrasi partai. Kesibukan Hasto itu menyebabkan dia kurang belajar tentang Soekarnoisme. Jadi, kalau dibandingkan dengan Anies, pasti Anies lebih paham karena Anies pasti riset dalam upaya untuk menyerap seluruh pikiran Bung Karno.”
Menurut Rocky, orang yang sebetulnya mengerti Soekarno pasti orang di luar PDIP. Karena mereka riset.
Tentu Bung Karno adalah semangat buat PDIP, tetapi pengetahuan-pengetahuan tentang apa itu sosialisme Bung Karno, apa pandangan Bung Karno tentang Islam, itu menjadi riset di bidang akademis Sedangkan Hasto kekurangan tentang itu.
Walaupun Hasto menjadi doktor, tapi pengetahuannya tentang Soekarnoisme kecil sekali, karena Hasto lebih lebih suka melakukan atau membahas hal-hal yang sekedar bersifat material.
“Jadi, kita bisa lihat sebetulnya bahwa di kalangan PDIP terjadi dualisme. Apakah pikiran Soekarnoisme itu mau dijadikan dasar untuk perjuangan politik atau Soekarnoisme sekadar jadi slogan. Bagi Hasto, Sukarnoisme justru hanya jadi slogan, Anies justru yang mengerti ide dasar pikiran-pikiran sosialistis Bung Karno,” ungkap Rocky.
Mestinya, semangat ajaran Bung Karno jangan hanya dipersempit menjadi persoalan PDIP, karena bagaimanapun juga Bung Karno tokoh besar bangsa ini. Soekarno adalah Bapak Proklamator bersama Bung Hatta.
Tetapi, kalau PDIP mau mengklaim itu sebagai kapitalisasi untuk kepentingan politik juga tidak ada salahnya karena Megawati secara biologis juga ideologisnya Bung Karno. Tetapi, kalau membuat klaim jangan salah narasinya, karena dampaknya sangat serius.
“Ya, salam itu hal yang sangat mendasar, salam yang diajarkan oleh Bung Karno. Artinya, Hasto tidak membaca buku Cindy Adam. Padahal, Cindy Adam adalah penerjemah yang paling bagus tentang pikiran Bung Karno. Buku-buku Cindy Adam menjadi acuan, dari soal kehidupan pribadi Bung Karno sampai ke soal-soal kemampuan Bung Karno untuk membongkar retorika politik dunia,” ujar Rocky.
“Jadi, kita mesti lihat bagaimana Hasto sebetulnya nggak paham tentang Soekarnoisme, tetapi orang bisa tuntut lebih jauh karena Hasto memang tidak datang dari tradisi wong cilik,” ujar Rocky dalam diskusi yang dipandu oelh Hersubeno Arief, wartawan senior FNN, itu.
Rocky juga mengatakan bahwa hal yang juga mesti dibuka publik adalah apa sebetulnya yang menjadi alasan PDIP sampai sekarang tidak bisa memperlihatkan keutuhan.
Ada faksi Hasto dan ada faksi Puan. Patut dipertanyakan apakah PDIP partai yang solid? Sekarang mulai terlihat bahwa ada perpecahan di kalangan PDIP dan ada segala macam isu.
“Isu terakhir ini yang saya kira sangat strategis sekarang ini, urusan ajaran Bung Karno, yang betul-betul fundamental bagi PDIP dan seorang Sekjen, orang nomor dua, tidak paham. Itu bukan sekadar memalukan, tapi meragukan apakah dia seorang Soekarnois atau sebetulnya hanya berlagak Soekrnois. Itu poin kita,” ujar Rocky. [Democrazy/FNN]