POLITIK

Rahasia Lama Presiden Soeharto Dibongkar Jenderal Polisi Sutanto, Apa Saja Rahasianya?

DEMOCRAZY.ID
Agustus 30, 2023
0 Komentar
Beranda
POLITIK
Rahasia Lama Presiden Soeharto Dibongkar Jenderal Polisi Sutanto, Apa Saja Rahasianya?



DEMOCRAZY.ID - Meski sudah lama pensiun dari kepolisian RI, nama purnawirawan Jenderal Polisi Sutanto masih sering disebut publik.


Jenderal Sutanto adalah Kapolri ke-17 yang menjabat sejak Juli 2005 sampai Oktober 2008.


Sepak terjang Sutanto saat masih jadi polisi cukup terkenal bahkan sampai sekarang sering-sering disebut-sebut.


Salah satunya saat masih menjabat Kapolda Sumut dimana dia melakukan gebrakan membuat bandar judi dan bekingnya tiarap. Gebrakannya membuat bandar judi gemetar dan ketakutan.


Selain pernah menjadi Kapolda, Jenderal Sutanto pernah menjadi ajudan Presiden Soeharto.


Dalam buku, "Pak Harto The Untold Stories", Sutanto memang mengakui pernah menjadi ajudan Soeharto.


Sutanto menjadi ajudan Soeharto pada tahun 1995 hingga 1998. Selama menjadi ajudan, Sutanto menyebut Soeharto sebagai seorang pemimpin yang memiliki prinsip dan konsisten.


Menurutnya, selama menjabat sebagai presiden, keputusan Soeharto tidak ada yang bertentangan satu sama lainnya.


Sutanto mengungkapkan, hal itu tidak lepas dari adanya buku khusus yang dimiliki Soeharto. Buku itu berisi berbagai hal yang penting secara sistematis. 


Termasuk setiap masukan atau keputusan juga dicatat dalam buku khusus tersebut.


"Bahkan Pak Harto memberi daftar urut dan memisahkan bagian per bagian berdasarkan siapa menterinya atau apa topik permasalahannya," kata Sutanto.


Sehingga, atas bantuan catatan dalam bukunya itulah Soeharto mampu melihat sejumlah persoalan.


"Dibantu dari buku itulah, Pak Harto sebagai presiden dan kepala negara bisa melihat kemajuan atau progres berbagai masalah yang tengah dihadapi oleh pemerintah," lanjut Sutanto.


Sutanto pun menyebut Soeharto sebagai seorang administrator yang baik dan teliti. Kisah Soeharto saat Kunjungi Bosnia


Selama memimpin Indonesia, Soeharto banyak mengunjungi negara lain. Satu di antaranya adalah kunjungannya ke Sarajevo Bosnia.


Mantan Komandan Grup A Pasukan Pengaman Presiden, Sjafrie Sjamsoeddin, dalam buku Pak Harto The Untold Stories mengatakan, kunjungan itu dilakukan Soeharto pada tahun 1995.


Kunjungan ke Sarajevo itu dilakukan Soeharto usai mengunjungi Kroasia. Sjafrie mengatakan, dia mendapatkan kabar saat itu baru saja ada pesawat yang ditembaki di sekitar tempat itu.


Pesawat tersebut mengangkut utusan khusus PBB, Yasushi Akashi, saat hendak ke Bosnia. Beruntung insiden itu tidak memakan korban.


Dalam penerbangan dari Zagreb-Sarajevo, Soeharto sama sekali tidak mengenakan rompi pengaman dan helm anti peluru.


Padahal, menurut Sjafrie saat itu semua penumpang pesawat sudah mengenakannya. Namun, Soeharto tiba-tiba saja menanyakan sebuah hal kepada Sjafrie.


"Ini tempat duduk, di bawahnya sudah dikasih antipeluru, belum?" tanya Soeharto ditirukan Sjafrie


Sjafrie kemudian menjawab, semua bagian sudah ditutup dengan bulletproof, termasuk bagian samping.


Melihat Soeharto masih tak mengenakan helm dan rompi pengaman, Sjafrie terus memutar otak.


Akhirnya, Sjafrie pun sengaja duduk di kursi yang terletak di depan Soeharto, sambil memegang rompi dan helm.


Sjafrie melakukan hal itu agar Soeharto meminta kedua benda itu, dan bersedia mengenakannya. Namun, harapan Sjafrie justru pupus. Bukannya mengenakannya, Soeharto justru melakukan sebaliknya.


"Helmnya nanti masukkan ke Taman Mini ya! Nanti helmnya masukkan ke (museum) Purna Bhakti," ucap Soeharto saat itu.


Tidak hanya itu, Soeharto juga meminta agar Sjafrie saja yang memegang rompi itu.


"Eh, Sjafrie. Itu, rompi itu cangking (bawa) saja. Kamu cangking saja," ujar Soeharto.


Mendapatkan permintaan dari Soeharto seperti itu Sjafrie hanya bisa pasrah, dan menaatinya. [Democrazy/Tribun]

Penulis blog