HOT NEWS

Mengejutkan! Sejarah Indonesia Yang 'Dihilangkan' di Buku Sejarah, Ustadz Adi Hidayat Ungkap Fakta Ini

DEMOCRAZY.ID
Agustus 17, 2023
0 Komentar
Beranda
HOT NEWS
Mengejutkan! Sejarah Indonesia Yang 'Dihilangkan' di Buku Sejarah, Ustadz Adi Hidayat Ungkap Fakta Ini


DEMOCRAZY.ID - Ustaz Adi Hidayat dalam salah satu kajiannya menyampaikan bahwa ada sejarah Indonesia yang dihilangkan dari buku sejarah.


Sejarah tersebut salah satunya yakni peran para ulama dan habib dalam mencetuskan, merumuskan, dan mengawal kelahiran sampai kemerdekaan Indonesia.


Ustaz Adi Hidayat atau UAH, menyampaikan bahwa peran para ulama atau habib bahkan jauh dari sebelum 17 Agustus 1945, yakni sekitar tahun 1919.


Simak penjelasan Ustaz Adi Hidayat tentang sejarah Indonesia berikut ini.


Sejarah Indonesia yang 'Dihilangkan'. Dari kiri ke kanan, KH. Ahmad Dahlan, Syekh Faradj bin Martak, H.O.S. Tjokroaminoto


Ustaz Adi Hidayat menjelaskan bahwa, pada masa itu ada empat orang ulama yang berkumpul di wilayah Krukut, Jakarta Utara.


Ulama tersebut diantaranya Sayyid Al-Fakher, Sayyid Abdurrahman, Sayyid Muhammad, dan Sayyid Sehaq yang berkumpul dan merumuskan untuk mengatasi penjajahan Belanda.


"Dirumuskan oleh ulama, oh kita ini berjuang terpecah-pecah tidak bersatu. Kita kalah di pendidikan, kita kalah dalam logistik. Maka dirumuskanlah oleh mereka, dibuatlah perhimpunan Jamiatul Kheir," terang Ustaz Adi Hidayat dalam YouTube Audio Dakwah, Kamis (17/08/23).


Setelah berdirinya Jamiatul Kheir, kemudian diundang para ulama untuk berkumpul dan disepakati pendidikan yang berkualitas, ekonomi, perdagangan, ilmu politik.


Tahun 1911 mereka mengundang alim ulama besar, Syekh Surkati atau orang yang ahli dari kitab, yang berasal dari Sudan.


Kemudian dari situ, berkumpullah ahli lain, termasuk KH. Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah.


Selanjutnya ada KH. Samanhudi yang berasal dari Solo, mengisiasi perkumpulan para pengusaha dengan mendirikan Sarekat Dagang Islam (SDI). 


Sarekat Dagang Islam merupakan organisasi ekonomi yang berdasarkan pada agama Islam dan perekonomian rakyat sebagai dasar penggeraknya.


Raden Mas Haji Oemar Said Tjokroaminoto (Ponorogo, 16 Agustus 1882 – 17 Desember 1934), lebih dikenal di Indonesia sebagai H.O.S. Tjokroaminoto


Untuk urusan ilmu politik, diinisiasi oleh H. Oemar Said, atau lebih dikenal di Indonesia sebagai H.O.S. Tjokroaminoto, yang berasal dari Surabaya.


"300 tahun tidak terwujud kemerdekaannya, cuman dalam kisaran 30 tahun, berkumpul mereka semua. Link-nya disatukan, Solo, menghimpun para pengusaha yang support untuk kemerdekaan Indonesia," ujar Ustaz Adi Hidayat.


"Jakarta, Jogja, kasih pendidikan yang bagus. Sampai sekarang Jogja dikenal dengan kota pendidikan. Surabaya, support bagian Ilmu Politiknya, orasinya. Diantara murid H.O.S. Tjokroaminoto, adalah Ir. Soekarno," sambung UAH.


Menurut penjelasan Ustaz Adi Hidayat, tidak butuh waktu lama dari 1911-1945, hanya dalam kurun waktu 30 tahun. 


"17 Agustus, hari Jumat, bulan Ramadhan, jam 10 pagi, diikrarkan kemerdekaan Indonesia," tutur UAH. 


"Ketika diikrarkan, tempatnya, maaf teman-teman di buku sejarah cuman dituliskan jalannya. Jalan Pegangsaan Timur No. 56. MasyaAllah, apakah proklamasi dilakukan dijalan? Tidak, ternyata di halaman rumah," lanjutnya menegaskan.


Ustaz Adi Hidayat, kemudian menjelaskan bahwa Jalan Pegangsaan Timur merupakan kediaman orang Indonesia keturunan Yaman, bernama Faradj bin Said bin Awadh Martak atau dikenal dengan Syekh Faradj Martak.


Syekh Faradj bin Martak mewakafkan rumahnya untuk proklamasi kemerdekaan Indonesia.


Syekh Faradj bin Martak adalah pengusaha sukses dari Solo sampai Surabaya, yang kemudian memberikan hadiah kepada Ir. Soekarno dengan mewakafkah rumahnya untuk proklamasi Indonesia.


Syekh Faradj bin Martak juga diberikan salinan ucapan terimakasih NKRI pada keluarga besar atas jasanya dalam mendukung kemerdekaan Indonesia.



"Dengan kemuliaan itulah kemudian terjadi kemerdekaan Indonesia. Dicantumkan di Undang-undang Dasar, atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa, di pembukaan Undang-undang," terang Ustaz Adi Hidayat.


UAH kemudian menjelaskan bahwa hal tersebut yang menjadikan Undang-undang pasal 29 ayat 1. Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa. Jadi sila pertama di pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa.


"Jadi ada pengakuan disitu, negara Indonesia saja bisa sukses, bisa merdeka, lawan penjajah, hanya dengan maaf, maaf, bambu runcing. Merah darah, putih kain kafan, jadi bendera. Kalau bukan atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa, mustahil ada kemerdekaan," tegas Ustaz Adi Hidayat. [Democrazy/TvOne]

Penulis blog