DEMOCRAZY.ID - Mencengangkan, baru-baru ini viral soal pernyataan kader PDIP, Masinton Pasaribu.
Pasalnya, dia katakan, bahwa dirinya yakin jika Presiden Jokowi akan dirusak oleh orang di sekitarnya.
Bahkan, Masinton menilai Luhut merupakan aktor di balik tergulingnya Presiden Jokowi dari masalah-masalah.
Hal ini juga dia sebutkan karena adanya isu ditundanya pemilu, serta perpanjangan masa jabatan presiden menjadi 3 periode.
Tak hanya itu saja, dilansir dari kanal YouTube Refly Harun, pada Senin (28/8/2023), Masinton Pasaribu menegaskan, bahwa sikap presiden dalam wacana penundaan pemilu hingga perpanjangan masa jabatan malah menimbulkan kesalahpahaman publik.
Selain itu juga menimbulkan kesalahpahaman orang-orang di sekitar Jokowi, termasuk Luhut.
Lanjut Mansinton jelaskan, sikap Luhut sangatlah berbahaya, ibaratnya seperti pisau bermata dua, artinya mampu menikam konstitusi demokrasi atau bahkan mampu menikam presiden itu sendiri.
Kemudian, faktor lain yang dapat menggulingkan Jokowi ialah, penerbitan PERPU dan membuat kericuhan, pengabaian terhadap proses hukum, serta tidak dikerjakan dengan baik soal penyelesaian pelanggaran-pelanggaran HAM, seperti isu Novel Baswedan, Isu Munir, dan Widji Thukul.
Lantas, apakah isu tersebut dapat berdampak ke pemerintahan Presiden Jokowi? Ini Jawaban Refly Harun.
“Bukan lagi berpotensi, melainkan Presiden Jokowi memang sudah hancur. Banyak hal dimana reputasi presiden Jokowi jadi rusak, sebagai contoh adalah penerbitan PERPU no 2 tahun 2022 tentang Ciptaker," Kata Refly Harun (RH) di kanal YouTube pribadinya, Senin (28/8/2023).
"Hampir semua pakar hukum negara yang tidak punya kepentingan apa apa, mengatakan itu bertentangan dengan konstitusi,” sambung Refly Harun menjelaskan.
Supaya hal ini tidak terjadi lagi, menurut Refly Harun hanya ada satu cara yang dapat dilakukan oleh pemimpin berikutnya.
Yakni, bagaimana seorang pemimpin yang amanah memilih bawahannya yang memiliki sifat yang sama dengan dirinya.
“Jadi pemimpin harus pandai, cerdas memilih pembantu pembantu di sekitarnya. Hanya pemimpin yang amanah dan Ikhlas, dia mau mencari pembantu pembantu yang Ikhlas dan Amanah pula (untuk membantunya). Jadi kalau pemimpinnya Ikhlas dan Amanah pula maka dia akan mencari orang baik untuk membantunya,” ujar Refly Harun.
“Tapi, kalau misalnya pemimpinnya tidak jujur, tidak Amanah maka dia pasti mencari orang yang mampu menutupi segala ketidak jujuran, kebohongan dan ketidak amanahan tersebut,” sambung Refly Harun menuturkan.
Jika dilihat, menurut Refly Harun, gejala politik seperti ini tidak boleh hanya menyalahkan orang-orang sekitar.
Akan tetapi, bagaimana pemimpin itu sendiri melakukan pencarian kandidat dan melihat bagaimana kinerja orang orang disekitarnya. [Democrazy/TvOne]