HUKUM

Innalillahi! Bintara Asal Nias Diduga Tewas Tidak Wajar di SPN Lampung, Keluarga Tempuh Jalur Hukum

DEMOCRAZY.ID
Agustus 20, 2023
0 Komentar
Beranda
HUKUM
Innalillahi! Bintara Asal Nias Diduga Tewas Tidak Wajar di SPN Lampung, Keluarga Tempuh Jalur Hukum


DEMOCRAZY.ID - Pihak keluarga telah menyemayamkan Advent Pratama Telaumbauna, siswa SPN Polda Lampung yang meninggal usai pembinaan fisik. 


Kematian Advent memberikan duka yang cukup besar kepada keluarga. Sebab saat berangkat untuk menjadi siswa Advent dalam kondisi sehat.


Ayah Advent, Ifon merasa janggal dengan penyebab kematian putranya tersebut. Sebab, sepengetahuannya Advent tidak memiliki riwayat penyakit saat ikut pendidikan polisi.


"Kepergian anak ini bagi kami (Advent) tidak masuk akal," kata Ifon saat dihubungi, Rabu (16/8/2023) malam.


Menurutnya tidak mungkin anaknya bisa diterima menjadi calon polisi jika dalam tes mempunyai riwayat penyakit. Hal itu yang membuatnya bingung dengan kondisi terakhir putranya sebelum meninggal.


"Ya nggak mungkinlah dia lolos (polisi) kalau ada riwayat sakit," tegasnya.


Menurut dia, saat ini pihak keluarga tengah menanti kedatangan jenazah dari Bandar Lampung.


"Kami masih menunggu, sekarang jenazah sedang dalam perjalanan," tuturnya.


Sebelumnya, pihak RS Bhayangkara Polda Lampung menyatakan Advent dalam pemeriksaan awal dinyatakan sakit. Ia sempat mengalami koma sebelum akhirnya meninggal dunia.


Pihak keluarga menolak melakukan autopsi di RS Bayangkara Lampung. Pengakuan keluarga, mereka ragu dengan hasil autopsi di rumah sakit polisi tersebut.


Dilarang melihat keseluruhan tubuh Advent, Keluarga Tidak Percaya RS Bayangkara Lampung


Rahmat Telaumbauna, paman dari Advent kepada detikSumbagsel mengatakan alasan pihak keluarga memutuskan untuk mengautopsi sendiri karena awalnya mereka tidak diizinkan untuk melihat kondisi jenazah almarhum.


"Iya kebetulan saya yang mengurusi jenazah waktu di RS Bhayangkara Polda Lampung, disana saya tidak diizinkan untuk melihat keseluruhan jenazahnya, hanya boleh lihat badannya saja, itu saya dilarang sama pihak rumah sakit," kata dia, Jumat (18/8/2023).


Kemudian, lanjut dia akhirnya pihak keluarga mengikuti prosedur yang disampaikan oleh pihak Rumah Sakit Bhayangkara Polda Lampung.


"Iya tidak diizinkan oleh petugasnya bukan polisi ya tapi perawatnya, jadi hanya boleh lihat badan saja nggak boleh seluruhnya, ya namanya kita dalam situasi terpukul dengan penjelasan yang disampaikan kepala sekolahnya pada saat itu ya sudah saya menelepon keluarga," terangnya.


Rahmat Telaumbauna mengaku kecewa. Sebab tidak diizinkan melihat keseluruhan jasad keponakannya.


"Saya katakan kalo memang adanya seperti itu buat apa di autopsi, kalo memang dia meninggal karena kasus terjatuh, buat apa diautopsi itu memperlambat proses pemakaman almarhum," terangnya.


Kekecewaan terhadap larangan melihat seluruh fisik siswa sekolah polisi tersebut membuat pihak keluarga segera membawa jasad korban ke Medan.


"Akhirnya kita berangkat pagi besoknya berangkat ke tempat duka dengan melalui pesawat dan ketika sampai di Medan saya ditelpon oleh keluarga besar harus di autopsi ulang," jelas.


Setelah jenazah diterima dan dibawa ke Sumatera Utara (Sumut) Advent langsung di autopsi di RSU H Adam Malik di Medan, Sumut. 


Sebelum di Autopsi pihak keluarga sudah melihat jenazah Advent Pratama Telaumbauna secara langsung. Keluarga menemukan sejumlah luka di jasad siswa SPN Kemiling Polda Lampung tersebut.


Di rumah sakit kelas A milik kementerian kesehatan tersebut pemeriksaan atas kematian advent dilakukan. 


Namun pihak RSU Adam Malik tidak memberikan keterangan hasil dari autopsy tersebut. Pihak RSU Adam Malik menuturkan bahwa yang berhak mempublikasikan hasil autopsy Advent adalah pihak kepolisian.


Jenazah Advent Disemayamkan di Nias, Keluarga Tolak Keterangan Polisi


Setelah selesai di Autopsi, Advent dibawa pihak keluarga untuk disemayamkan di rumah orang tuanya ke Pulau Nias. 


Setibanya di rumah orang tuanya di Desa Taluzusua, Kecamatan Siduari, Kabupaten Nias Selatan almarhum disambut tangis haru keluarga.


Jenazah tiba pada Jumat (18/8/2023) pagi. Dari video yang diterima detikSumbagsel, tampak keluarga besar almarhum Advent Pratama Telaumbauna menangisi kematian siswa yang tengah menempuh pendidikan di SPN Kemiling Polda Lampung.


Tampak juga dalam video Kepala SPN Kemiling Polda Lampung, Kombes Frengky yang memberikan keterangan terhadap keluarga almarhum. 


Terdengar juga percakapan penolakan dari pihak keluarga atas kematian Advent Pratama Telaumbauna dari pihak Polda Lampung. Pihak keluarga berencana akan memakamkan Advent hari ini, Sabtu (19/8).


Sebelumnya Polda Lampung menyebutkan bahwa Advent terjatuh saat mengikuti pembinaan fisik. Paman korban, Rahmat Telaumbauna mengatakan pihak keluarga tidak percaya atas kematian Advent yang dikatakan meninggal karena terjatuh.


"Iya tadi jenazah anak kami sudah tiba di rumah orang tuanya, tadi pagi tibanya," kata dia, Jumat (18/8/2023).


Menurut Rahmat, pihak keluarga tidak percaya jika almarhum tewas karena terjatuh.


"Tidak percaya, makanya kami lakukan autopsi di sini (Medan). Karena kami lihat ada beberapa luka robek maupun luka memar pada beberapa bagian tubuh anak kami," tuturnya.


Keluarga Mencurigai Kematian Advent Karena Perlakuan Senior Berinisial Brigadir I


Polda Lampung menanggapi terkait informasi yang diterima pihak keluarga Advent Pratama Telaumbauna, siswa SPN Kemiling Polda Lampung yang meninggal saat mengikuti pendidikan. Polisi menegaskan akan mendalami informasi yang didapatkan keluarga tersebut.


Kabid Humas Polda Lampung, Kombes Umi Fadillah Astutik menyampaikan bahwa info-info yang disampaikan keluarga masih didalami. Hal tersebut masih diselidiki oleh pihak Bidpropam Polda Lampung.


"Jadi informasi-informasi itu akan kami dalami. Hal-hal itu masih didalami, kami menunggu hasil pemeriksaan dari Bidpropam Polda Lampung," ujar Umi dikonfirmasi, Jumat (18/8/2023).


Adapun informasi yang dimaksud ini disampaikan oleh Rahmat Telaumbauna selaku paman Advent. Katanya, Advent sempat menerima penyiksaan dari senior sebelum akhirnya meninggal dunia. Tersebutlah seorang oknum yakni Brigadir I.


"Kami mendapatkan informasi bahwa si Advent tidak meninggal normal, bukan karena terjatuh tapi itu dia sebenarnya karena perlakuan yang namanya Brigadir I bersama teman-teman," kata Rahmat.


Rahmat menambahkan, Brigadir I diduga melakukan penganiayaan kepada Advent dengan cara membanting dan tidak memperbolehkannya makan.


"Jadi, brigadir I itu membanting badannya si Avent dan setelah itu mereka siksa dan mereka mengatakan tidak usah dikasih makan. Tapi itu kita belum jelas apa benar atau tidak," imbuhnya. [Democrazy/detik]

Penulis blog