DEMOCRAZY.ID - Hilirisasi smelter nikel seakan menjadi primadona. Hal itu terus digaungkan seolah-olah menjadi kebijakan yang luar biasa sekaligus brilian. Padahal hilirisasi industri adalah teori ekonomi kuno dan sarat dengan pencitraan dari pemerintah.
Hal itu sebagaimana disampaikan oleh Managing Director Political Economy and Policy Studies (PEPS), Anthony Budiawan.
Dia menyebut proses smelter atau pemurnian bijih nikel adalah proses sederhana, bukan suatu rocket science.
"Tapi hebohnya seperti sudah bisa mendarat di bulan, yang lebih parah, sebagian besar investasi hilirisasi smelter diberikan ke perusahaan asing, dengan insentif besar pula," ujar Anthony dalam keterangan tertulisnya yang diterima, Senin malam (28/8).
"Mungkin investasi ini bekerja sama dengan mitra lokal para pejabat yang sedang berkuasa, yang bisa mengatur siapa yang dikasih izin," tambahnya.
Ekonom yang dikenal kritis itu mengungkap bahwa kebijakan ini sempat menjadi alat pencitraan. Padahal, lanjut dia, ekonomi nikel tahun ini mulai redup.
"Ekspor triwulan II 2023 (Q2/2023) anjlok, baik dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu Q2/2022 (year-on-year, YOY) maupun dengan triwulan sebelumnya Q1/2023 (Quarter-on-Quarter, QOQ). Turunnya ekspor nikel mungkin akan terus melemah setidak-tidaknya sampai tahun pemilu 2024," bebernya.
Masih kata Anthony, ekspor produk smelter nikel, yaitu ferronickel (HS72026000), pig iron (HS75011000) dan nickel oxide (HS75012000), turun tajam pada Q2/2023 dibandingkan dengan Q2/2022 (YOY).
Ekspor ferronickel (HS72026000) anjlok 70,6 persen, pig iron (HS75011000) anjlok 71 persen, dan nickel oxide (HS75012000) anjlok 57,4 persen.
"Anjloknya ekspor Q2/2023 karena volume ekspor dan harga nikel internasional turun tajam. Volume ekspor untuk ferronickel, pig iron dan nickel oxide masing-masing turun 59,7 persen, 61,1 persen dan 38,3 persen," bebernya lagi.
Sedangkan untuk harga ferronickel, pig iron dan nickel oxide masing-masing turun 27,1 persen, 25,5 persen dan 31 persen.
"Kalau dibandingkan dengan periode sebelumnya, yaitu Q1/2023 , atau Quarter-on-Quarter (QOQ), ekspor Q2/2023 juga anjlok, masing-masing turun 72 persen, turun 78 persen, dan turun 48,8 persen untuk ferronickel (HS72026000), pig iron (HS75011000), dan nickel oxide (HS75012000)," ungkapnya.
Penurunan tajam ini, Sambung Anthony juga akibat volume ekspor dan harga nikel internasional masih turun secara triwulanan.
Volume ekspor Q2/2023 (QOQ) untuk ferronickel (HS72026000), pig iron (HS75011000), dan nickel oxide (HS75012000) masing-masing turun 68,1 persen, 74,6 persen dan 54,6 persen.
Sedangkan untuk harga jual ferronickel (HS72026000) turun 12,3 persen dan pig iron (HS75011000) turun 13,3 persen.
Untuk nickel oxide (HS75012000) harga jual Q2/2023 mengalami sedikit kenaikan, 12,8 persen, setelah turun terus selama empat triwulan berturut-turut.
"Secara keseluruhan, ekspor tiga jenis produk hasil hilirisasi nikel pada Q2/2023 turun 71,1 persen dibandingkan Q1/2023 (QOQ). Harga nikel pada triwulan ini, Q3/2023, diperkirakan masih akan turun. Nampaknya, nasib ekspor komoditas hilirisasi smelter nikel tahun ini akan suram," jelasnya.
Menurut dia, yang juga sudah pasti suram tentunya pencemaran dan kerusakan lingkungan di daerah tambang nikel. Kondisi itu sudah terjadi akibat praktik pertambangan yang tidak bertanggung jawab dan ilegal.
"(Pertambangan itu) merambah sampai ke kawasan hutan, seperti yang terjadi di daerah tambang nikel Blok Mandiodo, Sulawesi Tenggara. Beberapa pihak yang bertanggung jawab sudah menjadi tersangka, tetapi pelaku utamanya masih bebas berkeliaran. Semoga kejaksaan agung dapat segera membongkarnya," tandas Anthony. [Democrazy/RMOL]