DEMOCRAZY.ID - Meski belum ada putusan Mahkamah Konstitusi (MK), namun baliho hingga deklarasi dukungan terhadap Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka jadi bakal cawapres pendamping Prabowo Subianto bermunculan. Spanduk hingga deklarasi itu muncul di sejumlah daerah.
Pengamat politik Rocky Gerung menganalisa dinamika politik yang mencuatkan Gibran masuk bursa bakal cawapres Prabowo.
Menurut dia, nanti akan ada bantahan soal baliho dan deklarasi yang bermunculan tersebut.
Namun, ia menyindir memang ada pihak yang 'memasangkan' Prabowo-Gibran.
"Ya mereka semua itu merasa bukan kami yang masang. Atau bukan kami yang buat. Atau ya memang bukan kalian yang buat tapi kalian yang pasangkan, tinggal dipasangkan," kata Rocky dalam akun YouTube Rocky Gerung Official dikutip pada Senin, 28 Agustus 2023.
Rocky mengamatinya ada dugaan mobilisasi dalam peredaran spanduk dan deklarasi.
Ia menyinggung seperti baliho yang bereda di antara satu desa dengan lainnya. Baliho itu masif di berbagai daerah di Indonesia.
"Jadi, kita akhirnya melakukan semacam dugaan yang mendekati kepastian bahwa Pak Jokowi hanya merasa nyaman pada akhirnya bila Gibran itu jadi calon wakil presiden," tutur Rocky.
Dia menduga munculnya Gibran itu karena sebagai proxy terakhir dari Jokowi.
Ia menganalisa mungkin Jokowi masih dengan figur lain seperti Erick Thohir jadi bakal cawapres.
Namun, pada akhirnya, kata dia, Jokowi harus cari kans paling tinggi yakni putranya sendiri, Gibran.
"Jadi, kita gak perlu lagi bersopan-sopan untuk menduga dengan cara, kan belum belum pasti," lanjut Rocky.
Dia bilang nama Gibran mencuat karena analisisnya yang mengarah kepada kepastian penjaminan Jokowi pasca tak lagi menjabat RI-1 2024.
"Maka satu-satunya penjamin ya dari keluarga dia sendiri. Itu masuk akal kan, walaupun nanti dibantah. Ya gak gitu. Ya oke silakan bantah," sebutnya.
Pun, dia menyinggung mesti punya pegangan etis untuk menyampaikan dugaan Jokowi akhirnya menjebakkan dirinya ke dalam politik dinasti itu. Rocky bandingkan dinasti politik pihak lain dengan Jokowi.
"Yang lain ya dinasti tapi yang lain tidak di dalam kapasitas sekarang tuh, karena ketakutan, karena ketidakpastian politiknya setelah 2024 penuh dengan tanda tanya. Pak Jokowi akhirnya pasang tanda seru akhirnya Gibran," ujarnya.
[Democrazy/VIVA]