DEMOCRAZY.ID - Viral beredar pemberitaan mengenai Presiden ke-4 Republik Indonesia, KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, yang ternyata sempat membeberkan borok Pondok Peantren (Ponpes) Al Zaytun yang dipimpin oleh Panji Gumilang.
Hal tersebut terungkap di dalam sebuah wawancara NII Crisi Center (NCC) yang dilakukan pada bulan Mei 2011 silam dan saat ini transkrip dari wawancara kembali tersebar melalui pesan berantai di group WhatsApp.
Gus Dur mengucapkan tentang kekejaman yang dilakukan oleh pendiri Ponpes Al Zaytun kala itu.
"Anda ini punya hati nurani enggak? PKI, Hitler, Zionis Yahudi sekalipun yang dibilang masyarakat itu jahat mereka sangat sayang dan membela anak buahnya. Tapi kalian bisa lihat sendiri di Zaytun, orang dibuat kerja rodi kayak Romusha.
Tenaganya diperas, istri dan anaknya dipisahkan. Gak di gaji sepantasnya. Jangankan berharap UMR dan ada Jamsostek," ucap Gus Dur dalam transkrip wawancara tersebut yang dikutip pada Senin, 24 Juli 2023.
Gus Dur juga menyebutkan bahwa telah mengupayakan untuk menghancurkan Al Zaytun dan mengaku mengirimkan orang untuk membongkar borok yang ada di Pondok Pesantren Al Zaytun.
"Saya yang perintahkan Chaidar dkk untuk maju gugat. Saya memang diminta oleh para kiai itu untuk bicara soal Al Zaytun. Saya bilang nanti, tunggu saja tanggal mainnya. Abu Toto itu tahu kok kalau iya sekarang tinggal menghitung hari," lanjutnya.
Dalam transkrip wawancara itu, Gus Dur bahkan menyebut Al Zaytun adalah musuh kemanusiaan dan menghancurkan masa depan anak bangsa:
"Al Zaytun itu bukan sekadar isu sesat. Zaytun itu musuh kemanusiaan, musuh bersama kita semua. Ia bagai mesin penghancur masa depan anak bangsa.
Zaytun itu alat iblis untuk merusak tatanan masyarakat. Bayangkan saja anak-anak mahasiswa itu disuruh nipu orangtuanya sendiri. Katanya teknis, teknis mbahmu. Nipu yah nipu."
"Kalau ada orang masih percaya dengan gombalannya Zaytun, orang tersebut pasti orang munafiq.
Setidaknya kalau pejabat ya pejabat yang koruptor, kalau ulama ya ulama jablay, kalau intelektual yah intelektual pedagang, kalau peneliti yah peneliti goblok, kalau ada media yang membela Zaytun pasti media yang cuma cari makan alias media bayaran, kalau ada orangtua yang bela Zaytun ya orangtua yang durhaka dan enggak punya hati nurani," tegasnya. [Democrazy/VIVA]