DEMOCRAZY.ID - Ketua Umum Poros Relawan Digitalis Anies Nusantara (Prada Nusantara) Akmal Fikri mengungkapkan sejumlah temuan di lapangan di beberapa daerah di Jawa Tengah dan Jawa Timur mengenai adanya intervensi hingga disumbatnya akses informasi yang dialami para pendukung bakal calon presiden Anies Baswedan.
“Hal itu dialami pendukung Anies baik di pelosok pedesaan maupun di perkotaan yang ada di Jateng dan Jatim,” kata Akmal di Jakarta, Minggu (23/7/2023).
Akmal yang juga Wasekjen Gerakan Nasional Anies Presiden (GNAP) 2024 atau dikenal Gerakan Nasional #2024AniesPresiden ini mencermati adanya kekhawatiran dari kubu lawan Anies Baswedan mengingat Jawa Timur dan Jawa Tengah merupakan provinsi dengan lumbung suara terbesar setiap pemilihan umum (pemilu).
Menurut Akmal, belakangan ini diketahui adanya intervensi atau tekanan terhadap warga yang diketahui mendukung Anies, termasuk dihambatnya akses warga untuk memperoleh informasi atau pemberitaan mengenai Anies sebagai salah satu bakal capres pada Pemilu 2024.
Bentuk intervensi itu seperti dialami seorang warga di Kota Semarang, Jawa Tengah, bernama Rini.
Ia mengaku di lingkungan tempat tinggalnya kerap dibagikan paket sembilan bahan pokok atau sembako yang diketahui berasal dari salah satu bakal calon presiden.
Namun, menurut dia, paket sembako tersebut ditolak dengan alasan tidak enak menerimanya karena dinilai tidak benar cara-cara pembagian sembako seperti itu.
Bahkan dia sudah beberapa kali menolak, tapi tetap didatangi oleh orang yang menyebar sembako. Dengan sikapnya tersebut, ia mengaku menjadi bahan omongan ibu-ibu warga sekitar hingga dicibir.
“Saya pernah bilang ke mereka, jangan pakai cara seperti ini.”
Tak hanya itu, ungkap dia, di sekolah dasar tempat anaknya bersekolah saat pertemuan wali murid, kepala sekolah bicara soal politik yang mengarah pada dukungannya ke salah satu capres pilihan kepsek, sehingga membuatnya dia tidak nyaman.
Sedangkan menyangkut dihambatnya akses informasi untuk memperoleh pemberitaan mengenai Anies sebagai salah satu bakal capres 2024 dialami Sutrisno di Blitar, Jawa Timur.
Warga berusia 75 tahun itu mengaku selama ini untuk mendapatkan informasi dari media televisi dan radio lokal.
Namun, lanjut dia, pemberitaan atau seputar informasi tentang Anies Baswedan tidak pernah didapatkan. Di televisi dan radio lokal hanya menyiarkan dua bakal capres selain Anies.
“Dari pagi sampai malam tidak ada pemberitaan soal Pak Anies, adanya berita soal capres-capres yang lain terus. Seperti dijejali,” ujarnya.
Dengan kondisi yang dialami para pendukung Anies tersebut, Akmal mengaku sangat menyesalkan dan akan menjadi fokus relawan dalam memperjuangkan Anies sebagai Presiden 2024.
“Media televisi atau media informasi lain itu lebih banyak kecenderungan menampilkan sosok atau tokoh yang menjadi lawan politik dari Pak Anies,” kata Akmal.
Akmal mengakui partai pengusung lawan Anies memang sudah melakukan pemetaan kondisi di setiap wilayah secara detail, khususnya di Jateng dan Jatim, sehingga mereka lebih mengetahui ke mana-mana harus blusukan dan harus sosialisasi.
“Sosialisasi Pak Anies itu sangat kurang di pedalaman atau pelosok pedesaan di Jawa. Sosoknya Pak Anies selama menjadi tokoh itu kurang terekspose dengan baik ke bawah, belum tercapai jangan sampai ke bawah, berbeda dengan capres kubu lawan yang memang jaringannya sudah menguasai, termasuk ke media-media,” jelas Akmal. [Democrazy/Inilah]